Triing ....
Sebuah pesan masuk ke inbokku. Pesan dari Kakak Perempuanku, Yuli yang mengirimkan screenshoot, percakapannya dengan mantan pacarku saat SMA.
Aku baca dengan teliti. Hatiku berdebar dengan gemuruh rasa yang tak menentu. Dalam SS chat itu, mantan, ups, sebenarnya tak bisa kusebut mantan, karena kami tak pernah putus. 25 tahun aku merindu dan mengharap kabar tentangnya. Aku sempat mengira dia telah mati. Tapi SS dan chat Kak Yuli malam ini, menyadarkan dan mengingatkanku kembali tentang kenangan lama itu.
Siapa yang sudah bisa melupakan cinta pertamanya? Maaf, aku belum mampu. Aku menangis membacanya. Dalam chat itu, pacarku, cinta pertama yang kurindukan selama 25 tahun itu, berujar, dia tak mampu melupakanku. Dia menumpahkan isi hatinya pada Kakak Yuli.
Dia mengungkap juga penyesalan dan perasaan bersalahnya yang menggunung, karena meninggalkanku begitu saja, yang begitu mencintainya dengan ketulusan, ketololan dan kepolosanku.
Enam tahun kami pacaran, dua kali dia menghiati dan berselingkuh dengan wanita lain. Lalu meninggalkan begitu saja. Padahal aku masih sangat mencintainya, dan dia telah mengambil milikku yang paling berharga. Dia sudah mengambil keperawananku. Itu yang membuatku terus berharap, untuk bisa menikah dengannya.
*****
Aku anak ketiga dari empat bersaudara yang kesemuanya perempuan. Setelah lulus SMP, aku tinggal bersama Kak Yuli, yang merupakan istri muda dari seorang pria kaya raya.
Kakakku tinggal di sebuah ruko, yang di berikan oleh suaminya. Suami Kak Yuli, datang dua hari sekali, ya ... bisa di maklumi bukan? Karena Kak Yuli memang istri mudanya.
Tadinya Kak Yuli tinggal di komplek perumahan yang sama dengan istri tua, tapi kemudian Suami Kak Yuli, memberikan Ruko di pinggir jalan, agar Kak Yuli bisa berjualan.
Sepulang sekolah, aku membantu menjaga tokonya. Disinilah aku bertemu Rafa. Dia sering mampir ke toko, sebelum pergi ketempatnya menempuh pendidikan.
Sambil menunggu mobil jemputan, Rafa duduk untuk sekedar makan atau minum kopi di toko, yang di sulap menjadi mirip cafe untuk makan dan minum anak-anak muda.
"Siapa namanya, dek?" sapa Rafa padaku setelah kusuguhkan kopi pesanannya.
"Saya, Ella, Bang," jawabku. Selanjutnya Rafa memesan pisang goreng keju, dan aku mengolah pesanannya.
Saat mobil jemputan Rafa datang, dia pergi, setelah membayar minuman dan makannya. Kami bertemu lagi seminggu kemudian.