Sepanjang jalan menuju Hotel, Nandini terus bernyanyi mengikuti lagu yang ia putar di mobil.
Ridho senang, istrinya bahagia.
Tapi saat ini pikirannya bercabang, ia mengkhawatirkan Saras yang menjaga Adrian sendiri.
"Saras, aku pulang dulu ya," Ucap Ridho tadi pagi sebelum ia pulang.
Saras yang sedang membetulkan letak selimut Adrian langsung menoleh pada pria yang ada disampingnya.
"Nandini memintamu pulang ya?" Tanya Saras yang langusng duduk di kursi samping brankar.
Ridho tahu Saras keberatan, tapi, ia juga tak mau terlalu mengabaikan Nandini yang akan membuat istrinya itu tambah curiga.
"Tadi malam hari Anniv kami, dan aku lupa. Nandini pasti sedang sedih sekarang. Aku harus membujuknya.".
Ucapan yang dilontarkan Ridho, membuat Saras sadar kalau pria itu sudah memiliki istri. Ia harus mengalah, karna ia bukan siapa-siapa. Hanya masa lalu yang kembali.
"Pulanglah, Aku akan menjaga anakku sendiri," Ucap Saras sarkas. Ia palingkan wajahnya dari Ridho.
Ridho menghela napas panjang. Ia dilema. Antara istrinya atau wanita yang masih dicintainya?
"Maafkan Aku, nanti besok aku kembali. Oke?" Ridho membelai kepala Saras. Rambut hitam Saras yang dulu sangat ia sukai hingga sekarang.
Ridho bangkit dan berjalan keluar dari ruang perawatan. Saras memandangi kepergian Ridho. Ia kecewa. Sebenarnya ia menginginkan Ridho tetap berada disampingnya. Tapi ia tak punya kuasa dan hak apapun.
"Halalkan aku secepatnya Mas," Lirih Saras. Setitik kristal bening lolos begitu saja.
Ridho terperanjat kaget dari lamunannya karna panggilan dari Nandini.
"Mas, kok diem aja, mikir apa sih?"
Ridho melirik sebentar, "Hanya memikirkan toko sayang," Ia kembali fokus pada kemudinya.
"Cuma sehari aja Mas, gak apa-apa. Sekali kali berikan kepercyaan pada karyawan,"
Ridho tak menimpali, ia hanya mengangguk tanda mengerti.
***
Setelah sampai di hotel. Nandini berputar putar di kamar. Ia mendaratkan tubuhnya di atas ranjang yang sangat empuk.
Kamar di hotel ini masing masing punya kolam renang sendiri.
Saat melihat kolem renang, ditengah tengah kolam ada balon berbentuk angsa warna pink. Ditengahnya terdaaot bentuk hati. Dan ada banyak kelopak mawar merah berbentuk hati juga.
Nandini tertawa riang, ia memaksa Ridho untuk segera berenang.
"Mas, ayo. Kita turun," nandini menari tangan suaminya.
"Dingin sayang, kamu aja,"
"Yaah Mas, aku mau berdua," Jawab Nandini cemberut.
"Iya, iya," Ridho menyerah. Ia menuruti permintaan Nandini.
"Disini aman kan kalau pake baju terbuka?" Tanya Nandini memindai sekitar.
"Aman sayang, ini kan paket bulan madu."
"Ya udah aku ganti baju dulu ya,"
"Iya,"
Nandini kembali ke dalam. Ia membuka kopernya. Dan mengambil baju pendek serta hotpants untuk ia pakai renang.
Ridho melihat istrinya itu sudah masuk ke dalam kamar mandi. Ia duduk dipinggir kolam.
Tiba-tiba ponselnya berdering.
"Saras?" gumamnya.
Ridho melongkok ke dalam sebentar, setelah memastikan kalau istrinya belum selesai ia menerima panggilan dari Saras.
"Ya, Hallo,"
"......."
"Lalu sekarang bagaimana keadaannya?" Ridho terlihat khawatir.
"........."
"Tapi, Saras. Aku sedang bersama Nandini sekarang,"
"........"
"Baiklah, Aku kesana,"
Ridho bingung, Saras memintanya untuk ke rumah sakit sekarang karna Adrian kejang.
Ia meremas rambutnya sendiri. Dan duduk diatas ranjang.
Pintu kamar mandi terbuka.
Ia terperangah melihat istrinya yang berpakaian mini. Membuat jiwa lelakinya meronta. Nandini sangat seksi. Ridho menelan ludah nya berkali-kali. Ada sesuatu dibawah sana yang ingin segera keluar.
Nandini tersenyum malu dipandangi oleh suaminya.
"Mas, ayo. Katanya mau renang," Nandini menyentuh lengan Ridho.
"Kita renang diranjang dulu,"
Tak tahan dengan pesona istrinya, Ridho hilang kendali. Ia menyentuh dan membelai setiap inci kulit putih milik Nandini.
Bibir keduanya saling memagut menyalurkan kenikmatan.
Ridho memuja kemolekan tubuh Nandini, ia suka wangi alami dari tubuh Nandini. nandini pun ikut terbuai. Ia mengimbangi permainan dari suaminya.
Keduanya hanyut dalam kehangatan.
Selangkah lagi menuju puncak kenikmatan, gawai Ridho berdering.
Keduanya acuh. Mereka tetap sibuk menuntaskan hasrat yang membara.
Hingga panggilan ketiga, membuat Nandini risih.
"Mas, angkat dulu," Ucap Nandini dengan napas terengah.
Ridho tak menanggapi, ia tak peduli apapun.
Melihat suaminya acuh, ia pun ikut tak peduli.
Tapi, lagi lagi panggilan datang. Nandini kesal. Ia ambil gawai suaminya yang ada diatas nakas.
"Saras?" Nandini mengerutkan keningnya. Siapa Saras? Setahu Nandini, Ridho tak punya teman bernama Saras.
Setelah menimbang dan melihat suaminya masih saja berada dibawah tubunya, ia menekan tombol hijau.
"Ha-"
"Mas, kamu udah dijalan kan? Cepat kesini Mas, Adrian terus kejang. Aku takut Mas,"
Nandini memaku. Ia mencerna ucapan wanita yang menelpon ke gawai suaminya. Lalu ia matikan sepihak.
"Mas, siapa Saras?"