Jangan lupa subscribe dan follow akun sebelum membaca yaaa. Agar langsung mendapat notifikasi kalau author upload bab baru
Happy Reading🥳
BAB : 1
. . .
"Icha, aku kemarin lihat suami kamu di poli kandungan. Tapi, dia gak lihat aku," cecar Rahma begitu melihatku yang tengah membawa selang. Rutinitas pagiku memang selalu diawali menyirami koleksi bunga-bunga yang berada di taman kecil di pekarangan depan rumah.
"Kamu salah lihat kali," jawabku cuek sembari menyalakan keran dan memulai menyirami koleksi-koleksi bunga yang ada.
"Ya Allah, gak mungkin aku salah lihat. Secara poli anak dan poli kandungan itu bersebelahan. Aku lihat jelas banget, dia nuntun wanita hamil masuk ke dalam ruangan praktek dokter kandungan itu, Cha."
Aku terkekeh mendengar penuturan tetangga sekaligus sahabat waktu kuliah di pertanian dulu.
"Kamu raupan dulu sana, gih! Tuh belek masih nempel di pojokan mata," ujarku terkekeh sambil menggulung selang.
"Kamu gak percaya sama aku, Cha? Aku tuh gak bohong," Rahma bersikeras meyakinkanku.
"Iya, nanti kita bicara lagi ya. Aku masuk dulu, mau nyiapin sarapan untuk Mas Damar," sahutku lalu melengos masuk. Tak kupedulikan Rahma yang berdiri dengan bibir mencucu. Kalau terus meladeni ibu satu anak ini, bisa-bisa Mas Damar tidak jadi sarapan.
Di ruang makan tampak Mas Damar sudah duduk di kursi di meja makan. Lelakiku itu masih menggunakan celana boxer dan kaos berwarna putih.
"Sudah bangun, Mas," sapaku.
"Mas, hari ini ada jadwal meeting client di Jogja. Kemungkinan akan menginap untuk beberapa hari."
"Kok dadakan sih, Mas?"
"Hu'um, Pak Arya juga dadakan baru ngabarin pagi ini," jawabnya sambil menyesap kopi yang sudah kusediakan.
"Ya sudah, Mas mau mandi dulu, atau sarapan dulu."
"Sarapan dulu aja, deh."
"Tunggu bentar ya," Aku bergegas menuju dapur. Dengan cekatan aku menyiapkan sandwich atau roti isi telur dengan mentega. Terkadang roti bakar coklat dan kopi. Mas Damar tidak suka sarapan dengan menu yang berat.
Saat aku tengah menyiapkan sarapan, tiba-tiba Mas Damar memeluk pinggang dan mencium hangat tengkuk sebelah kiriku.
"Ih, apaan sih, Mas," Aku terkekeh dan menggeliat geli.
"I love you," bisiknya mesra di telingaku.
"I love you too, Mas," balasku.
Mas Damar membingkai wajahku lantas mencium mesra keningku seraya tersenyum.
"Mas mandi dulu ya. Nanti kamu bantuin packing-in baju-baju mas. Gak usah banyak-banyak, untuk tiga harian aja kok. Terus sandwich-nya kamu taruh di kotak bekal ya. Nanti mas makan di bandara."
Aku mengangguk. Kutatap punggung tegap berisinya hingga menghilang di balik pintu kamar.
Mana mungkin Mas Damarku berkhianat. Lihat saja, sikapnya tidak ada yang berubah. Justru semakin manis dari hari ke hari," batinku. Seketika ucapan Rahma tadi melesap begitu saja.
...
Selesai menyiapkan sarapan, bergegas aku menuju kamar untuk mempacking keperluan Mas Damar selama di Jogja.
Terdengar suara gemericik air. Itu artinya, Mas Damar masih mandi.
Kuraih koper travel di atas lemari. Memasukkan beberapa pakaian dan semua kebutuhan Mas Damar ke dalamnya.
"Sudah selesai, Sayang?" tanya Mas Damar sambil menggosok kepalanya dengan handuk.
Aku mengangguk. "Sudah beres, Mas."
Aku dan Mas Damar sudah menikah selama enam tahun, tapi belum juga dikaruniai momongan. Segala macam cara dan upaya sudah kami lakukan. Hingga terakhir, kami melakukan proses bayi tabung. Hanya tinggal menunggu hasilnya saja.
"Mas berangkat dulu ya," pamit Mas Damar.
"Iya, hati-hati ya, Mas."
Kembali sebuah kecupan hangat mendarat di dahi. Dulu ia tidak terlalu seromantis ini. Aku bersyukur, semakin ke belakang dia bisa membesarkan hatiku dengan terus bertambah sikap manisnya. Setidaknya cukuplah untuk mengobati perasaan kesepian selama enam tahun ini.
Sepeninggal Mas Damar, aku melanjutkan dengan mengerjakan tugas harian sebagai ibu rumah tangga.
'Astaga, jas Mas Damar ketinggalan', aku bergumam saat melihat jas yang biasa ia gunakan untuk setiap meeting penting, masih tergantung manis di gantungan baju.
Kuhela napas panjang. Kenapa aku bisa seteledor ini sih? Ya sudahlah, mumpung Mas Damar lagi keluar kota, sebaiknya kubawa saja ke laundry.
Satu persatu saku di jas itu kuperiksa. Khawatir ada uang ataupun barang penting yang tertinggal.
Aku merasa ujung jariku seperti menyentuh sesuatu yang menyerupai buku dari saku jas di sisi sebelah dalam.
Mataku membulat kaget, saat melihat buku yang berada di genggamanku. Di sampul depannya bertuliskan nama seorang dokter kandungan.
Kubuka lembar demi lembar. Foto-foto hasil USG mulai dari kandungan berusia lima minggu hingga usia dua puluh tiga minggu, di mana bentuk bayi sudah terlihat sangat jelas.
Aku terduduk di bibir ranjang sembari meneguk ludah. Kembali teringat kata-kata Rahma tadi, yang mengatakan bertemu dengan Mas Damar di poli kandungan.
Jangan-jangan yang dikatakan Rahma benar adanya. Jika tidak, kenapa ada foto hasil USG di kantong Mas Damar?
…
Jam 10.15, matahari sudah memancarkan sinarnya. Gegap gempita kesibukan ibu kota semakin terasa dengan deru mesin kendaraan dan klakson yang menjerit, karena buru-buru ingin cepat tiba di tujuan.
Pesawat Mas Damar katanya akan berangkat pukul 08.25. Seharusnya sudah sampai dari tadi. Toh, Jakarta-Jogja tidak membutuhkan waktu yang lama. Tapi, kenapa Mas Damar belum juga memberi kabar?
Mataku melayang ke luar jendela taksi. Tak kuhiraukan Rahma yang terus bercerocos di sebelahku. Pertanyaan besar tentang foto-foto USG itu terus menari-nari di benak.
"Icha, lihat deh! Itu kan suami kamu?"
Aku tersentak mendengar teriakan Rahma.
"Mana?"
"Itu, di mobil Honda Jazz itu," tunjuknya ke arah mobil mini sedan berwarna biru metalik, yang berada tepat di sisi taksi yang kami tumpangi.
Dari samping memang terlihat mirip sekali dengan Mas Damar, meski kaca itu cukup gelap. Bukannya Mas Damar ke Jogja?
"Itu ada perempuan juga di sebelahnya."
Tanpa membuang waktu, kutarik handle pintu, bersiap untuk turun. Aku harus memastikan apa yang kulihat.
"Eh, Cha, kamu mau ke mana? Icha! Icha!"
Tak kuhiraukan panggilan Rahma. Sebelum membuka pintu, mataku fokus ke jalan, memastikan aman untuk turun.
***
Next??
Jangan lupa tekan LoVe ❤ dan Review bintang 5 biar makin other makin semangat😘😘