Aku mendapatkan uang dari warisan ibu, bibik ku yang mentransfer nya kemarin, kedalam rekeningku.
Ini warisan dari kakek, yang meninggal 6 bulan lalu. Sedangkan ibuku telah meninggal 7 tahun lalu, jadi warisan ini, di berikan padaku. Apalagi aku lah satu-satunya anak ibu.
Dan jumlah uang ini lumayan banyak, aku akan menggunakan nya untuk modal usaha. Baru saja kemarin aku berpikir, untuk mencari pekerjaan, agar tak di tindas melulu oleh mertua dan adik iparku.
Tapi dengan uang ini, lebih baik aku berjualan online saja. Kemarin teman ku Rara menawari ku menjual produk skincare, dengan untung yang lumayan jika rajin promosi, dan closing.
Sekarang aku bisa membeli, semua kebutuhan yang aku mau, tanpa meminta Mas Fahri. Uang 300 ribu itu, hanya cukup untuk makan. Bahkan aku tak bisa membeli baju baru.
Tunggu saja, aku akan keluar dari rumah ini. Dan akan menikmati hidupku. Tapi aku harus membuat mereka tambah kesal dulu. Mereka pikir menantu yang miskin ini, akan terpuruk selamanya. Tidak akan!
***
Hari ini, ibu dan Laila makan enak, tanpa menawari ku. Tidak masalah, aku telah memesan makanan online yang tak kalah enak, ada ayam geprek, brownies, minuman Boba semua ku pesan melalui aplikasi Gr*bfood.
Hanya menunggu 20 menit, pesanan ku datang. Aku mengambil pesanan yang diantarkan kurir, sampai depan pintu rumah. Saat aku akan membawa makanan itu ke dapur, kebetulan ibu dan Laila sedang berada diruang tengah, menonton televisi.
"Ehh.. Hanin! Makanan siapa tu!" tanya ibu membentakku.
"Aku tadi pesan di gr*bfood."
"Hahahaaa.... Gaya-gayaan pesan makanan online! Uang dari mana mbak,"
"Pasti kamu pakai uang jatah makan, yang di berikan oleh Fahri kan! Pantes aja tiap hari masaknya gak enak!"
"Korupsi ya kamu mbak! Laila yakin bu, pasti dia ambil uang jatah makan. Tadi pagi aja cuma masak telur dadar doang."
"Uang 300 ribu itu sudah habis, bahkan sebelum 1 minggu. Aku masak, sesuai stock yang ada di dapur kok!"
"Iya habis, kamu belikan makan itu kan! sini makanannya, kasih ke ibu dan Laila! Itu kan jatah kami."
Aku meneruskan berjalan ke dapur, tanpa mengindahkan perkataan mereka. Aku beli menggunakan uang ku sendiri, enak saja mau diminta.
Tiba-tiba Laila berjalan kearahku dengan cepat, dan ingin merampas bungkus makanan ini.
"Sini gak makanannya,"
"Apaan sih kamu!" aku mendorong tangan Laila, yang ingin merebut makanan ku.
"Bu liat deh, udah berani ngelawan ni, dasar upik abu, udah miskin belagu!"
"Mending upik abu, dari pada kalian nenek lampir yang rakus!" lebih baik aku makan di kamar saja. Aku membawa makanan itu kekamar.
"Awas ya kamu Hanin udah berani ngelawan. tunggu Fahri pulang!"
Lanjut atau tak?