Khadijah binti Khuwailid memiliki kedudukan tinggi di kalangan Quraisy. Meski menjanda, ia mampu membangun bisnis yang besar dan sukses. Khadijah menjadi wanita kaya raya dan merekrut banyak warga untuk berbisnis dengannya.
Dalam menjalankan bisnis tersebut, Khadijah tentu tak menjalankannya sendiri. Ia hanyalah pemilik modal, sekaligus penyedia barang dagangan.
Sementara, untuk menjual barang-barang tersebut ke luar Makkah, terutama ke negeri dagang Syam, Khadijah merekrut warga sekitar yang ia percaya. Perolehan laba penjualan tersebut akan dibagi hasilnya atau Khadijah memberi upah pada pegawainya.
Khoirul Amru Harahap, dalam bukunya Rahasia Sukses Bisnis Khadijah istri Nabi SAW mengatakan, "Khadijah memang terlahir di keluarga pedagang sehingga dalam diri Khadijah sudah mengalir darah pedagang".
Ayahnya, Khuwailid bin Asad, merupakan pedagang kaya yang disegani di kalangan Quraisy.
Khuwailid juga terkenal baik hati, membina hubungan baik dengan tetangga, dan suka menolong fakir miskin. Tak hanya mendapat modal dari sang Ayah, Khadijah juga mendapat warisan harta yang berlimpah dari suaminya.
Kendati demikian, warisan tersebut mampu dikelola Khadijah dengan baik sehingga harta tersebut terus bergerak dan produktif.
Di situlah letak kepiawaian khadijah dalam mengelola uang. Selain itu, Khadijah juga memiliki bakat berwirausaha karena sering mempekerjakan para lelaki dan mampu mendelegasikan tugas dengan baik.
"Salah satu ciri orang yang bermental wirausaha adalah ia selalu berusaha mendelegasikan pekerjaan ke orang lain sehingga ia bisa mengerjakan yang lain dan berpikir untuk mengembangkan usahanya," ujar Harahap.
Jika dirumuskan, terdapat hal unggul dari jiwa kewirausahaan Khadijah, yakni pandai mengelola modal, baik materi maupun nonmateri.
Menurut Harahap, Khadijah merupakan sosok yang tidak suka menimbun harta, melainkan wanita yang sangat produktif.
Ia senantiasa menjalankan roda bisnis dan tidak pernah melakukan monopoli.
Modal besar yang didapat Khadijah tidak dibiarkan tertimbun atau dihabiskan secara konsumtif. Khadijah memiliki mentalitas wirausaha sehingga modal tersebut diinvestasikan dalam bentuk usaha perdagangan.
Meski modal harta berlimpah, Khadijah tak akan sukses sebagai pebisnis tanpa disertai modal nonmateri, yakni jiwa kewirausahaan yang dimiliki Khadijah. Modal inilah yang membawanya menjadi pebisnis sukses.
Menurut hemat saya, "Modal nonmateri lebih dahsyat dan lebih luar biasa pengaruhnya dalam menentukan kesuksesan bisnisnya."
Khadijah memang memiliki modal, tapi hal terpenting dalam bisnis bukanlah modal. Hakikatnya, modal tidak harus berbentuk uang. Otak adalah modal utama dalam memulai usaha. Jaringan persahabatan juga termasuk modal.
Modal nonmateri yang berharga yang dimiliki Khadijah di antaranya adalah kepiawaian dalam memilih SDM.
Perekrutan Muhammad sebagai pemimpin kafilah dagang ke Syam merupakan satu hal yang menunjukkan kepiawaian Khadijah tersebut.
Senada dengan itu, dalam menjalankan bisnisnya Khadijah tak lepas dari beragam risiko. Pemilihan SDM sangat erat dengan risiko yang harus ditanggung. Namun, Khadijah melakukannya dengan baik.
Contoh paling mudah adalah ketika Khadijah menunjuk Muhammad, seorang karyawan baru yang belum pernah ia kenal sebelumnya, untuk memimpin kafilah yang membawa barang dagangannya lintas daerah.
Ini bukanlah hal yang mudah. Ibarat sebuah perusahaan besar yang memberikan kepercayaan sekian persen dari usahanya untuk dikelola oleh orang lain selama beberapa waktu.