Yunita sicewek hitam manis, pintar dan cerdas, aktif dalam keorganisasian kampus, paket lengkap untuk salah satu calon idaman setiap mertua, hanya tinggal menambahkan dua sayap untuk menjadi bidadari, sempurna.
Wajar juga jika ia menjadi rebutan, para mahasiswa lain seperti ingin mengambil SKS cara memilki Yunita, terserah dengan skripsi, itu nomor belakangan. Bahagia itu adalah mempunyai istri cantik, bukan nilai cantik.
Salah satu yang sedang berusaha adalah Rifai, cowok ganteng ini tidak perlu saingan, hanya perlu keberanian untuk menawarkan niatnya kepada Yunita, jika beruntung ia akan diterima, mereka berdua akan memastikan tentang jodoh yang tertulis di lauhil mahfuz.
*
Jam siang itu kantin menjadi tujuan 50 persen mahasiswa kampus, 50 persennya lagi sedang menunggu dosen untuk tanda tangan proposal, mereka tidak peduli dengan perut lapar, yang mereka peduli hanya coretan melingkar dari dosen di kolom setuju.
Sementara Yunita sigadis cerdas ini tentu tidak perlu memikirkan tentang proposal, itu adalah hal yang sangat mudah, makan siang tentu lebih penting agar mendapatkan energi untuk berpikir. Sungguh sangat beruntung seorang Yunita.
"Assalamu alaikum?"
"Wa alaikum salam... apa dekat-dekat!"
Rifai ikut duduk dimeja yang dari tadi digunakan Yunita untuk makan bakso, tentu ada maksud penting dari Rifai.
"Jangan marah begitu dong...."
"Minta ijin dulu dong kalau mau ikut makan dimeja ini!"
"Yang penting aku tidak minta baksomu..."
"Mau minta hajar!"
Yunita berdiri dari duduknya, sepertinya ia benar-benar marah, ia akan segera pergi.
"Jangan pergi dong, aku akan bayarin semua baksomu ini, Yunita manis."
Yunita terhenti dari langkah perginya, lengannya dipegang erat oleh Rifai, seperti seorang kekasih yang menahan kekasihnya di adegan sinetron, tapi ini nyata, Yunita mulai terhipnotis.
Dipandangnya erat wajah lelaki didepannya, ganteng juga, tipe Yunita memang seperti itu, hatinya mulai luluh, ia seperti jatuh lalu terbang tinggi dalam langit cinta, Yunita mulai meleleh dalam api asmara.
*
Yunita melepas lengannya yang sejak tadi dipegang erat Rifai, akhirnya terlepas dan itu membuat Rifai juga berdiri dari duduknya, akan kembali menahan kepergian Yunita.
Tapi belum sempat Rifai melakukannya untuk kedua kalinya, Yunita justru menyodorkan telapak tangannya, ia seperti sedang menyerahkan diri, biarlah ia menjadi tawanan Rifai dalam sangkar cintanya.
"Perkenalkan, aku Yunita, mahasiswi fakultas tarbiyah 2020, panggil saja Nita..."
"Aku Rifai, panggil saja Fai, mahasiswa fakultas Syariah 2020."
Mereka saling melempar senyum, Beruntung tidak ada kaca kantin yang pecah. Ini juga pertanda mereka berdua jadian, Rifai tidak perlu sulit untuk mendapatkan Yunita, dan Yunita juga telah menemukan pangerannya dihadapannya. Jika jalannya sudah sama, bertemu adalah hal yang sangat gampang.