Takdirku Sungguh Indah...
Bab. 1
Aku masih sangat hafal pada setiap detailnya. Walau saat ini telah menginjak tahun ketiga kepergian my-hubby. Hari, jam dan apapun tentang dia di detik- detik terakhirnya.
Hari itu Rabu 3 oktober 2018 jam 5 sore suamiku tiba di rumah, setelah bermalam selama tiga hari dengan ibu mertua di rumah Purwokerto. Bergegas mandi untuk sholat magrib berjamaah di masjid Nurul Falah dekat rumah, namun tak cukup waktu. Akhirnya dengan terpaksa sholat di rumah.
Setelah kami semua selesai magriban, kami berempat duduk di depan tv. Kemudian suami mulai membuka percakapan.
" Bu, nanti kita belanja bulanan ya, katanya sudah banyak yang habis...,"
" Iya Ayah tapi sebaiknya sehabis sholat isya saja, biar lebih santai.." jawabku.
Anak bungsuku Zain langsung menyodorkan kertas.
" Ayah aku harus bayar les tambahan..." Zain menyodorkan kertas sambil pasang wajah 'memaksa'.
Hemmm kami semua sudah paham betul sama anak ini. Kalau sudah ada maunya nggak bakal bisa ditawar pokoknya.
Akhirnya si bungsu dikasih 900rb untuk les tambahannya di N**t**. Langsung happy tuh anak.
Jam setengah delapan malam kami pergi ke supermarket bertiga. Anak sulungku Enrique pergi sendiri ke rumah temannya. Dalam perjalanan kami biasa saja, malah gak banyak bicara. Hanya yang aku ingat, suamiku sempat bertanya
" Bu.. kira-kira kalau ibu sudah nggak jadi sales tu**y lagi, apa masih bisa membayar angsuran di b** ?"
Tak ada firasat apapun, kalau ternyata ini adalah kata-kata terakhirnya. Dan diucapkan beberapa jam saja sebelum meninggal.
" Bisalah ayah .... semua hutang kalau niatnya bayar, Alloh pasti akan mudahkan," jawabku.
*******
Kebiasaan my-hubby saat belanja adalah membiarkan aku memilih sendiri. Seperti malam ini pun sama dengan yang kemarin-kemarin. Selalu serius dengan ponselnya. Dia chat teman-temannya, terutama teman baiknya. Tapi jangan salah, ia selalu siaga depan kasir saat aku harus membayarnya.
Sepulang belanja kami makan sate kambing. Ini makanan kesukaan kami semua. Aku makan paling banyak dibanding Ayah dan Zain.
Sampai di rumah kira-kira jam setengah sepuluh malam. Dan Ayah pamit mau kongkow dengan bapak-bapak di komplek rumah. Seperti biasa aku tertidur sambil prepare barangkali suami, ehem... kangen karena hampir empat hari kami nggak bersama-sama. Sejujurnya aku juga kangen. Andai my-hubby cape, aku hanya ingin bermesraan saja, tak lebih.
Entah jam berapa aku dibangunkan oleh Enrique, anak pertamaku.
" Ibu... Ayah BAB tapi nggak bisa bangun! Cepat bu...,"
Suamiku duduk di kloset dan bilang,
" Aku nggak bisa bangun bu...."
Ayah mengatakannya dengan sangat jelas.
" Ayo kak kita bopong ayah biar gak kedinginan..."
Ternyata kami berdua nggak kuat mengangkat badan ayah saking beratnya.
" Kita coba lagi kak... ayah ayo sambil istigfar....." kataku sambil mulai panik.
Kemudian ayah bilang ,
"Nggak bisa bu....gak bisa...
dadaku sakit sekali bu....." ayah mengatakan ini sambil ngorok dan pingsan.
Hanya lima menit tetangga mulai berdatangan. Kami segera membawanya ke rumah sakit. Enrique nyetir, Zain di depan aku di tengah memangku suamiku, kekasih hatiku sambil terus membacakan doa.
Sementara belakang ada dua tetanggaku yang ikut serta.
Aku terus membelai wajah suamiku yang tidak sadar dan menciuminya. Beberapa kali suamiku pingsan sebelumnya, hingga kali ini pun aku anggap biasa.
Sampai di IGD dokter jaga dengan ekspresi datar mengatakan,
" Ibu.....ini bapak sudah nggak ada....,"
Kedua anak ku menangis keras. Aku terdiam tidak percaya. Tak sempat aku ucapkan Innnalillahi wa inna ilahi rojiun.....
Aku lunglai...
Terbayang di depan mata, anak pertamaku sedang skripsi dan butuh dana banyak karena kuliah di Perguruan Tinggi Swasta. Dan anak keduaku sedang persiapan Ujian Nasional.
Lantas, bagaimana dengan hutang kami di Bank? Aku punya hutang KUR dan kredit mobil atas namaku? Suami juga ada pinjaman di Bank BUMN.
Dan, bagaimana dengan hutang Giro yang kami gunakan saat kami menyatakan berhenti tidak melanjutkan usaha kontraktor lagi?
Ya Alloh, mungkinkah aku bisa menyelesaikannya sendiri?
Bagaimana kelanjutan hidup ku tanpa suami yang sangat baik, yang kesabarannya tanpa batas?
Maaf, aku belum sanggup meneruskan tulisan ini...
Penulis : Bunda Kiky
Fanpage : Hellokiky
********************
Mohon kritik & saran
Terimakasih