Kado Terindah untuk Ngatemi (komedi)

Pagi yang cerah, matahari bersinar, angin bertiup sepoi, burung berkicau, kambing mengembik, kodok pun ikut senang. Paijo melangkah riang menemui kekasihnya, Ngatemi yang lagi mau ulang tahun ke dua puluh. 

"Selamat pagi Yayang Embeb, apa kabar dikau pagi ini?" tanya Paijo sambil menyisir ujung rambutnya yang berponi. 

"Baik-baik saja Yayang Mamas, apa kabar juga Yayang Mamas?" 

"Oh, kabar Yayang Mamas selalu cetar membahana, Yayang Mbeb."

"Itu Syahrini, Yayang Mamas."

"Nyontek dikit nggak papa." 

"O iya, ada apa ni, tumben Yayang Mamas datang pake dandan cetar, apa ada yang species?" 

"Spesial, Yayang Mbeb," Paijo membetulkan kata-kata Ngatemi. 

"Ya itu yang Ngatemi maksud,Yayang Mas." 

"Tentu dong hari ini ada yang species,eh spesial. Bukankah hari ini ultah Yayang Mbeb?"

" Ow, iyaaa. Yayang Mbeb lupa. Lalu maksud Yayang Mas kesini mau kasih kado gitu?"tanya Ngatemi girang. 

"Tentu Yayang Mbeb," jawab Paijo. Lalu Paijo bersimpuh di depan Ngatemi mempersembahkan sebuah cincin. "Yayang Mbeb yang cantik," Paijo memulai aksi merayunya."Ijinkan di hari ulang tahun Yayang Mbeb yang ke dua puluh ini Yayang Mas mempersembahkan sebuah cincin sebagai tanda bahwa Yayang Mas ingin melanjutkan hubungan kita ke jenjang yang lebih serius. Would you like to marry me?" 

"Apa? Yayang Mas melamarku?" jawab Ngatemi keras tak terduga. Lalu dengan wajah nyinyir dia nerusin,"He to the low, helloooow. Gue itu Ngatemi Mas, anak Pak Lurah yang cantik jelita seksi mandraguna. Gue tu nggak mungkin keles hidup susah. Gue harus hidup bahagia, selamat sentosa, dan kaya raya. Trus  lihat dong siapa Mas, gaji Mas sebagai pegawai honorer aja di bawah UMR. Jadi please deh, sebelum Mas kaya raya, jangan berani-berani ngelamar Ngatemi."

"Ngatemi, jadi kamu ... menolak Yayang Mas?" 

"Iya, sebelum Mas jadi kaya raya." 

"Tapi bukankah selama ini Yayang Mbeb cinta sama Yayang Mas?" 

"Ya iyalah cinta. Tapi Ngatemi juga harus realistis dong. Ngatemi nggak mau nikah untuk hidup susah. Jadi kalau Mas melamar Ngatemi untuk nikah, I say no. Berusahalah jadi kaya baru lamar Ngatemi," tolak Ngatemi sambil melangkah ninggalin Paijo.

****

Penolakan Ngatemi membuat Paijo bermuram durja. Hatinya kalut, bagai awan kelabu yang sangat hitam karena tiga tahun nggak hujan. Dia merasa gelisah, nggak enak makan,nggak enak minum. Makan pizza rasanya sepahit empedu, makan empedu serasa pizza. 

Di tengah kekalutannya tiba-tiba ia ingat sama Mbah Buyut, dukun yang terkenal di desanya. Maka pagi ini,"Wer ewer ewer ewer," dengan motornya Paijo datang ke rumah Mbah Buyut. 

Rumah besar berdinding batu bata itu mulai tampak. Mbah Buyut menerima Paijo di ruang tamunya. Tak lupa Mbah Buyut menyuguhkan kopi beraroma melati. Mbah Buyut menempelkan kunyit di dahi Paijo. "Sepurone yo Le, koyone kowe lagi ono masalah (maaf ya Nak, kayaknya kamu lagi ada masalah)," kata Mbah Buyut.

"Betul, Mbah. Saya mau melamar pacar saya, tapi pacar saya malah menolak saya karena saya miskin," jawab Paijo. 

"Hmm, kelihatan kok, Nak. Mbah sudah tahu sebelum kamu cerita." 

"Wah, Mbah hebat ya, pintar menerawang," kata Paijo kagum.

"Bukaaan. Maksud Mbah kelihatan kalau kamu miskin. Bajumu aja merk Gulali. Nggak kayak bajunya Mbah, merk Calvin cling," jawab Mbah Buyut membuat Paijo menelan ludah karena sewot. Kemudian Mbah Buyut nawarin kopinya,"Yo wis lah ini minum kopinya."

Paijo pun minum kopi Mbah Buyut. Glek! Rasanya nggak  enak banget. Dia langsung muntahin kopi yang udah masuk mulut.

"Gimana rasanya? Pahit ta?" 

"Pahit apaan? Uasin, Mbah!" 

"Lho iya ta? Wah berarti Mbah lupa masukin garam tadi, kirain gula. Tapi nggak pa pa, bisa buat oralit kan," jawab Mbah Buyut sambil meneguk coffee vanila latte miliknya sendiri.

Paijo cuma bisa mendelik kesal dengar jawaban Mbah Buyut.

Akhirnya setelah basa basi yang nggak penting itu Paijo pun berkeluh kesah pada Mbah Buyut dan minta solusinya harus gimana. 

"Jadi begini Nak, kalau kamu pengen kaya ya harus jadi PNS, tapi kamu harus lulus tes. Atau jadi pengusaha, gimana? Tapi kamu ya harus kerja keras banting tulang dulu," kata Mbah Buyut. 

"Kalau yang lebih instan ada nggak Mbah?" 

"Pelihara tuyul maksudmu? Pelihara tuyul sekarang susah lho. Tuyul-tuyul sekarang pada pada males, kebanyakan main game on line terus sampai lupa kerja." 

"Lalu gimana Mbah?"

Mbah  Buyut tampak berpikir sebentar. Tak lama kemudian dia mulai ngomongin idenya,"Nah gini, kamu tahu kan ya Desa Penari? Yang buat KKN sama Ayu dan Widya itu ...." 

"Tau Mbah. Saya harus ke sana ya?" 

"Bukaan. Dari Desa Penari itu kamu jalan terus, belok ke kanan, ke kiri, ke kanan, lalu memutar, belok 30 derajat searah jarum jam, belok lagi ke kiri 45 derajat, naik dikit, nyebrang sungai, nah di situ ada warung gorengan ..." 

"Saya disuruh ke situ Mbah?" 

"Bukaaan. Yang punya warung gorengan itu tau, kalau di deket situ ada Gunung Panjat Pinang. Kamu naiklah ke sana. Konon di sana ada jin yang dimasukkan dalam botol oleh Mak Lampir. Kalau kamu berhasil nyelamatin jin itu, dia bisa kasih semua permintaanmu termasuk jadi kaya." 
"O ya? Wah keren, Mbah. Aku mau kalau gitu." 

"Tapi tunggu dulu. Gunungnya angker lho."

"Wah, angker ya? Kalau gitu aku ...."

"Minta ditemenin kan?" tiba-tiba Mbah Buyut nyamber kalimat Paijo. "Oke deh, Mbah temenin. Yuk kita bareng-bareng mendaki gunung."

****

Maka Paijo dan Mbah Buyut naik-naik ke puncak gunung untuk mencari pesugihan. Gunung itu tinggi ... tinggi sekali. Kiri kana Paijo dan Mbah Buyut lihat ... banyak pohon cemara ... a ... aa. Kiri kanan Paijo dan Mbah Buyut lihat ... banyak pohon cemara.

Senja pun tiba. Mbah Buyut mengajak Paijo beristirahat di bawah pohon. 

"Kamu lihat gubuk itu?" kata Mbah Buyut pada Paijo sambil nunjuk sebuah gubuk. "Di gubuk itu letak jin disembunyikan dalam botol. Jika Mak Lampir nggak ada di situ, kita bisa ambil botolnya dan kita selamatkan dia. Tapi kalau Mak Lampir ada ya ... matilah kita," lanjut Mbah Buyut. 

"Kita berusaha intip dulu gubuk itu, Mbah. Kalau Mak Lampir nggak ada kita ambil botolnya," usul Paijo. 

"Ya okelah, Mari kita berusaha, " jawab Mbah Buyut. 

Lalu dengan mengendap-endap kayak langkah Tom dan Jerry di film kartun, Paijo dan Mbah Buyut mendatangi gubuk. Sambil celingukan ke kanan dan ke kiri mereka mengintip melalui celah-celah dinding bambu. Ternyata Mak Lampir nggak ada. Mereka pun masuk ke dalam gubuk. Paijo  dan Mbah Buyut melihat sebuah botol dengan jin biru kecil di dalamnya. Segera Paijo meraih botol itu dan membukanya. "Wuusss!!" jin pun keluar dari botol. "Hahaha, akan kuberi kau satu permintaan," kata jin yang pakai baju Jawa lengkap dengan blangkonnya itu. 

"Eh kok cuma satu permintaan sih, sepuluh keleeees," tawar Mbah Buyut. 

"Dikasih kok nawar, satu ajalah," jawab jin.

"Nggak bisa dong, sepuluh. Kalau nggak sepuluh aku masukin lagi ni di dalam botol," ancam Mbah Buyut. 

"Tiga deh tiga," jawab jin. 

"Masak kita berdua kok dikasih tiga, nggak adil dong. Delapan deh," tawar Paijo.

"Nggak bisa Mas, nggak bisa. Modalnya aja nggak cukup. Enam ya, enam?" jawab Jin. 

"Kok enam sih," Mbah Buyut pasang tampang nggak puas sambil memelintir jenggotnya. 

"Enam deh," kata Jin. "Kalau nggak enam ane masuk lagi ni dalam botol." 

"Eeeeh, jangan jangan, oke deh enam nggak pa pa," jawab Mbah Buyut. 

Paijo dan Mbah Buyut pun melangkah pulang dengan riang. Terbayang mereka mau minta enam permintaan pada Jin. Paijo sudah membayangkan hadiah untuk Ngatemi. Dia bisa memberikan apa saja untuk Ngatemi di hari ulang tahunnya. 

Setelah dua puluh lima setengah langkah mereka berjalan dari gubuk Mak Lampir, tiba-tiba mereka mendengar tawa nenek-nenek. "Hahaha, hahaha." Siapa lagi kalau bukan Mak Lampir. 

Sebelum Mak Lampir sempat ngomong apa-apa, Mbah Buyut udah teriak - teriak ,"Jiiiin! Jiiin! Lontooong! Eh tolooong! Tolooong! Aku mau minta satu permintaan!" 

Blum! Tiba-tiba jin muncul. "Ada apa Bocah Tua Nakal? Kamu mau minta apa?"

" Aku minta pintu ke mana saja," jawab Mbah Buyut. 

"Lu kira gue Doraemon," Jin melirik kesal.

"Ayolah, pleaseee, pleaseee," Mbah Buyut memohon kayak Nobita. 

"Baiklah," maka jin pun mengabulkan permintaan Mbah Buyut,"Pintu ke mana saja!" Cling! Di depan mereka tiba-tiba muncul sebuah Pintu Kemana Saja milik Doraemon. Dengan cepat Mbah Buyut dan Paijo masuk dan menutupnya kembali Pintu Kemana Saja. Mereka pun tiba di desa mereka dan bebas dari kejaran Mak Lampir. 

"Aah, tidak menyangka, ternyata petualangan kita begitu mudah ya, Paijo," kata Mbah Buyut. 

"Iya, namanya juga cerita komedi. Kalau cerita horor pasti kita sudah mati ya Mbah Buyut," jawab Paijo. 

"Iya, untung kita dijadiin tokoh cerita komedi ya sama Penulis, padahal kan beberapa waktu lalu dia bikin cerita creepy paste," sambut Mbah Buyut. 

"Iya, alhamdulillah ya Mbah Buy," sahut Paijo. 

Mereka pun pulang ke rumah masing-masing dengan hati riang dan berbunga-bunga seperti seragam batik para PNS. Terbayang dalam benak mereka mau minta pada jin ini dan itu, ingin ini ingin itu banyak sekali ....

****

Paginya setelah mandi, berdandan, dan pakai parfum merk 7Kind of Flowers (kembang 7 rupa, hehehe) , Paijo langsung ke rumah Ngatemi kekasihnya. Ia siap menawarkan banyak kejutan untuk Ngatemi. 

"Yayang Embeb, Yayang Embeeeb," panggil Paijo pada Ngatemi.

"Ada apa Yayang Mamas? Apa Yayang Mamas udah kaya, kok berani-beraninya nyamperin Ngatemi?"

"Pasti dong," kata Paijo. Lalu dia cerita kalau barusan nemuin jin Dan dia punya lima kesempatan untuk  meminta sesuatu yang pasti dikabulkan. Dan dia ingin memberikan kesempatan itu pada Ngatemi, kekasih yang dia cintai. 

"Apa? Lima permintaan yang pasti  dikabulkan?" Ngatemi terbelalak senang. "Horeee! Ngatemi seneng banget Mas. Yayang Mas cakeeeeep banget," teriak Ngatemi sambil melompat-lompat dan mencubit pipi Paijo. 

"Baiklah, apa kira-kira permintaan Yayang Embeb?" tanya Paijo. 

"Ngatemipun mengutarakan daftar permintaannya," Permintaan pertama adalah kesempatan yang minta lima permintaan itu difotocopy jadi lima ribu permintaan. Setelah itu Ngatemi mau minta operasi plastik supaya Ngatemi jadi cantik kayak bintang Korea, lalu Ngatemi minta sepuluh rumah mewah lengkap dengan kolam renang di setiap kamar dan lima puluh pembantu.  Dua puluh Lamborgini  dengan sopir pribadi, o iya Lamborgini nya yang bebas pajak. Sepuluh cincin berlian, jet pribadi, pulau pribadi, rumah sakit pribadi, salon pribadi, restoran ...."

"Stop stop stooooop!" teriak Paijo memotong kata-kata Ngatemi. "Ya ampun Ngatemiiiii! Ini kan cuma lima permintaan, kenapa jadi banyak banget."

"Lho, permintaannya kan udah difotocopy jadi lima ribu," jawab Ngatemi. 

"Ya nggak bisa gitu dong."

"Bisa dong!"

"Nggak bisa!"

"Bisaaa!"

Paijo jadi geregetan sehingga dia teriak,"Ya ampuuuuun! Pacar macam apa ini, lebih baik dia jadi babi saja!"

Cling!

Nguik nguik nguik!

Tiba-tiba Ngatemi berubah jadi babi beneran. 

"Apa?? Ngatemi berubah jadi babi??" Paijo kaget. Dia sadar, pasti jin mengira teriakannya tadi sebagai permintaannya sehingga Ngatemi diubah jadi babi beneran. "Hua hua huaaa," Paijo nangis. "Maafkan aku, aku salah ngomong, Jin. Ubahlah kembali Ngatemi jadi manusia!" 

Cling! Ngatemi berubah kembali jadi manusia. 

"Ngatemi!" teriak Paijo tak percaya.

"Mas Pay!" jawab Ngatemi.

Merekapun berpelukan sambil melompat-lompat senang karena Ngatemi kembali jadi manusia. 

Tiba-tiba terdengar suara jin menggema ,"Terimakasih, anda telah menggunakan enam kesempatan permintaan dari saya! Karena itu, kini tiba saat saya untuk pergi. Dadaaaah!" 

"Hei Jin! Jin! Tunggu!" teriak Paijo bikin Si Jin balik lagi. 

"Kenapa dadah aja? Aku kan baru minta dua permintaan," protes Paijo. 

Jinpun ngejawab," Dua permintaan gimana? Pertama udah dipakai waktu Mbah Buyut minta pintu ke mana saja, kedua Mbah Buyut minta ganteng kayak Lee Min Hoo, ketiga Mbah Buyut minta kaya raya, keempat Mbah Buyut minta empat istri cantik jelita, kelima kamu minta pacarmu jadi babi, keenam kamu minta pacarmu balik jadi manusia. Udah habis kan?" 

"Apa? Jadi kesempatan permintaan itu udah habis? Dan Mbah Buyut minta empat permintaan sendiri?" Paijo kaget. 

"Iya," jawab jin dengan santuy. Kemudian dia berpamitan,"Ya udah, selesai kan tugasku? Dadaaaah." Jin pun pergi menghilang. 

Paijo kecewa. Dia sedih karena gagal memberi kado terindah di ulang tahun Ngatemi ke dua puluh. 

"Maafkan Yayang Mas, Ngatemi. Mas gagal memenuhi permintaan Ngatemi," kata Paijo kecewa.  Dia pun melangkah pergi meninggalkan Ngatemi sambil bernyanyi,"Aaaku pulaaaang ... Tanpa dendaaam ... Kuterima kekalahanku ...." 

"Mas Paaay ... Pay ... Pay ...," terdengar suara Ngatemi bergema. 

Dengan gerakan slow motion Pay alias Paijo memutar badan menghadap Ngatemi yang sedang mengejarnya. 

Ngatemi memeluk Paijo. "Mas Pay," katanya,"Mas boleh gagal memberi permintaan Ngatemi di hari ulang tahun ini. Tapi Ngatemi lihat lihat perjuangan Mas. Ngatemi yakin bahwa cinta Mas tulus pada Ngatemi. Buat Ngatemi, itu kado terindah buat Ngatemi. Baiklah, Ngatemi terima pinangan Mas." 

"Benar?" tanya Paijo nggak percaya. 

Ngatemi mengangguk riang. 

Merekapun berpelukan senang dan berbahagia selama-lamanya. Begitu juga dengan Mbah Buyut, setelah jadi ganteng, kaya, dan punya istri cantik dia juga bahagia selama-lamanya. Maka semua tokoh dalam cerita ini berbahagia selama-lamanya. Dan ceritapun berakhir selama-lamanya. 


--*****----

Komentar

Login untuk melihat komentar!