Arsa melepaskan pelukan, Ia memutar tubuh Reena dan memandangnyaterluka “Jadi selama ini tak pernah ada cinta?”
Arsa tak pernah mendengar pengakuan Reenatentang perasaannya. Sejak pertama kali mereka berhubungan intim, Arsa selalubertanya tanya apa yang dirasakan Reena. Reena tak semenggebu Lucy. Reena takpernah mengungkapkan apa yang dirasakannya. Baru sekarang Ia mendengarpengakuannya.
“Aku merasa sudah cukup membayar semua budibaikmu selama lima tahun terakhir.”
Arsa menatap getir istrinya.Ternyata lima tahunini hanya balas budi karena Ia menolong istrinya.
“Kau milik perempuan lain. Sebanyak apapun akuberusaha, aku tak akan pernah benar benar memilikimu sa.” Reenaterbata dalamisaknya.
Arsa menggeleng “Aku milikmu reena. Seharusnyakau tahu dan bisa merasakan. Kau satu satunya yang ku inginkan.”Arsa menangkupwajah Reena.
Reena menepis tangan Arsa dari pipinya, Iaberanjak ke ruang depan. Arsa menyusul langkahnya.
Reena menghentikan langkahnya tepat di ambangpintu “Pergilah sa. Pergi pada istrimu. Aku tahu kau cuma kasihan.Dari awal inibukan cinta. Kau kasihan dan aku membalas budi. Kau butuh Ibu untuk putri adikmudan aku butuh tempat berlindung.”
“REEN.” Arsa yang membuntutinya menatap takpercaya.
Reena menyeka air mata “Lepaskan aku. Aku sudahtak serapuh dulu. Aku tak lagi butuh perlindunganmu.”
Arsa tersenyum getir “Balas budi?”
Reena terangguk “Dan rasa iba. Kau harusnyasadar lebih dulu. kita tak pernah saling mencintai. Kalau kita saling mencintaikau pasti tahu betapa tersiksanya aku menjadi istrimu. Betapa tidak adilnyadirimu. Betapa berat hari hari yang kulalui setiap detiknya.”
Arsa mendengus “Jadi tidak ada kebahagiaan samasekali saat bersamaku?”
“Ada. Anak-anak yang memberiku kebahagiaan.Bukan kau.” Reena tahu kata katanya bukan hanya melukai Arsa. Iatelah melukaidirinya sendiri. Ia memiliki momen kebahagiaan saat bersama Arsa.Tapimenghitung jumlahnya tak lebih banyak dari siksa yang Lucy berikan.
“Selama lima tahun ini aku selalu bertanya tanyaapa yang kau rasakan padaku. Aku selalu bertanya kapan kau akan mengatakancinta. Kapan kau akan menunjukkan hasratmu. Rasa memujamu.
Lucy selalu menunjukkannya padaku.Setiap saat,setiap kami bersama. Dan aku selalu bertanya kapan waktumu, kapan momenmu.” Arsamenggeleng. Ia menatap Reena terluka.
Sama terlukanya dengan Reena. Namun Reenamencoba menutupi. Ini saatnya, ini saat Ia harus berpisah.
“Aku tak akan pernah menceraikanmu.Aku akantetap mempertahankanmu. Anak anak masih membutuhkanmu. Aku janji takakanmenyentuhmu lagi jika itu yang kau inginkan. Kau bisa tenang, aku takakan mengemis. Jika aku menginginkanmu, aku akan memintanya pada Lucy.” Arsaberlalu dari hadapan Reena. Ia kembali ke mobilnya dan mengemudikan pergi.
Meninggalkan Reena yang menelan getir.Reena menutup pintu, masuk ke kamar dan menangis sejadi jadinya.Ia pikir denganmenyakiti suaminya Ia bisa membuat Arsa menceraikannya. Namun nyatanya, Ia hanyaakan menerima siksaan yang lebih berat.
Tiga hari sesudah mereka bertengkar Arsamenghubungi Simbok. Mengatakan Ia sudah di rumah dan ingin bertemu anak-anak.
Reena pulang, menemukan suaminya yang bersikapabai padanya. Arsa hanya menyapa anak anak.
Arsa juga tak tidur di kamar mereka lagi, Iapindah ke kamar tamu. Menambah penderitaan Reena di paviliun.
Reena menyalakan ponselnya. Ia melihat tak adamisscall atau pesan lagi dari Arsa setelah pertengkaran mereka.Hanya ada pesandari Lucy.
‘Aku senang arsa akhirnya menyerah dankembali padaku.’
‘Aku tahu pada akhirnya hanya aku yang bisamembahagiakannya.’
‘Kau hanyalah persinggahan. Hiburan sementara.Tidak untuk menetap.’
Reena memejamkan mata. Kelopak matanya basaholeh genangan air mata. Ia bisa mendengar suara Arsa diluar.Namun tak lagi bisamerasakan kehangatannya.
“Papa, apa bu lucy sudah sembuh tangannya?”Annamenanyakan pada papanya.
“Sudah. Kapan-kapan kita kesana menjenguknya.”
Reena tahu maksud Arsa, suaminya akan mulaimelatih Anna mengakrabi Lucy. Lalu setelah itu membuangnya.
Reena menyeka air mata, Ia mengambil obat dilaci dan menegak sekaligus dua butir.
Reena meninggalkan wastafel dan mulaimengisi bathtub. Ia masuk ke bathtub tanpa menanggalkan pakaiannya.Reenamenenggelamkan tubuh sampai kepalanya di dalam air.
Reena ingin menghilang di antara buih. Kembalike menaranya, sendirian tanpa pangeran yang mengombang ambing perasaannya.
“BUNDA” jeritan Anna dari kamar Reena.
Arsa lekas berlari ke asal suara.Anna berdiridi tepian bathtub dan melihat Bundanya tenggelam di dalam air.
“Reen.” Arsa menggendongnya dari bathtub. Iaseperti dikembalikan pada hari dimana menemukan Reena tergeletak dikamar mandirumah Sugito
Simbok yang menyusul ke kamar menarik tanganAnna “Anna ikut mbok dulu.”
Tinggal Arsa yang memompa perut Reenadengan tangannya hingga istrinya terbatuk memuntahkan air.
Reena terjaga, Ia melihat Arsa menatapnya cemas.
“Apa yang kau lakukan?!” nada suara Arsa marahdan panik.
Reena seperti melihat suaminya kembali, priayang mencintainya dan membebaskannya dari penyihir jahat.
“Aku mungkin ketiduran.” Reena tak mungkinmengatakan Ia menegak dua pil dan tak sadar akan berakhir seperti tadi.
Arsa menatap tak mengerti, Ia pergi ke kamarmandi dan mengambil handuk. Ia mengelap tubuh istrinya yang basah.
Melihat sikap Arsa mau tak mau airmatamenggenang, Ia merindukan suaminya. kebaikan hatinya. Ia tahu Ia taksiap berpisah. Dijauhi Arsa saja, Ia sudah seperti sekarang. Apalagi jikabenar-benar berpisah, mungkin Ia akan mati dalam kehampaan.
“Perlukah ku panggilkan dokter?”Arsa masihmencemaskan Reena. Bagaimanapun Ia mencintai Reena dan takut kehilanganistrinya. Ia rindu menyentuh Reena, melihat senyumnya dan kebaikan hatinya.Reena sekarang seperti saat pertama mereka saling kenal. Sejak Ia kembali dariLucy, Reena lebih banyak di kamar. Mengasing darinya.
“Tidak. Aku tidak pa pa.” Reena beringsut dudukmenyeka genangan air matanya.
“Akan kuambilkan pakaian ganti.” Arsamengambilkan pakaian untuk Reena
Suaminya masih sehangat dulu. Tak ada satupunsikapnya yang berubah setelah mereka saling menjaga jarak.
“Berdirilah. Akan kugantikan pakaianmu.”
Reena terangguk, Ia mencoba berdiri tapi tubuhnyaoleng. Arsa menangkap punggungnya sebelum jatuh.
Reena tahu ini efek obat. Obat membuat Ia takbisa langsung kembali normal.
“Reen, kau tak baik baik saja.”Arsa memeluknya.Tatapannya benar-benar cemas.
“Aku merindukanmu sa. Kupikir menyakitimu bisa membuatkau menceraikanku. Tapi hatiku yang terluka. Aku bisa melihatmu tapi tak punyakeberanian mendekatimu.”
Arsa tertegun, ini pertama kalinya Reenamengatakan perasaannya. Arsa menatap manik mata istrinya. Ia melihat kejujurandisana. Kepedihan. Sama pedih seperti yang dirasakannya saat harus memaksa dirimenjauh.
Melihat Reena di rumah tanpa menyentuh benar-benar menyiksanya. Arsa mengusap kening istrinya “Rindu adalah kata pertama yangkau punya untukku.”
“Aku juga merindukanmu reena. Aku hampir gilaberada disini tanpa bisa menyentuhmu.”
“Aku hampir gila karena kau lebih banyakmenghabiskan waktu dengan Lucy. kau menyiksaku dan anak anak.”Reena menceritakan gundahnya.
“Iya aku menyadari. Aku mungkin akan mencobabicara padanya. Aku ingin mengurangi waktuku bersamanya.”
“Iya anak-anak membutuhkanmu. Anna jugamulai bertanya. Aku kecewa kau membentaknya saat di mobil.”
“Aku janji tak akan mengulangi.Maafkan akureen, aku banyak mengecewakanmu dan anak anak.”
“Aku juga minta maaf berkata kasarpadamukemarin.”
“Kau tak perlu meminta maaf. Aku yang salah. Akuselalu mengecewakanmu. Aku mencintaimu reen. Sangat.” Arsa mencium bibiristrinya.
Reena meleleh dalam ciuman Arsa.
Pangerannya sudah kembali,mengajaknya menyusurjalan tak berujung lagi. Mengajaknya mengarungi lautan tak bertepi. Membawanyake pusaran cinta yang menghanyutkan.