Pip, pip, pip!
Suara pendek-pendek dan nyaring terdengar dari sebuah ponsel, benda pipih dengan silicon case warna ungu itu agaknya sudah kehabisan baterai. Lampu indikatornya berkedip-kedip merah setelah mengeluarkan suara tadi.
Seorang gadis dengan seragam olahraga segera meraih benda tersebut, sebelum ponselnya benar-benar mati, ia segera menghubungkannya dengan pengisi daya. Ada hela napas lega saat melihat tanda charging di pojok kanan layar ponsel, entah kenapa saat ponsel kehabisan daya dan mati, terasa sangat malas dan lama sekali untuk dinyalakan kembali.
“Nisa, ayo ganti baju!”
“Duluan aja ... hapeku masih dicharge nih.”
“Tinggalin aja, Nis. Kan abis ini pelajaran bahasa Inggris. Gurunya enggak suka ada yang telat ....”
“Enggak apa-apa, sana duluan. Aku ganti bajunya cepet kok!”
“Ya udah, pokoknya aku gak tanggung jawab kalo ada apa-apa, ya?”
“Emang ada apa sih? Santuy aja kales,” jawab Nisa sambil menelungkupkan tubuhnya di atas meja.
Kedua siswi yang berdiri di ambang pintu kelas tak memaksa lagi, mereka membawa pakaian ganti masing-masing, lalu pergi ke toilet sekolah. Sementara gadis yang mereka panggil Nisa, masih menunggu ponselnya sedikit terisi sebelum benar-benar pergi untuk mengganti pakaian.
Khoirun Nisa adalah gadis manis bertubuh mungil. Pipi bulat dan bibir merah yang ranum, sekilas tak akan ada yang menyangka jika gadis yang satu ini berkali-kali dapat surat peringatan dari sekolah. Bukan karena nakal atau terlibat bullying dan tawuran pelajar, namun karena sering terlambat masuk kelas, tak mengerjakan tugas, sejenis itu.
Ada alasan tertentu mengapa gadis ini sering mengalami masalah. Apa? Hanya dia yang tahu.
Selepas pelajaran olahraga, selalu ada waktu selama 30 menit untuk beristirahat dan mengganti pakaian. Sehingga pelajaran akan berakhir setengah jam sebelum bel berbunyi dan Nisa tahu itu. Sehingga ia bisa sedikit bersantai sebelum mengganti pakaiannya dengan seragam putih abu.
Bayangkan saja, habis berkeringat dan kulit lengket karena berolahraga, lalu langsung berganti pakaian dengan seragam yang gerah, pasti rasanya sangat tidak nyaman. Hal itu yang membuat Nisa ingin mengeringkan keringatnya terlebih dahulu, sebelum mengganti seragam olahraganya dengan kemeja dan rok panjang.
Hampir setengah jam berlalu, beberapa siswa dan siswi sudah kembali ke dalam kelas dengan menenteng baju olahraga. Beberapa lainnya juga membawa jajanan karena setelah ganti baju, mereka melipir dulu ke kantin, mengisi amunisi katanya.
Sekarang hampir semua kawan sekelasnya sudah berganti pakaian dengan rapi, para siswa terlihat lebih segar dan membasahi rambut mereka. Sementara para siswi sudah melakukan touch up untuk fresh look setelah olahraga, dengan bedak dan sedikit liptint.
Kedua teman yang mengajak Nisa untuk berganti pakaian pun sudah kembali, mereka menggelengkan kepala melihat anak itu masih saja duduk dengan seragam olahraga masih menempel di tubuh.
“Ya ampun, Nis. Ini udah mau bel ganti pelajaran ... cepetan ganti baju!”
“Hah? Ohh iya-iya. Oke ....”
Nisa tersentak dan meraih seragamnya yang terlipat rapi di kolong meja, sebelum pergi keluar kelas, ia mencabut ponselnya yang sudah lumayan terisi baterai. Entah kenapa, bepergian ke mana-mana tanpa membawa ponsel terasa sangat hampa. Untungnya sekolah membolehkan para murid untuk membawa ponsel untuk mendukung kegiatan belajar, hanya digunakan di saat diminta oleh guru. Ponsel tidak boleh digunakan sembarangan di saat jam pelajaran.
Membawa ponsel ke berbagai tempat sebenarnya bermanfaat juga, contohnya ada anak kelas sebelah yang terkunci di toilet pada jam pulang. Untung sekali ia membawa ponsel sehingga bisa menghubungi temannya dan membantu dia untuk keluar. Bayangkan jika tak ada ponsel, sudah bisa dipastikan sampai besok pagi ia akan tetap berada dalam ruangan sempit itu.
Seperti apa yang telah dikatakan sebelumnya, Nisa termasuk cepat dalam berganti pakaian. Hanya saja kali ini terpaksa lebih lama karena semua toilet sekolah ada yang mengisi, sehingga harus antri. Ditambah lagi ia mengelap tubuhnya dengan tisu basah untuk mengurangi keringat yang lengket. Makin lama jadinya dan tebak sendiri, saat kembali ke kelas, sudah ada guru Bahasa Inggris.
“Habis dari mana dulu kamu?” tanya beliau dari atas kacamata kucing yang dikenakan, benda itu melorot di hidungnya.
=====
Yuhuuu. Cerita ini InsyaAllah bisa untuk semua umur ya. Rekomendasikan pada temanmu juga.