Mendapatkan rida Allah merupakan tujuan utama dari kehidupan seorang muslim. Dan kehidupan berumah tangga merupakan bagian darinya.
Satu diantara yang akan mendatangkan keridaan Allah adalah proses ketaatan istri terhadap suaminya. Sebuah tujuan yang lebih agung daripada berbagai kenikmatan apapun. Sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta’alaa, dalam surat At-Taubah ayat 72 yang artinya:
“Dan keridaan Allah adalah lebih besar; itu adalah keberuntungan yang besar”.
Di utamakannya rida Allah atas nikmat yang lain menunjukkan bahwa sekecil apapun yang akan membuahkan rida Allah, itu lebih baik daripada semua jenis kenikmatan.
Seorang istri hendaknya menjadikan rida Allah sebagai tujuan utama. Harapan untuk meraih rida Allah inilah yang seharusnya dijadikan motivasi bagi istri untuk senantiasa melaksanakan ketaatan kepada sang suami. Jika Allah sudah memberikan rida-Nya, adakah hal lain yang lebih baik untuk diharapkan?
Ketaatan terhadap suami bukanlah sesuatu yang mutlak, tidak boleh taat kepadanya dalam hal kemaksiatan. Tidak ada alasan ketaatan untuk kemaksiatan.
“Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Al-Khaliq” (Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihahno. 179)
Keridaan suami berlaku pula untuk amalan sunnah yang hendak dikerjakan oleh sang istri, seperti berpuasa dan menerima tamu.
Dalam hal ini, istri juga wajib mendapat rida suami melalui izinnya. Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengingatkan kepada kita,
“Tidak halal bagi seorang isteri untuk berpuasa (sunnah), sedangkan suaminya ada kecuali dengan izinnya. Dan tidak halal memberi izin (kepada orang lain untuk masuk) ke rumahnya kecuali dengan seizin suaminya.” (HR. Bukhari no. 5195 dan Muslim no. 1026)
Memang benar adanya bahwa kehidupan yang telah dan sedang kita jalani telah memberikan banyak pengalaman berupa tantangan dan kesulitan dalam kehidupan suami istri. Hadapilah kesulitan-kesulitan tersebut dengan kesabaran dan ketabahan.
Perhatikanlah apa yang dikatakan Abu Darda’ kepada istrinya,
Disebutkan dalam Tariqh Damasyqus (70/151) dari Baqiyah bin Al-Walid bahwa Ibrahim bin Adham berkata, Abu Darda’ berkata kepada istrinya Ummu Darda’.
“Jika kamu sedang marah, maka aku akan membuatmu jadi rida dan apabila aku sedang marah, maka buatlah aku rida dan jika tidak maka kita tidak akan menyatu".
Kemudian Ibrahim berkata kepada Baqiyah, “Wahai saudaraku, begitulah seharusnya orang-orang yang saling bersaudara itu dalam melakukan persaudaraannya, kalau tidak begitu, maka mereka akan segera berpisah”.
Bagaimana cara mendapatkan cinta dan sekaligus rida suami sesuai dengan ajaran dan tuntunan agama Islam ?
Berikut ini ada beberapa cara yang bisa dilakukan istri untuk mendapatkan rida suami:
1.Serahkan segala kendali urusan kepada suami walaupun berkaitan dgn harta sendiri (istri).Seperti yang dicontohkan Khadijah r.a. saat dinikahi oleh Rasulullah SAW:
“Wahai Muhammad kini engkau telah menjadi suamiku, maka sekarang semua hartaku adalah hartamu, rumahku ini adalah rumahmu”.
2.Istri harusnya menjadi (bagaikan) rakyat kepada rajanya atau bagaikan bawahan kepada atasannya.
3. Berlakulah sopan dan penuh perhatian saat berbincang atau berdiskusi. Jangan keras kepala saat mengemukakan pendapat.
4. Jadilah seperti sekuntum mawar yang harum,sehingga saat suami di rumah ia merasakan keharuman mawar tersebut.
5.Berusahalah agar suami bisa merasa damai dan nyaman, baik dengan kata kata maupun perbuatan.
6. Jangan merasa enggan apalagi membantah saat diminta melakukan perintah suami.
7. Selalu melembutkan suara saat bersama suami.
8. Mengakui bahwa kedudukan suami lebih tinggi dari istri. Sebagaimana dijelaskan dalam Al Quran.
9. Selalu meminta izin jika akan melakukan sesuatu, atau akan bepergian keluar rumah.
10. Tanggap dalam memahami kebutuhan suami, kalau bisa sebelum sebelum diminta melakukan yang diinginkan,istri sudah melakukan untuknya.
11. Jangan menunggu untuk meminta maaf.
Itulah beberapa hal yang seharusnya dilakukan seorang istri yang salihah. Karena sebaik baik perhiasan dunia adalah istri yang salihah.
Semoga Allah memudahkan kita untuk melaksanakan perintah-Nya dan Sunnah Rasul-Nya.