Langit mulai gelap, rembulan sudah mulai tampak di langit kota. Bintang mulai bermunculan tanda langit malam ini akan cerah. Randu masih berada di dalam kantornya, ia masih berdiri di dekat jendela besar itu. Dahinya mulai berkeringat meski pendingin ruangan sudah berada di angka yang paling rendah. Dasi yang ia pakai sudah tidak berada di lehernya, ia juga membuka dua kancing kemejanya bagian atas dan membiarkan sedikit dadanya terbuka menerima udara.
Randu menunggu agar langit malam benar-benar pekat dan gelap sebelum ia keluar untuk mencari mangsa. Tujuannya kali ini pemukiman kumuh di pinggiran kota tempat para kaum kelas bawah bernaung di kerasnya kehidupan kota. Daeng Naba sudah memberikan beberapa lokasi tempat ia bisa mendapatkan mangsanya dengan mudah. Ada dua tiga orang pemulung yang sedang sakit yang bisa ia rampas kehidupan terakhirnya. Randu hanya perlu menunggu sedikit lagi waktu agar bisa keluar tanpa diketahui orang lain.
Pintu ruangannya sudah dikunci dan ia membuka satu jendela dan membiarkan udara masuk ke ruangannya. Randu duduk menghadap ke jendela, tubuhnya bergetar hebat. Peluh semakin membanjir di pelipis serta wajahnya yang juga berubah menjadi pucat mayat. Matanya memerah seiring nafasnya yang memburu. Dari tenggorokannya terdengar erangan dan suara-suara aneh lainnya. Geraman Randu semakin kuat ia berlari ke arah jendela dan menghempaskan tubuhnya ke udara dalam sekejap saja Randu berubah menjadi seekor burung gagak dengan sorot mata merah darah. Burung jelmaan Randu itu terbang melayang dan meninggalkan suara khas gagak yang mengerikan.
Kooaakkk … koooaaakkk ...kooaaakkk …
Ayudya yang baru saja kembali dari musholla tersentak kaget, tas yang baru saja ingin ia cangklongkan di bahunya terlepas dan jatuh ke lantai pantry. Seperti ada aliran listrik yang mengejutkannya.
'Tidak… aku pasti salah dengar… tidak mungkin di kantor ini ada burung gagak. Burung pembawa pesan kematian itu mana mungkin ada di kota besar macam ini'. Ayudya menunduk meraih tasnya dan kali ini ia benar-benar mempercepat langkahnya untuk segera pulang.
Seorang laki-laki berusia sekitar lima puluh tahun sedang terbaring di tempat tidur yang usang. Selembar selimut tipis menutupi tubuhnya yang lemah. Sudah seminggu ini ia tergeletak sakit namun tak mampu ia bawa penyakitnya itu untuk berobat. Sudah syukur jika istrinya bisa mendapatkan uang untuk membeli makanan buat mereka berdua.
Kkooaaakkk...kooaaakkk...kooaaakkk… suara burung gagak terdengar tak jauh dari jendela laki-laki tua itu. Siapa pun yang mendengarnya akan merinding. Suasana malam memang sepi meski bulat cantik bersinar. Baru kali ini tak banyak aktifitas terlihat di perkampungan kumuh itu, mungkin hari ini orang-orang merasa sangat lelah hingga memilih menghabiskan malam lebih awal.
Burung gagak berputar-putar di atas rumah kecil dan sempit itu. Mendadak jendela kecil rumahnya terbuka. Sepi. Hanya erangan menahan rasa sakit yang terdengar pelan dari laki-laki tua itu. Dari jendela kecil sesosok bayangan hitam masuk dan berdiri di dekat tempat tidur. Wajah pucat dan matanya yang semerah darah menyeringai di hadapan mangsanya. Laki-laki tua itu bergetar dan tak lama kemudian menggelepar-gelepar ada darah yang keluar dari mulutnya seiring batuk yang terdengar keras. Istri dari laki-laki tua itu bergegas masuk ke kamar mendengar suaminya terbatuk.
Kain gorden yang lusuh itu tersibak sebuah pekikan terdengar perempuan paruh baya itu luar biasa terkejut dan ketakutan melihat sosok hitam berdiri di ujung tempat tidur suaminya sedang memandangi suaminya yang memuntahkan darah. Sosok hitam itu kemudian berubah lagi menjadi burung gagak berputar sejenak di dalam kamar kemudian keluar melalui jendela dan menghilang. Perempuan itu berteriak minta tolong kepada para tetangganya tetapi tak ada yang bisa diperbuat lagi suaminya sudah tidak bernyawa dalam sekejap.
Koooakkk ...koaaaakk ...kooooaaakkkk … burung gagak jelmaan Randu mendarat di tanah dan keluar suara geraman aneh dan bulu hitam burung itu berubah menjadi bulu yang lebih halus seperti bulu anjing.
Aaaauuuuuuuuu …
Seekor anjing hitam melolong panjang dan mendekati rumah yang sedang terdengar ada tangis bayi di dalamnya. Anjing hitam itu menggeram, menyalak dengan suara yang aneh, tangis bayi di dalam rumah itu semakin keras. Mata anjing hitam itu semerah darah ia mengendus dinding kamar dimana bayi menangis itu sedang ditenangkan orang tuanya.
Aaauuuuuuuu …
Lolongannya sekali lagi membuat bulu kuduk meremang bagi yang mendengarnya. Suara tangis bayi itu semakin melemah lalu diikuti suara tangis ibu bayi. Bayi itu tak lagi menangis namun berganti dengan suara gaduh penghuni rumah. Suara tangis pun berganti menjadi suara tangis kepanikan si ibu bayi. Nyawa si kecil pun sudah tak tertolong.