Mengapa Saya Ingin Menjalankan ABKA
Assalamualaikum readers. Terima kasih sudah berkenan membaca ABKA. Semoga Allah mudahkan anak-anak kita membaca Al-Quran serta Allah karuniakan kepada kita semua kecintaan terhadap Al-Quran.
❤️❤️❤️❤️❤️
Mohon Subcribe dan komen ya. Baarokallahu fiik 💙💙

Mengapa saya ingin menjalankan ABKA?

Pertanyaan ini, mengapa saya ingin menjalani ABKA (Agar Balita Khatam Al-Quran) penting untuk diajukan. Baik untuk saya, atau siapa saja yang ingin menjalankan ABKA. Hal-hal berikut menjadi alasan mengapa saya ingin menjalankan ABKA :

1. Agar cepat menuai pahala

Amal sholeh yang dilakukan oleh anak yang belum mukallaf (dibebani syari’at), pahalanya akan mengalir pada kedua orang tua yang mendidiknya. Jika ia sholat, pahala sholatnya mengalir pada orang tuanya. Jika ia berinfaq, pahala infaqnya mengalir pada orang tuanya. Dan begitu juga jika ia membaca Al-Quran, pahala tilawahnya juga mengalir pada orang tuanya, in syaa Allah.

Dalam hal ini, Rasulullah ﷺ bersabda :
“Dari Abu Mas’ud Rodhiyallahu anhu berkata, “Rasulullah ﷺ bersabda, ‘Barang siapa menunjukkan suatu kebaikan maka ia mendapatkan pahala seperti pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)

Nah, orang yang menunjukkan saja mendapatkan pahala sama dengan orang yang melakukannya, tanpa mengurangi pahala orang yang melakukan. Asik kan? Ibaratnya, lagi duduk santai, pahala tetap bisa mengalir dari orang yang kita ajarkan kebaikan. 

2. Menumbuhkan kecintaan terhadap alquran sejak dini

Apakah Anda pernah menyesal ketika anda sadar baru mulai menghafal atau belajar membaca Al-Quran setelah dewasa? Jika iya, jangan ulangi hal itu untuk orang yang anda cintai sekaligus orang yang sangat anda harapkan untuk membantu anda kelak pada hari dimana tidak bermanfaat harta dan jabatan.

Inginkah anda mendengar balita anda mengigaukan ayat Al-Quran dalam tidur pulasnya? Bibir mungilnya melafazkan ayat-ayat mulia itu dengan lancarnya meski ia sedang tidur. Inginkah anda mendengar pertanyaan lugunya ketika ia bangun tidur, suroh apa yang akan dimuraja’ahnya hari itu? Ia bahkan belum sadar itu hari apa, tapi alam bawah sadarnya sudah merasa nyaman dengan Al-Quran sehingga bangun tidurpun yang ia idamkan adalah bersama Al-Quran.  

Semakin kenal, semakin sayang. Kira-kira begitulah ungkapan untuk Al-Quran. Saya menjadi saksi mata seorang balita yang sejak Allah memudahkannya membaca Al-Quran di usia empat tahun, sejak itu pula ia terlihat betah berlama-lama dengan Al-Quran. Jika sedang tidak membacanya, ia hanya akan membolak balik sambil berusaha membaca nama surah, juz, atau bahkan tanda-tanda dalam Al-Quran yang baginya sangat menarik.

Tak hanya sampai disitu, bahkan ketika orang tuanya tilawah, si balita juga mampu mencari pada Al-Qurannya halaman yang sedang dibuka orang tuanya. Padahal belumlah ia paham akan angka arab pada halaman Al-Quran.  

Lihatlah, jika benih cinta sudah bersemayam di hatinya, mainan-mainan yang biasanya sangat menyenangkan baginya mampu ia tinggalkan demi membolak-balik surat cinta dari Sang Pencipta.

3. Menjadi awal yang baik

Al-Quran adalah dasar. Dasar bagi semua aspek, bagi seorang muslim. Al-Quran juga mencerdaskan. Maka akan menjadi awal yang baik ketika balita diinstalkan dengan perangkat terbaik, yaitu Al-Quran.

Dengan memiliki dasar Al-Quran, anak akan mudah melewati fase-fase berikutnya. Seperti fase belajar membaca, belajar berhitung, belajar Bahasa arab, dan fase lainnya. Bahkan, harapan kami lebih dari itu, dengan mengajarkan anak Al-Quran sejak dini, kami berharap Al-Quran akan menjadi benteng perlawanan bagi diri anak ketika ada hal-hal yang kurang baik mempengaruhi jiwanya.

4. Meneladani sholafush sholih

Para pendahulu kita (sholafush sholeh) banyak yang hafal Al-Quran di usia dini. Mereka hafal dan khatam Al-Quran di usia sangat belia. Berikut beberapa ulama tersebut :

a. Muhammad bin Idris yang lebih dikenal dengan nama Imam Asy-Syafi’I, hafal Al-Quran sejak usia 7 tahun.

b. Abu Ja’far Muhammad bin Jarir bin Yazid bin Katsir Ath-Tobari yang lebih dikenal dengan sebutan Imam Ath-Thabari, hafal Al-Quran di usia 7 tahun.

c. Ahmad bin ‘Ali bin Muhammad yang lebih dikenal dengan sebutan Ibnu Hajar Al-‘Asqolani, hafal Al-Quran di usia 8 tahun

d. ‘Abdurrahman bin Abi Bakar bin Muhammad yang lebih dikenal dengan nama Imam As-Suyuthi hafal Al-Quran di usia 8 tahun.

e. Isma’il bin ‘Umar bin Katsir yang lebih dikenal dengan nama Imam Ibnu Katsir hafal Al-Quran pada usia 11 tahun.

f. Ahmad bin Muhammad bin Hanbal yang lebih dikenal dengan nama Imam Ahmad hafal Al-Quran di usia 15 tahun

g. Nu’man bin Tsabit bin Marzubah yang lebih dikenal dengan nama Imam Abu Hanifah hafal Al-Quran sejak kecil.

h. Malik bin Anas atau yang lebih dikenal dengan Imam Malik hafal Al-Quran di usia belia.

i. Abu Zakaria Yahya bn Syarif An-Nawani atau yang lebih dikenal dengan imam An-Nawawi hafal Al-Quran sebelum baligh

Dari pemaparan di atas, dapat kita ketahui bahwa membaca dan menghafal Al-Quran dilakukan sedini mungkin. Jika mereka bisa, insya Allah dengan taufik dari Allah, balita kita juga bisa.


5. Menjadi sebaik-baik manusia

Rasulullah ﷺ bersabda dalam sebuah hadits yang disampaikan oleh Utsman bin Affan:

Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori)

Orang yang paling baik, dalam barometer Rasulullah ﷺ yang mana perkataannya bukanlah berasal dari hawa nafsu akan tetapi merupakan wahyu, adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al-Quran.

Alangkah baiknya jika buah hati setiap keluarga muslim memulai belajar Al-Quran sejak balita. Sehingga penghuni rumah setiap muslim akan selalu menjadi orang-orang terbaik.

6. Menyibukkan balita dengan alquran tanpa ia sadari

Balita adalah peniru yang paling ulung. Mungkin anda pernah terpeleset lalu spontan beristighfar. Tidak lama setelah itu anak anda terpeleset lalu dia juga beristigfar dengan pelafalan yang belum sempurna.

Atau anda pernah memainkan smartphone sambil jari-jari anda sibuk menggeser-geser layar dengan mimik yang serius. Lalu beberapa waktu kemudian, anda menemukan Ananda memegang suatu benda berlagak itu adalah smartphone, menggeser-geser layarnya dengan mimik yang tak kalah serius.

 Itu adalah bukti yang nyata bahwa ia sesempurna itu meniru apa yang dilakukan orang tuanya. 

Nah, bagaimana jika mulai sekarang, anda menjalankan program Al-Quran untuk balita anda di rumah? Gencarkan program untuk pendengaran, penglihatan dan juga lisannya. Kira-kira bagaimana perkembangan si peniru ulung ini setelah program ini berjalan? Insya Alah membahagiakan. Teknis program akan dijelaskan pada bab-bab akhir, simak terus ya.


7. Menanam dilahan yang bersih

Rasulullah ﷺ bersabda dalam sebuah hadits:
Setiap manusia yang lahir, mereka lahir dalam keadaan fitrah. Orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi atau Nasrani.” (HR. Bukhari-Muslim)


Usia balita adalah golden age. Usia balita adalah masa dimana ia akan mencontoh apa yang ia lihat, dengar, rasakan dengan sempurna. Maka, tugas orang tua adalah mengkondisikan semua hal yang akan dijalani balita dalam keadaan siap untuk ditiru dan diteladani. Mulailah memprogramkan software terbaik sepanjang masa untuk diserap oleh si balita, yaitu Al-Quran. 

Jika balita diibaratkan sebagai gelas kosong, maka isilah gelas kosong anda dengan Al-Quran sampai penuh lalu ia akan menumpahkan isinya. Karna jika anda tidak mengisinya dengan Al-Quran, ia juga akan terisi dengan yang lainnya.sekarang, pilihan di tangan anda.

Tentu saja, menanam di lahan yang bersih, lebih subur dibanding menanam di lahan yang belum bersih. Hati balita masih bersih, belum sibuk dengan keinginan dunia. Namun semakin besar seorang anak, semakin mengenal dunia. Semakin banyak menginginkan sesuatu maka hatinya pun menjadi sibuk. Maka tanamilah lahan bersih anda mulai sekarang, sebelum tumbuh rumput yang tidak diharapkan!


Baarokallahu fiikum.

ABKA
Aulia Lathifah

Komentar

Login untuk melihat komentar!