Luruskan Niat
Sebelum menulis tanya diri dulu, nulis buat apa.
Buat menyalurkan hobi? Menggapai mimpi memeluk buku sendiri, merasa terinspirasi dari orang lain, lalu ingin ikut menulis? Atau memang ingin menjadikan karya  tulisan sebagai sumber pendapatan utama.


Apapun niatnya, selama itu baik, pasti ada jalan yang memudahkan usaha kita. Goreskan pena sambil berdoa, semoga usaha kita dalam menulis berkenan dilirik pembaca dan mengena di hati mereka.

Niatkan dalam hati bahwa apa yang kamu tuliskan adalah sarana menghibur, menyampaikan ilmu-ilmu dan pesan moral yang baik.

"Ingin dong terkenal dengan cepat."

Saya pun ingin!

 Semua orang juga ingin terkenal dengan cepat. Tidak sedikit mereka yang rela menulis apa saja demi mendapat atensi pembaca. Termasuk dengan cara 'melacurkan jemari' mereka.

Mengapa saya bilang begitu?

Kenyataanmya memang begitu!

Demi uang dan popularitas mereka menulis apa yang sebenarnya jauh dari hati nurani mereka sendiri. Mereka juga tahu bahwa apa yang mereka tulis adalah hal nyeleneh yang dia sendiri malu untuk disebut karya sastra atau tulisan.

Tidak sedikit juga penulis lain yang menulis adegan******murahan ssbagai.jalam pintas menjaring pembaca, demi sedikit uang, menjual harga diri demi  popularitas yang sebenarnya mereka tak akan tahu sampai kapan bisa  mempertahankannya.


Dan sejauh yang saya perhatikan orang orang seperti ini, umumnya terkenalnya hanya sebentar. Viral sesaat lalu tenggelam.
 Setelah pembaca mengetahui gaya tulisannya, ditambah dia anti kritik dan tidak mau mengupdate diri dan kemampuan menulisnya,  maka jangan berharap penulis seperti ini akan bertahan lama.


Menjadi seorang penulis haruslah kita memantapkan hati, mau belajar, terbuka dengan kritikan dan saran, siap dengan konsekuensi, menjaga kehormatan dan ucapan. Karena sedikit tidaknya mereka yang mengikuti tulisan kita pasti mengidolakan dan menjadikan kita panutan.

Bayangkan jika isi timeline akun sosial media seorang penulis hanya berisikan curhat tidak jelas, kekecewaan dan sakit hati pada orang lain,  ujaran kebencian, kalimat umpatan dan makian, apa yang mau dijadikan teladan?

Poin niat ini adalah hal yang akan menentukan kemana arah kita berikutnya. Jadi, sudahkah kamu bertanya pada hatimu, kamu menulis buat apa dan untuk siapa?