"Alin! Ibu serius nanya ini!" Ibu setengah berteriak karena aku tidak begitu menanggapi pertanyaannya.
Mau tak mau, Alin menghentikan aktivitasnya mengupas bawang dan memandang ibunya yang kini juga sedang menatapnya.
"Alin ga dapet rasanya, Bu."
"Rasa apa? Kamu kan baru ketemu Rudi sekali. Yah pasti belum ada rasa. Kamu harus ketemu dengan dia lagi. Nanti sore, kamu ke rumah Bu Ustadzah!" perintah Ibu.
"Ga bisa, Bu. Sore nanti, Alin ada janji mau mengantar Mbak Kayla ke pasar malam," tolak Alin.
"Nanti biar Kayla, Ibu yang antar ke pasar malam. Sore ini, kamu harus ke rumah Bu Ustadzah."
"Alin harus ngapain di rumah Bu Ustadzah? Kayak ga ada kerjaan aja sih. Jangan paksa-paksa Alin dong, Bu."
"Malam nanti, ada acara syukuran diangkatnya Rudi jadi dosen di Jakarta. Kamu bantu-bantu di sana. Sekalian pendekatan sama Rudi. Ini Bu Ustadzah sendiri yang minta kamu ke sana. Ibu nanti enggak enak kalau kamu tidak datang," jawab Ibu sambil beranjak ke wastafel untuk mencuci sayuran.
Alin tak habis pikir, menanggapi permintaan ibunya. Apakah Alin harus menceritakan kepada ibunya perihal siapa Rudi.
"Baiklah, Alin akan ke sana, untuk sekedar membantu, bukan menerima perjodohan ini," ucap Alin, akhirnya.
Ibu tak bereaksi pada ucapan Alin. Beliau tetap mencuci sayuran di wastafel, tanpa berbalik memandang Alin. Alin berdiri dan menghampiri ibunya, "Alin siap-siap dulu yah, Bu," ucapnya sambil menyerahkan bawang yang sudah dikupas dan berlalu menuju kamarnya.
¤¤¤¤¤
Alin masih berdiri di depan lemari pakaiannya. Dia masih memikirkan cara untuk berbicara pada Bu Ustadzah perihal perjodohan dengan anaknya tanpa membuat beliau sakit hati. Alin juga tak mau mengatakan perihal sesuatu yang tak sengaja diketahuinya ditempat pemberhentian bus dulu.
"Hei! Ngapain bengong di depan lemari?"
Alin terhenyak mendengar suara Kayla yang tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya. Alin mendengus kepada Kayla dan duduk di pinggir tempat tidur. Mengacuhkan Kayla yang ikut duduk di sampingnya.
"Kok malah cemberut? Bukannya kamu mau ke rumah camer? Senyum dong, jangan jutek gitu mukanya. Nanti camernya kabur."
Alin memandang Kayla dengan kesal. "Mbak enggak tau sih, siapa yang mau dijodohkan sama aku."
"Ibu udah cerita ke Mbak. Dosen muda, anaknya guru ngaji Ibu, kan?" ujarnya.
"Tapi ada yang Ibu dan Ustadzah itu tidak tahu tentang Rudi, laki-laki itu sudah menikah," bisik Alin kepada Mbak Kayla.
"Apa? Serius, kamu? Jangan cari-cari alasan yang enggak masuk akal, deh." Wajah Mbak Kayla tampak lucu saat dia menggelengkan kepalanya membuat Alin jadi tertawa.
"Tuh, kan? Kamu bercanda. Udah deh, jalanin aja dulu jangan memfitnah orang!" ucapnya kesal.
"Aku enggak bercanda, Mbak," jawab Alin gemas. Akhirnya, Alin menceritakan tentang pertemuan tak sengajanya dengan Rudi dan wanita yang kemungkinan besar adalah istrinya. Wajah Kayla tampak terkejut mendengar cerita Alin.
"Kalau begitu, kamu harus bicara sama Ibu, Lin!"
"Tadinya juga Alin mau cerita ke Ibu, tapi takut Ibu nggak percaya. Lagi pula Alin juga kurang begitu yakin, takutnya waktu itu, Alin salah dengar," sahut Alin panjang lebar.
Kayla manggut-manggut setelah mendengar penjelasan Alin. " Lalu, kamu mau bagaimana?"
"Alin berharap laki-laki itu mau menjelaskan ke Ibunya sendiri dan dari pihak mereka yang membatalkan perjodohan ini. Kasihan Ibu, nanti merasa tidak enak sama Bu Ustadzah."
"Bener juga sih. Apalagi, Mbak liat, Ibu sangat antusias dengan perjodohan ini."
"Doain Alin, yah biar masalah ini cepat selesai dengan damai," pintanya pada Kayla.
"Pasti. Mbak akan doakan yang terbaik untuk kamu" jawab Kayla sambil memeluk adiknya itu dengan erat.
¤¤¤¤¤
Alin baru saja memarkirkan motornya di tanah kosong samping rumah Bu Ustadzah yang biasa dipakai sebagai tempat parkir dan bermain anak-anak di sekitar rumah tersebut. Sebelum memasuki rumah tersebut, Alin memandang keadaan rumah yang tampak ramai. Mungkin Bu Ustadzah mempunyai banyak saudara dan teman dekat karena suasana yang terlihat sangat ramai. Alin bergegas menuju rumah beliau.
"As---"
Belum selesai mulutnya mengucapkan salam, tiba tiba ada seseorang yang memanggil namanya.
"Alin!"
Alin segera berbalik mencari sumber suara yang sangat dikenalnya. Dia berharap pendengarannya salah, bukan sosok itu yang diharapkan muncul saat ini. Namun ternyata, benar adanya.