Salsa masih tak percaya bahwa hari ini sedang memakai gaun pengantin putih dengan segala riasan mewahnya. Inilah hari indah yang dinanti bertahun lamanya. Menjadi ratu tercantik, bersanding dengan sang raja rupawan, menggenapkan separuh agama.
Perias sibuk menyempurnakan riasan. Setelah selesai, wanita empat puluh tahun itu menyodorkan cermin agar pengantin bisa menyaksikan wajah baru hasil polesan estetis sang ahli.
Syamila dan Syakila tak henti memuji kecantikan kakak tercinta. Tak lupa menggoda sampai rona merah menyemburat sempurna.
“Acieeee, love!” canda Syakila.
Keduanya terkikik geli melihat Salsa salah tingkah. Seperti biasa sang kakak akan mencubit hidung dua adiknya.
"Aku banget, banget bahagia akhirnya Kak Salsa jadi ratu sejagat," ungkap Syamila setelah percandaan selesai. Syakila menepuk tangan adik bungsunya sebab ia jadi menangis mendengar itu.
"Rese, eh. Aku jadi nangis, nih."
Ketiga gadis itu berpelukan, mereka menangis haru atas kebahagiaan tak terkira ini.
Hanya saja, aksi pelukan itu harus terhenti kala terdengar ketukan di pintu kamar rias. Syakila bergegas meraih gagang pintu berwarna abu. Tak semenit benda berukir jati itu terbuka, tampak Arkan berdiri dengan wajah tegang. Setelah mengatur napas yang masih tersengal, pemuda itu melangkah perlahan.
"Kak.”
Arkan menggenggam tangan kakaknya lembut. Menatap manik pekat di hadapannya. Direngkuh tubuh berbalut gaun pengantin itu.
“Sabar, ya, Kak.” Tersedu Arkan merekatkan pelukannya. Salsa menggerak-gerakkan bola mata. Perasaannya tiba-tiba tak enak.
“Ada apa?” Suara Salsa sedikit tertahan.
“Kak ....“
“Apa?”
“Kak Fadil kecelakaan.” bisik Arkan.
Informasi itu serupa guntur sambar menyambar di telinga Salsa. Ia melepas pelukan hingga netra kakak beradik itu bersitatap.
“Gak, gak mungkin, gak mungkiiin!” Salsa meraung, mengguncang-guncangkan tubuh adiknya.
Arkan kembali merengkuh tubuh itu. Ia mengeratkan pelukan, menahan tubuh yang memberontak hebat. Syamila dan Syakila menutup mulut, dada-dada mereka terasa menyempit. Tangisan pun pecah memenuhi ruangan.
Syamila dan Syakila menghambur ke arah Salsa. Mereka pun ikut merengkuh tubuh itu. Ruangan ini seketika berubah jadi gaduh oleh kerasnya tangisan.
*
Setelah tangisan mereda, Salsa melepas pakaian pengantin dan segera berangkat ke rumah sakit diapit Arkan. Pria itu memapah tubuh kakaknya yang hampir kehilangan kekuatan.
Terseok mereka berlari-lari sepanjang koridor rumah sakit. Di sana telah berkumpul anggota keluarga yang mayoritas tengah menangis pilu.
Kehadiran Salsa disambut pelukan salah satu anggota keluarga. Dalam dekapan wanita itu, tubuhnya ambruk bersama jiwa yang luluh lantak.
*
Seminggu telah berlalu, Salsa menatap nanar pria yang terbaring lemah dengan berbagai alat medis terpasang di tubuhnya. Pemuda yang harusnya menyematkan cincin pernikahan, kini koma akibat kecelakaan tragis saat mobil pengantin melintasi pertigaan jalan.
Sebuah truk dari arah berlawanan menabrak mobil itu hingga supir tewas seketika, sedang Kyai Sholeh dan istrinya kritis. Momen terindah itu berubah menjadi lautan kepedihan.
“Mas Fadil, bangun Mas ....” Entah untuk keberapa kali ucapan itu terlontar dari bibirnya. Air mata kembali merinai, hati kian berdarah demi mendengar bahwa harapan kesembuhan calon suaminya hanya tigapuluh persen saja.
*
“Sa, makan dulu.“ Umi membelai rambut legam putri sulungnya. Tak ada sahutan dari bibir merah itu, hanya kesunyian yang menambah kepedihan.
Umi menyendokkan nasi, menyuapkan pada bibir yang terkunci rapat. Wanita paruh baya itu pantang menyerah debelum putrinya mau menyuap makanan.
“Kak, jangan kayak gini.” Syamila memeluknya dari belakang. Tangisan tak mampu lagi ditahan. Bahu Wanita yang tengah hamil muda itu berguncang. Hatinya terkerat menyaksikan deraan derita yang bertubi-tubi menimpa kakaknya.
Keempat adiknya silih berganti datang menemani kakak yang tengah digulung derita. Segala cara ditempuh untuk membuat gadis itu tak terlalu larut dalam nestapa. Namun, itu sia-sia.
*
Sebulan berlalu, Kyai telah siuman dari koma, sedangkan istrinya meninggal dunia. Meski kini harus rela hidup tanpa istri tercinta, pria sholeh itu terlihat sangat tegar di atas kursi roda.
Di suatu hari, Kyai Sholah datang ke kediaman calon besannya. Pria itu bermaksud menyampaikan satu keputusan.
“Nak Salsa, kami akan membawa Fadil ke Jepang,” ungkap pria bersorban putih itu.
Pernyataan itu serupa dentuman bom di sisi Salsa. Mulut gadis itu terbuka lebar. Matanya ikut membesar.
“Ke Jepang, Mas Fadil pergi?”
Bibir Salsa bergetar, maniknya bergerak-gerak ke kanan dan kiri. Ia memberanikan diri menatap calon mertuanya.
“Nak, seandainya kalian sudah menikah, Abi akan membawamu serta, tapi ….”
Waktu di sisi Salsa seakan berhenti berputar. Dunia tiba-tiba masuk dalam keheningan. Ia ingin ini adalah mimpi, saat bangun semua tak begini.
“Mas Fadil,” desisnya.
“Ini ikhtiar untuk kesembuhan. Kalau masih ada usia dan jodoh, Fadil akan kembali padamu.” terang Kyai Sholah dengan nada ditekan agar tak kentara getaran.
Gadis itu tak mampu lagi merangkai kata. Tubuhnya bergetar menahan pilu yang terus mendera. Terbayang betapa sepi akan kembali menemani kala kekasih hati pergi tanpa tahu kapan kembali. Meski kisah kasih ini singkat, rasa cinta itu amatlah dalam. Sampai-sampai tak terselami dasarnya.
Sebelum berangkat ke Jepang, Kyai Sholah kembali datang ke rumah keluarga calon besannya. Pria itu berpamitan dan menyampaikan ucapan yang membuat luruh kembali bulir-bulir bening di pelupuk mata sendu itu.
“Karena kesembuhan Fadil tidak bisa diprediksi, kami putuskan melepas Nak Salsa. Kalaupun kelak ada yang meminang jadi tidak ada halangan.”
Kata demi kata yang terangkai dari bibir sang Kyai bagai belati merajam hati. Mana mungkin dirinya terlepas dari pria yang sudah mengisi separuh jiwa.
Umi memeluk putri yang tergulung isak pilu. Dadanya tak kalah sakit menyaksikan lara yang tak henti menyiksa.
Di hari keberangkatan Fadil, Salsa meminta izin menemui mantan calon suaminya. Getaran di tubuh menghebat kala menatap tubuh pria yang terbaring tanpa daya. Ada doa dan asa terselip di dada.
“Mas, berjuanglah untuk sembuh. Kembalilah padaku. Aku menunggumu ….”
*
Novel BELAHAN JIWA SALSABILA ready stok
Pemesanan 081261934594
Yuk, baca Juga!
*TERLANJUR NYAMAN *ISTRI RAHASIA KONGLOMERAT *CINTA SANG PILOT *STRONGER WITH YOU *CALON MANTU KYAI *LOVE YOU FISABILILLAH *DUDA MENTERENG *SENTUHAN SATU MALAM *DIMADU PASCA MELAHIRKAN *PENGANTIN BELIA *GADIS BELIA DAN BAYINYA *BOS KILLER *SELEPAS TALAK TIGA *PEMBUNUH SUAMIKU