bab 7
SAAT REWANG DIRUMAH MERTUAKU (7)


Bayu POV


Aku mengerutkan keningku dalam, sorot mataku terus saja melihat kearah rumah, sudah dari tadi belum ada tanda-tanda kemunculan Safira. 

Bukanya tadi seingatku dia pamit mengambil makanan prasmanan, lalu kenapa belum muncul juga, makanan prasmanan juga sudah pada terisi penuh.


Para tamu semakin ramai, di tambah dengan rombongan dari pihak laki-laki. Aku mendengus, begitu banyak orang rasa gerah menghantui tubuhku.


"Tunggu!"

Aku terkesiap saat tiba-tiba saja ada seseorang yang memegangi tanganku, saat hendak pergi.


"Bayu," ucapku sedikit terkejut.


Begitupun juga dengan diriku, yang terkejut bukan main saat menoleh ternyata Aswin, teman terdekatku sekaligus sahabat lamaku ada disini.


"Ini beneran lu kan Bay, gak salah lihat kan," Aswin tampak memperhatikan diriku dari kaki hingga kepala.

Bagaimana bisa, bagaimana Aswin bisa ada disini.


"Aswin," gumamku pelan.


"Ya Tuhan, jadi ini beneran lu Bay," pria tinggi sama sepertiku itu spontan memelukku erat, namun tidak dengan diriku.


Aku masih shock melihat Aswin, sudah lama aku tidak melihat dirinya. Dan secara tiba-tiba ada di pernikahan adik iparku.

Kedua ekor matanya melirik ke sembarang arah, hasilnya nihil sedikit membuatku bernafas lega.


"Aswin jawab gue, kenapa bisa lu ada sini?" tanyaku cepat sembari merenggangkan pelukannya.


"Gue lagi antar manten, itu yang nikah si Boy, teman kantor, jadi dipaksa olehnya untuk datang ke acara ini," jawab Aswin terdengar jujur.


"Sendiri?" Tanyaku lagi, Aswin mengangguk cepat.

"Iya," 


"Sumpah Bay, gue kehabisan kata-kata, akhirnya bisa melihat lu lagi, kangen banget gue Bay," sambung Aswin.


"Lu yakin pergi sendiri?" Entah kenapa rasanya aku masih tidak yakin.


"Iya, emang mau sama siapa lagi. Orang tua lu sakit Bay, sejak lu pergi dari rumah semuanya berubah, orang tua lu sering sakit-sakitan bahkan orang tua Lu pernah sampai di bawa keluar negeri," tutur Aswin.


Ada rasa sakit hatiku mendengar apa yang dikatakan Aswin barusan. 


"Mereka bukan orang tua gue lagi," balasku memalingkan wajah ke sembarang arah.


"Gue tau, tapi mau bagaimana pun mereka tetap orang tu lu Bay," kata Aswin lagi.


Aku merasa malas membahas ini, setiap kali mengigat kejadian itu membuat hatiku sakit. 


"Lupakan, anggap kita gak pernah ketemu," ucapku pada akhirnya memilih pergi.


***

"Bay, Bay, tunggu Bay. Mau sampai kapan, hah. Mau sampai kapan terus-terusan begini Bay. Lu gak sayang sama kedua orang tua Lu yang lagi sakit hah?" Kata Aswin, pria itu terus mengikutiku hingga saat ini sedikit jauh dari rumah mertuaku.


"Buat apa gue sayang sama mereka sementara mereka saja tidak sayang sama gue Win," balasku geram.


"Gak sayang, gak sayang gimana maksud lu Bay, tiap malam Mama lu nagis sembari memeluk foto anak semata wayangnya, tiap malam Mama lu mimpi tentang anak tercintanya, tiap Malam mama lu selalu pergi ke kamar Lu Bay, dan lu bilang mereka gak sayang, Papa lu lagi, egonya memang besar Bay,


Ketika mengusir lu dari rumah, tapi apa lu tau, hampir tiap hari Papa lu selalu mengigau nama lu Bay, orang tua mana coba yang gak sayang gak rindu sama anaknya sendiri darah dagingnya sendiri," 


"Plis Bay, lu pulang. Sudah hampir tiga tahun lu pergi dari rumah, kami butuh lu Bay, orang tua Lu, dan perusahaan juga membutuhkan Lu Bay. Tanpa lu semua kacau," lanjut Aswin.


Aku termenung mendengar apa yang Aswin katakan barusan. Rasanya begitu sakit di hatiku seperti di hantam oleh batu besar. 


"Gue mohon Bay, setidaknya lu jenguk orang tua Lu Bay, kasiani mereka," tutur Aswin lagi.


"Gue gak bisa," balasku tetap.

"Gak bisa, mau menunggu lagi, sampai kapan. Sampai Papa dan Mama lu meninggal baru pulang kerumah, katakan Bay sampai kapan!" Seru Aswin kali ini suaranya meninggi.


Aku terhuyung mendengar apa yang dikatakan Aswin. Apakah yang aku lakukan ini salah.


"Gue mohon Bay, lu pulang, gue mohon," tutur Aswin kebeli membujuk.


"Ok, gue pulang. Tapi gak lebih untuk bertamu, karena bagaimanapun juga gue bukan keluarga dari mereka lagi," sahutku.

"Iya, terserah. Yang penting lu pulang," kata Aswin terlihat bahagia.


"Satu hal yang harus lu tau Win, gue udah menikah. Dan itu rumah mertua gue," celutus ku jujur, Aswin tampak biasa-biasa saja mendengarnya.


"Iya, gue tau, Om Yudi yang memberitahukannya." 


"Om Yudi," aku mengerang marah. Pantas saja Aswin tak terkejut. Padahal aku sudah memperingatkan om Yudi untuk merahasiakan ini dari siapapun.


"Iya, lu jangan marah, gue yang maksa kekeh buat om Yudi ngomong sampai gue bertengkar sama tu akik-akik supaya bisa bertemu sama lu, 

Tapi hasilnya apa, cuma info itu doag yang om Yudi katakan. Sialll!" Gerutu Aswin.

**

Tiga tahun yang lalu.


"Kamu harus menikahi wanita pilihan Papa, dia baik dan berpendidikan tinggi, dengan kamu menikah dengannya perusahaan kita akan terjalin kontrak kerja sama yang luar biasa, anakku," seorang pria paruh baya dengan pakaian kerjanya penuh karisma duduk kursi kebesarannya.


"Tidak, Pah. Bayu tidak mau!" Pria yang di tuju membantah cepat.


"Kenapa?" 


"Karena Bayu tidak suka perjodohan," jawab Bayu.


Brakkk .... Gebrakan meja terdengar keras.


"Tidak ada penolakan, karena Papa sudah menerima persetujuan itu." 



"Bayu tetap tidak mau Pah, pernikahan atas paksaan tidak akan berakhir indah. Bayu hanya ingin menikah dengan wanita pilihan Bayu sendiri," kekeh Bayu.


"Anak kurang ajar, Papa tidak pernah mengajarimu membangkang Bayu!"


"Kamu satu-satunya penerus keluarga ini, kamu tidak bisa menikah dengan wanita biasa!" Sambung pria paruh itu lagi yang kekeh memaksa.


"Bayu sedang tertarik dengan seseorang, Bayu hanya mau menikah dengannya tidak dengan yang lain," final Bayu, spontan membuat rahang orang jauh lebih tua daripadanya itu mengeras.


"Kamu tetap akan menikah dengan wanita yang Papa pilihkan, tidak ada penolakan. Atau kalau tidak kamu akan aku keluarkan dari keluarga ini," ancam pria itu.


"Bayu tetap akan menolak," 


Brakkk ....

"Anak kurang ajar, tidak tau di untung. Pergi kau dari rumahku, mulai saat ini kau bukan bagian dari keluarga ini lagi," 


Bersambung ......




Komentar

Login untuk melihat komentar!