episode 1
Hari ini, hari jadi pernikahan Nandini yang ke lima. Sejak pagi Nandini sudah sibuk menyiapkan rencana yang telah ia susun untuk memberi kejutan pada Ridho, Suaminya.

Nandini menata meja makan dengan sangat cantik. Diatas meja sudah terhidang makanan kesukaan suaminya. 

Segaris senyum tak lepas dari bibir tipisnya sejak tadi. Ia begitu semangat menyiapkan kejutan untuk Ridho. Berharap hubungannya kembali hangat. Karna sudah sebulan ini Ridho berubah, dia menjadi sangat dingin dan sering pulang malam. Ridho pun jarang tidur di kamar, ia lebih memilih tidur di ruang televisi atau di kamar tamu.

Nandini tak tahu hal apa yang membuat Ridho tiba-tiba berubah. Ia pernah bertanya pada suaminya apakah dia punya kesalahan yang tak Nandini sadari. 

"Bukan kamu tapi Aku yang salah, maafkan Aku."

Jawaban Ridho terdengar ambigu bagi Nandini. Ia memikirkan maksud ucapan suaminya. Kesalahan apa yang Ridho perbuat?

Sudah pukul lima sore, harusnya Ridho sudah pulang dari toko. Suaminya memiliki toko grosir yang cukup besar di kotanya. Setiap hari ia datang ke toko untuk mengawasi penjualan. Ridho termasuk orang yang susah untuk mempercayai orang lain.

Nandini mengambil ponsel dari saku celananya. Ia berniat menghubungi Ridho. Hingga panggilan ketiga, panggilannya tak kunjung bersambut. 

Ia mematikan ponselnya dan duduk di kursi makan. 

Nandini menghela napas. Ia merasa lelah setelah seharian berkutat di dapur.

"Ah, lebih baik aku mandi dulu, nanti kalau Mas Ridho pulang, Aku sudah cantik," Katanya penuh semangat. Ia lekas bangkit dan berjalan menuju kamarnya.

***

"Mas, tolong kesini. Adrian demam tinggi," Ucap seorang wanita dengan terisak.

"Apa? Baiklah, Mas kesana sekarang."

"Cepat Mas, Aku takut."

"Iya, Tunggu."

Pria itu segera masuk ke dalam kendaraannya setelah keluar dari toko. Ia memacu mobil dengan kecepatan tinggi karna khawatir pada seorang anak dari wanita masa lalunya. Tapi, ia lupa kalau istrinya sedang menunggu dirumah mengharapkan kedatangannya juga.

***

Maghrib dan isya sudah terlewati, tapi Ridho tak kunjung pulang. Nandini sudah membuka gorden berulang kali, siapa tahu mobil suaminya sudah terparkir di halaman. Tapi, nihil. Bahkan pesannya tak kunjung dibalas. Panggilannya pun tak di angkat.

Nandini sudah mengenakan gamis terbarunya yang baru ia beli dua hari yang lalu. Ia sengaja beli untuk merayakan hari pernikahannya. Berharap Ridho terpukau melihat penampilannya malam ini.

Ponsel yang dipegangnya berdering. Nandini terperanjat. Ia senang ketika melihat siapa sang pemanggil. Suaminya.

"Hallo, Mas. Assalamu'alaikum." Ucap Nandini penuh dengan senyuman.

"Wa'alaikumsalam,"

"Mas, dimana?"

"Mas di... maaf, Mas malam ini gak pulang, kamu hati-hati di rumah ya. Kunci pintunya."

"Tapi-"

Tuuuttt

Belum sempat Nandini menjawab, Ridho mematikan panggilannya.

Ia menatap nanar android yang sedang ia pegang.

Nandini melangkah menuju meja yang sudah ia hiasi lilin agar terlihat romantis. Sayang semuanya sia-sia.


Nandini menarik kursi hendak duduk.
Lalu menatap semua hidangan yang ia masak penuh cinta.

Ia tiup lilin-lilin agar padam. Seperti suasana hatinya saat ini. Gelap. Kecewa.

Nandini kembali mengambil ponselnya, ia memotret meja yang penuh dengan makanan. Lalu dikirimnya gambar itu pada Ridho. Disertai kalimat Happy Anniversary yang kelima Surgaku. Diikuti dengan sederet emoticon love dan bunga mawar merah.

Nandini tersenyum pahit. 

Bahkan dihari jadi pernikahan mereka, Suaminya tak berada disisinya. 

"Dimana kamu sebenarnya Mas?"

Setetes bening kristal jatuh dari pelupuk matanya.

***

Seorang pria yang sedang duduk disamping brankar seorang anak, mengambil androidnya karna meraskan getaran.

Ia buka sebuah pesan yang datang dari istrinya.

"Astaghfirullaah, Aku lupa," Pria itu meraup wajahnya . Merasa sangat berasalah.







Komentar

Login untuk melihat komentar!