Mohon maaf sebelumnya, cerita ini hanya fiktif dan karangan author semata.
Tidak ada niat sedikitpun untuk menjelekan sifat seseorang atau menghina tradisi dari daerah yang bersangkutan.. 🙏🙏
»»««
Didalam kamar mahira mulai menangis, adiknya datang memintanya untuk membuka pintu, tapi mahira tidak membukakannya, akhirnya medina pergi untuk memanggil ibunya.
Mahira sangat sedih mengetahui kalau keluarga calon suaminya meminta uang Japuik dengan jumlah fantastis.
Uang Japuik merupakan sebuah tradisi perkawinan yang menjadi ciri khas daerah Pariaman. Sebuah proses kewajiban pemberian sejumlah emas, uang atau benda yang bernilai ekomomis dari keluarga pihak perempuan kepada pihak laki-laki yang diberikan sebelum akad nikah dilangsungkan.
Kilas balik menunjukan dimana mahira melewati kamar orangtuanya sehingga dia mendengar kalau keluarganya kelimpungan untuk memenuhi permintaan besannya.
Orang tua fadlan mendesak orangtua mahira untuk segera melunasi uang japuik dengan nama lain mahar, jika ingin pernikahan tetap diteruskan.
Sementara diluar zidan berusaha membuka jendela kamar mahira, dan paman dari fadlan melihatnya.
Disisi lain ibunya mahira juga menangis, zainal (ayah zidan) berkata "kau seharusnya merasa bahagia karena putrimu akan menikah.."
Ibunya mahira menangis dalam pelukan kakaknya, tanpa mengatakan kesulitannya. ibunya zidan selaku istrinya merasa tidak senang..
"Kau tidak perlu khawatir karena mahira mendapatkan laki-laki baik seperti fadlan." Ayah zidan menenangkan adik perempuannya.
Zidan berhasil membuka jendela dan masuk secara diam-diam. Ia mengambil ponselnya yang tergeletak diatas lemari dan hendak kembali keluar, tapi ia mendengar suara isak tangis.
Meski merinding zidan mencari sumber suara, dapat ia lihat sosok bergaun pengantin menangis disisi tempat tidur, kepalanya ia tengkulapkan..
Zidan menghampiri dan menegurnya "kenapa kamu menangis..?"
Mahira mengangkat kepalanya, terkejut melihat keberadaan zidan.
Ia teringat ketika fadlan menunjukan fotonya dan zidan yang sangat dekat. Ia juga teringat kata-kata fadlan yang menghinanya.
Mahira terlihat marah.
Zidan mendekatinya dan bertanya "apakah kau menangis karena fadlan?"
"Kau jangan menikahinya, kalau belum menikah saja sudah membuatmu menangis.."
Mahira tidak menjawabnya, ia malah balik bertanya. "Kenapa kau disini? Seharusnya kau sudah ada dibandara untuk kembali ke london kan.?"
Zidan menjawab sejujurnya "aku meninggalkan ponselku disini."
Mahira kesal dan menarik kerah kemeja zidan. "Kenapa kau datang ke jakarta, karena kamu pernikahanku terancam batal.."
Mahira marah, zidan mencoba menenangkannya.
"Jangan sentuh aku." Amuk mahira
"Fadlan mengatakan aku berselingkuh denganmu.."
Zidan terkejut mendengarnya. "Aku akan mengatakan kalau kita tidak berselingkuh.
Bahkan kita tidak pernah akur sejak kecil."
Mahira memukuli zidan "aku membencimu, sangat membencimu.."
Zidan menahan tangan mahira, menariknya dalam pelukan, berharap amarah mahira mereda..
Mahira menangis sesegukan dalam pelukan zidan sampai mereka tidak menyadari kalau ayah mahira dan fadlan mendobrak pintu kamarnya.
Semua orang membeku, menyaksikan zidan dan mahira berpelukan.
Pamannya fadlan bersuara. "Apa aku bilang, aku tidak pernah berbohong seperti putri kalian."
Kilas balik menunjukan dimana pamannya fadlan masuk kedalam dan menyampaikan apa yang baru ia lihat.
Ayah mahira menyangkal dengan mengatakan "ini hanya salah paham, mereka sepupu mana mungkin sampai ... " belum selesai ia menyampaikannya, fadlan menambah suasana menjadi panas.
"Tidak om, aku sudah mencurigainya sejak awal kalau mereka ada hubungan lebih..
Ini buktinya.." fadlan menunjukan foto, semua orang kembali terkejut.
Ayahnya fadlan marah "Saya tidak terima, kalian sudah menghina kami seperti ini.. menyembunyikan hubungan mereka."
"Ayo fadlan kita pulang, kita tidak akan mendapat hinaan lebih dari pada ini.."
Ayah mahira mencegahnya. "Tolong jangan pergi, kalian sudah salah paham.. akad nikah akan segera dilangsungkan.."
Ayah fadlan kembali menoleh. "Apa kalian masih berharap pernikahan terjadi setelah pengantin wanitanya ketahuan selingkuh.."
Fadlan memandang mahira "Maaf ra aku gak bisa nikah sama kamu, kamu sudah menghianati cinta kita.."
Mahira menghampiri fadlan "tapi lan aku sama zidan gak ada apa-apa, sumpah demi apapun aku gak pernah selingkuh dari kamu.."
Mahira memegang tangan fadlan memohon sampai berlutut.. "tolong percaya sama aku.."
Zidan menghampiri mahira tidak tega melihatnya sampai seperti itu. "Sudah ra jangan seperti itu.."
Padahal fadlan tersentuh melihat wanita yang ia cintai memohon seperti itu, tapi ayahnya segera menarik tangannya untuk mengajak pulang. "Fadlan kamu jangan terenyuh oleh air matanya, papa tidak mau kamu merendahkan diri dengan menikahinya.."
Fadlan pun menuruti ayahnya, mulai melangkah pergi bersama keluarganya.
Ibunya mahira berusaha mencegah kepergian fadlan, kali ini para perempuan bertindak.
Tapi ibunya fadlan berkata "kami tidak mau memiliki menantu yang sudah tidak suci lagi.."
Mahira yang mendengarnya tidak terima "maksud tante apa, kesucian saya dipertanyakan. Orangtua saya juga tahu saya tidak akan pernah melakukan hal sehina itu.."
"Lalu bukti apa yang bisa kau tunjukan,? Bahwa kalian saudara sepupu, iya. Tapi kalian telah bermain hati dibelakang orangtua kalian.." sinisnya.
Ibu zidan ikut bicara "Hentikan drama ini, saya tahu kalian melakukan hal ini karena perihal uang japuik kan, maka saya akan memberikan berapapun yang kalian pinta.. "
Ayah zidan merasa terkejut, bahwasannya ia tidak mengetahui hal itu.
Kilas balik menunjukan ibu zidan mendengar pembicaraan orangtua mahira dan orangtua fadlan.
Ibu fadlan berkata "tapi sekarang bukan saja masalah uang japuik, kami tidak mau fadlan menikahi perempuan yang sudah tercemar.."
Ibu mahira murka. "Baiklah kalo begitu pergi saja kalian dari rumah kami.." usirnya
"Kami akan selalu ingat penghinaan ini, saya akan menikahkan fadlan dengan gadis terhormat dalam waktu dekat. Dan jaga anak perempuan kalian jangan sampai mengganggu kehidupan putra kami lagi.." setelah mengatakan itu keluarga fadlan pergi.
Ayah zidan yang tersulut pun membalasnya "kami juga akan menikahkan anak-anak kami dengan lebih baik.."
Ibunya zidan marah padanya "ketika ibu menyuruhmu pergi kenapa kau kembali, apa kau sudah mulai membantah perintah ibumu.?"
Zidan menjawab "aku sudah sampai bandara, tapi aku teringat ponselku tertinggal dikamar mahira..
Aku kembali hanya untuk mengambil ponsel,
saat aku datang mahira sedang menangis, aku mencoba menenangkannya, itu saja.
Aku tidak percaya kalau aku sedang disalahkan."
Ayah zidan menamparnya dan berkata "Memang salah karena kamu datang melalui jendela.."
Dan foto itu juga menunjukan bahwa kau mencium mahira seperti mencium kekasihmu.
Papa sangat kecewa dengan prilakumu zidan. setelah gagal dalam pendidikan papa berharap kamu berhasil mendapat ajaran baik. Tapi ternyata tidak.. papa sangat malu menjadi ayahmu.."
Diluar para tamu yang melihat mempelai pria dan keluarganya pergi dengan wajah penuh amarah mulai berkasak-kusuk..
Ayah zidan menghampiri mahira. "Kamu adalah keponakan om, tapi om sudah menganggapmu sebagai putri om sendiri, om tidak akan membiarkan kamu dihina sedemikian rupa.." ucapnya seraya memeluk mahira.
Semua masih berada dikamar mahira, sementara diluar para tamu bertanya-tanya apa pernikahannya tidak akan terjadi. Penghulu juga sudah menunggu. Tapi tidak ada yang bisa menjawab.
Medina yang baru dari luar datang kekamar mahira dan menyampaikan keadaan diluar pada orangtuanya.
Orangtua mahira merasa sedih. Mereka hendak keluar untuk menyatakan pernikahan batal.
Ayah zidan menghentikan dengan berkata "zidan adalah akar dari permasalahan ini, dan dia akan memperbaiki semuanya, dia akan bertanggung jawab dengan menikahi mahira.."
Semuanya terkejut mendengarnya.
Zidan nampak kaget dengan keputusan ayahnya.
Diana sangat gusar dengan keputusan suaminya.
Sementara mahira membeku. Orangtuanya pasrah dengan segala keadaan.
Diana angkat suara "aku tidak setuju, aku juga punya hak dalam kehidupan zidan sebagai ibunya.."
Zainal membantah penolakan diana "Setuju atau tidak pernikahan akan terjadi sekarang juga..
Zidan bersiaplah kita tidak akan membiarkan pak penghulu kembali sebelum menikahkan kalian."
Zidan berusaha menolak. "Pa aku tidak mau menikah, apa lagi dengan keponakan kesayangan papa..
Kami tidak pernah akur bagaimana kami akan menjadi suami istri. Aku juga masih kuliah pa.."
"Apa papa minta persetujuanmu, papa tidak menerima penolakan darimu.." tegas zainal
"Dan mengenai kuliah, bahkan kamu tidak pernah belajar dengan serius.." imbuhnya lagi.
Diana merasa kesal "aku tidak akan menerima pernikahan ini.." ia pergi dengan kekesalannya.
Sejak awal ia tidak pernah suka terhadap keluarga suaminya..
*****