Reena terbangun pagi itu dengan tak
bersemangat. Ia meraihponsel dan membuka aplikasi goshop untuk menyuruh driver
membelikan obatseperti yang di niatkannya semalam.
“Reen,nggak mandi?” Simbok
menanyakan.
“Nggakmbok. Mau langsung masak.” Reena menyanggul asal rambutnya. Ia sudah tak
inginmandi atau terlihat segar pagi hari.
Untukapa, tokh suaminya hanya akan bermalam di paviliun Lucy selama waktu yang
takterbatas.
“Mbok,kalau anak anak bangun jangan bolehin main diluar. Biar mereka main di
kamarnyasaja. Kunci semua pintu biar mereka nggak menyelinap keluar.”
Simbokmenatap ekspresi Reena saat bicara. Reena tampak dingin, Simbok
sepertidikembalikan saat Reena pertama kali datang dalam keadaan hamil
akibatpemerkosaan Hara.
Reenasekarang
mungkin sama terlukanya seperti lima tahun lalu. Sebagai istri dan Ibudari anak
anak Arsa, Ia tak mendapat perhatian yang layak. Ia menanggung banyakbeban.
Ketidak adilan Arsa, rasa keheranan Anna dan sikap memusuhi Lucy yangterang
terangan selama lima tahun terakhir.
“Iya,mbok kunci pintu dulu.” Simbok meninggalkan kentang yang baru saja di
kupas.
Reenamengambil alih kentangnya. Ia tahu Simbok mungkin akan memasak sup untuk
anakanak. Tapi hari ini Ia tak akan mengijinkan Simbok membuatnya. Ia
akanmemanggang baked potato saja.
Sup hanyaakan mengingatkannya pada Arsa. Suaminya suka sup iga buatannya. Tapi
mulaisekarang Reena tak akan memasak menu kesukaan Arsa. Tak akan lagi ingin
tampilsegar dihadapan suaminya. Ia ingin membuat Arsa membencinya dan
menceraikannya.Itu jalan satu satunya keluar dari neraka ini.
“Nda.” SuaraAnna mendongakkan pandangannya. Gadis kecilnya sudah bangun dan
memegang kotakkecil persegi panjang.
“Anna,apa yang ada di tanganmu?” Reena masih dengan mengupas kentang bertanya.
“Akubangun karena vito mengetuk jendela. Ia bilang ini pia susu dari bu lucy.”
Annamenghampiri reena dan meletakkan pia susu di di island.
Reenameletakkan kentang dan pisau di tangannya. Seketika Ia tak lagi ingin
melakukansesuatu. Bahkaan saat sekarang pun Lucy masih sanggup menganiaya
putrinya. Saatanak anak tak mendapat perhatian ayah mereka.
“Kitatidak tahu makanan ini sehat atau tidak. Lebih baik di buang saja. Kita
belicake saja di harvest.” Reena meraih kotak pia susu dan menjatuhkannya
dikeranjang sampah.
“Kita jalanjalan saja ke car free dray lalu pulangnya ke time zone. Sekalian
beli cake danes krim.” Reena menggendong putrinya kembali ke kamar untuk
memandikan danmembangunkan Emir.
Mungkinberada diluar akan membuatnya lupa sejenak akan semua siksaan yang Lucy
lakukanpadanya.
Simbokkembali ke dapur dan tak menemukan Reena. Yang Simbol temukan hanya kotak
piasusu di tong sampah. Ia sudah menduga apa yang terjadi, Lucy sengaja
mengirimpia susu untuk membuat Reena kesal.
Bunyipanggilan dari aplikasi Gojek, Reena yang baru selesai memakaikan baju
Annasegera keluar “Iya bang sebentar.”
Reenamelintas di depan Simbok “Mbok tolong siapkan emir. Kami mau pergi.”
Simbokmelihat Reena keluar terburu buru. Tak biasanya.
Simbok melongok sebentar. Ada goshop di depan,
tapisepertinya bukan mengirim makanan. Reena menerima plastik berlogo apotik.
Simbokbertanya tanya apa yang dibeli Reena. Apa Reena hamil dan membeli test
pack?
“Reen,beli apa?”
Reenaterkejut saat melihat Simbok menangkap basah dirinya. Ia pikir Simbok
sudah kekamar Emir.
“Bukanapa apa. Cuma vitamin.” Reena langsung ke kamarnya.
Simbokpergi ke kamar Emir dan masih tak percaya kalau itu vitamin. Sikap Reena
terasaaneh pagi ini.
Arsasudah menghubungi Reena sejak pagi, tapi istrinya tak mengangkat.
Bukankebiasaan Reena tak lekas menjawab panggilan.
Arsa yangkhawatir menghubungi Simbok “Mbok, reena ada?”
“Kamilagi di GBK. Reena lagi nemenin anak anak main skuter di GBK.”
“Reenabawa hape?”
“Nggaktahu. Mas arsa mau ngomong sama reen?”
“Tolongberikan hapenya ke reen.” Arsa merasa heran. Bukan kebiasaan Reena
mengajakanak anak keluar tanpanya. Baru kali ini selama lima tahun mereka
menikah dananak anak bertumbuh.
“Reen, papanyaanak anak telphone.” Simbok menghampiri Reena.
“Nantisaja. Masih harus jagain emir.” Reena beralasan.
Simbokmenempelkan ponsel ke telinga “Mas arsa.”
“Sayasudah dengar.” Arsa mengakhiri panggilan. Ini pertama kalinya Reena
menolakpanggilannya dengan alasan menjaga Emir. Padahal istrinya bisa saja
menjawabsebentar.
Arsa takmengerti. Apa Reena marah karena Ia menjaga Lucy? Tapi kondisi Lucy
takmemungkinkannya untuk pulang sekarang. Ia takut Lucy mencoba bunuh diri lagi.
Arsakembali ke kamar, mungkin Ia harus mencoba bicara dengan Lucy. Mungkin
Lucyakan mengerti.
“Sayang.”Arsa mengusap kening Lucy. Istrinya masih terlelap.
Arsa taktahu kalau Lucy sudah bangun sejak tadi dan memanggil Vito dari jendela
untukmenyuruh anak itu mengantar pia susu ke Anna. Arsa juga tak tahu
kalau Lucy tadi mendengar suaminya menelphone.
“Sa,peluk aku.” Lucy menarik Arsa kembali ke ranjang.
“Apa kaubisa kutinggal besok? Aku ingin melihat anak anak.”
Lucymembuka mata, tatapannya sendu “Bagaimana bisa kau tega meninggalkanku
saatjahitan di tanganku belum kering.”
Arsaterdiam, bingung menentukan sikap kalau sudah seperti ini “Baiklah aku
akantetap disini.”
“Terimakasih sa. Tolong peluk aku. Aku masih ingin melanjutkan tidur.”
Arsaterpaksa memeluknya. Sejujurnya Ia sudah tak nyaman dengan hubungan ini.
Lucysemakin menuntut perhatiannya. Sementara Reena dan anak anak
semakinterabaikan.
Limatahun ini benar benar menyiksanya. Ia menginginkan lebih banyak waktu
bersamaReena. Tapi ancaman Lucy dan kenekatan istri pertamanya membuatnya sulit
untukbersikap tegas. Bahkan untuk berpikir menceraikan.
Reenaadalah cinta yang datang terlambat. Yang seharusnya Ia temukan lebih
dulu.Sayang waktu itu Ia terlalu tergesa menyambut perhatian Lucy, sikap
agresifnyadan usahanya yang tak kenal letih mengakrabi Arsa.
SeandainyaIa tak terburu buru menikah, seandainya Ia memperhatikan Reena sejak
istrikeduanya pertama kali memulai karir atletnya. Mungkin Ia tak akan pernah
beradadalam kebimbangan seperti sekarang.
Ia hanyaakan melihat pada Reena, memujanya, memberikan seluruh diri dan
waktunya untukReena dan anak anak. Perempuannya yang telah memberi Ia sepasang
buah hati yangmelengkapi kebahagiaan mereka.
“Reen.”Arsa memeluk Lucy tapi benaknya mengembara pada Reena. Reena yang untuk
pertamakalinya seperti menghindar darinya. Reena tak menghubungi balik. Reena
sepertibenar benar tak membutuhkannya lagi.
‘Reen,apa kau meninggalkan ponselmu?’
‘Reen,tolong telphone aku balik jika sudah sampai rumah.’
‘Reen,aku ingin menanyakan kabar anak anak.’
Reenamembaca belasan misscall dari Arsa setibanya di rumah. Dan beberapa
pesanWA-nya.
Reenamenekan tombol matikan. Ia tak ingin Arsa menghubunginya lagi. Reena
beranjakke laci meja rias. Ia mengambil sebutir Clomipramine yang dibelinya
danmembawanya ke wastafel. Ia menegaknya dengan air keran dan kembali ke
tempattidur. Berbaring menunggu obatnya bereaksi. Reena memejamkan mata, Ia
mulaimengantuk. Ketenangan seolah kembali. Iaseperti mendengar When The
Love Fall tengah di mainkan Yiruma.