Tak Tahu Malu
Kamu Jahat, Mas! (6)

Sebelum membaca pastikan kamu sudah klik subscribe/berlangganan dan rate bintang lima ya.


Tak Tahu Malu


"Uangnya dipakai foya-foya sama mereka berdua, Pak, makanya itu aku ga pernah diperbolehkan pegang hape sejak beberapa bulan lalu, karena takut ngadu sama Bapak, iya 'kan, Bu," sahut Lesti sambil memandangi suami dan mertuanya bergantian.

Asih nampak gelagapan, ia memainkan bola matanya ke kiri dan ke kanan, merasa ditelanjangi oleh menantunya.

"Jangan sembarang nuduh, Lesti!" tegas Azril sambil menenangkan si kembar.

Lesti menyeringai 

"Siapa yang nuduh, memang itu kenyataannya aku denger sendiri obrolan kalian di dapur waktu itu, apa kamu lupa?" tanya Lesti memandangi suami dan mertuanya dengan tajam.

"Keterlaluan kamu, Azril! Bapak kirim uang itu untuk Lesti bukan dipakai foya-foya sama kamu! Pokoknya alami harus ganti uang itu dan berikan sama anakku!" tegas Bapak dengan penuh penekanan.

Berkali-kali Azril terlihat mengehirup oksigen, dadanya sedikit sesak karena baru kali ini ia tak memiliki wibawa di hadapan seseorang, sedangkan Asih diam, ucapan Lesti barusan cukup membungkam mulut lemesnya.

"Keterlaluan kamu ya, berani-beraninya mendzolimi istri sendiri!" Kadir terlihat emosi.

"Uang itu digunakan untuk biaya operasi Lesti waktu lahiran kemarin, biaya operasi caesar itu ga sedikit!" sahut Asih, otaknya sejak tadi berputar mencari-cari alasan.

Kedua orang tua Lesti saling memandang dan menggelengkan kepala.

"Iya betul, Pak, uangnya dipakai lahiran dan kwbutuhan si kembar," sahut Azril, menyempurnakan perkataan ibunya.

"Begini saja, mulai sekarang Bapak akan kasih kamu hape dan rekening, kalau ada apa-apa telpon kami, dan uang yang Bapak kirimkan tak boleh dipakai oleh siapapun tanpa izin Lesti."

Rosmina menyerahkan sebuah buku tabungan lengkap dengan ATM-nya, juga sebuah ponsel baru untuk Lesti. Namun, wajah Lesti masih saja terlihat nelangsa, bukan itu yang ia butuhkan.

"Aku mau tinggal sama Ibu dan Bapak saja di kampung, aku ga mau tinggal di sini, Pak." Lesti terisak menatap kedua orang tuanya dengan iba.

"Bukannya Ibu melarang, tapi untuk saat ini kayanya belum memungkinkan, Nak, jalanan menuju desa kami itu jelek dan terjal, Ibu takut kamu kenapa-napa, apalagi kamu baru satu bulan di operasi,"jawab Rosmina, sebenarnya ia pun tak tega menolak keinginan sang anak.

Wanita paruh baya itu merasakan betul kesengsaraan Lesti tinggal bersama suami dan mertuanya, terlihat dari penampilannya yang kurus dan wajah kusamnya, Rosmina yakin jika Lesti diperlakukan semena-mena.

"Iya, kalau ada apa-apa telpon kami, nanti adikmu Yesi akan kemari, jangan takut lagi ya kamu ga sendirian, adikmu sudah menyimpan nomornya dan nomor Bapak jadi kamu hubungi nanti ya." Kadir mengelus pundak putri bungsunya, merasa prihatin.

Sementara Asih terlihat mendelik tak suka, otaknya berputar memikirkan cara yang licik untuk mengelabui Lesti lagi, begitupun dengan Azril dadanya panas saat melihat mertuanya menyerahkan buku tabungan dan hape baru pada Lesti.

"Nak, Ibu bawakan baju-baju dan keperluan bayi, nanti pakaikan untuk mereka ya." Rosmina menyerahkan satu kresek belanjaan besar.

"Nih, Ibu juga bawa makanan dan cemilan kesukaan kamu, ayam goreng lengkuas, sama pepes ikan mas, dan tumis kangkung, tapi ga pake sambel ya, jangan makan pedes dulu untuk waktu dekat ini." Rosmina menyerahkan satu rantang makanan dan satu kresek besar camilan ke hadapan Lesti dan membukanya 

Aroma pepes ikan pun tercium oleh hidung Asih dan Azril, mereka saling memandang satu sama lainnya.

Tanpa basa-basi Lesti langsung menyantap makanan itu dengan lahapnya, bagaikan orang kelaparan, tangannya bergetar kala menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, semalam wanita itu memang tak sempat makan karena Asih menghabiskan semua lauknya.

Rosmina dan Kadir merasa prihatin dengan cara makan putri sulungnya, mereka merasa yakin jika Lesti tak pernah diperlakukan dengan baik.

"minumnya, Nak," ucap Rosmina sambil mengeluarkan botol minuman dari dalam tas besar bawaanya, Lesti langsung meneguk air itu, sementara Azril memegangi perutnya karena merasa lapar.

"Makanannya enak, Bu, sudah lama aku ga makan kaya gini," ucap Lesti sambil mengunyah, sontak saja Rosmina dan Kardi saling memandamg lagi dan menatap Azril dengan tatapan kesal.

"Emang selama ini kamu suka makan pake apa, Lesti?" tanya Rosmina menahan gemuruh di dadanya.

"Tahu tempe, kadang telor dadar, Bu, bosen! Semalam aja aku ga makan karena lauknya diabisin sama mereka." Lesti memutar leher melirik suami dan mertuanya.

"Astaghfirullah, Azril! Harusnya kamu perhatikan makanan istrimu, dia itu sedang menyusui dua bayi sekaligus, Jangan sampai dia merasa kelaparan, keterlaluan kamu ya!" Rosmina mulai naik pitam 

Sedangkan Azril terlihat menciut, jiwanya ingin sekali berontak melawan. Namun, ia tak memiliki alasan untuk berkilah.

"Kamu juga besan! Jangan jahat sama menantu, kasih anakku makan, perlakukan dia dengan baik, kalau kamu sudah ga mau menyayanginya kembalikan saja padaku,kami masih sanggup memberi makan Lesti dan kedua bayinya," sergah Rosmina sambil menatap tajam wajah Asih.

Wanita angkuh itu mendelik.

"Jangan fitnah kamu Lesti! Bukannya setiap hari kerjaanmu hanya tidur?" balas Asih tak mau kalah.

"Aku ga tidur! Aku mengurus si kembar!" tegas Lesti lalu kembali melanjutkan makannya.

"Sudahlah, Nak, makan saja ga usah di layani." Rosmina membelai rambut putrinya yang acak-acakan, teriris hati wnaita itu menyaksikan penampilan putrinya yang tak terurus.

"Pak, Bu, terima kasih ya, makanannya enak," ucap Lesti beberapa detik kemudian terdengar bersendawa.

"Sama-sama, Nak, pokoknya kalau kamu kekurangan apapun di sini telpon saja Bapak atau Yesi ya, jangan takut dan jangan lemah," ucap Rosmina.

Sedangkan Asih hanya mendelik, merasa jengah dengan kehadiran mereka.

Setelah hampir dua jam, akhirnya Kadir dan Rosmina pamit, mereka menghujani kedua cucunya dengan ciuman dan kata-kata sayang.

Sementara Lesti merasa sedih, ia memeluk ibunya dengan erat. "Aku ikut, Bu."

"Kamu di sini dulu ya, nunggu perutmu ini pulih, nanti Yesi akan jemput kalau kamu mau main ke desa," jawab Rosmina sambil melonggarkan pelukannya.

"Kalau ada yang menyakitimu siapapun itu bilang sama Ayah ya, Nak, jangan takut." Lesti pun memeluk Bapak dengan mata yang mengembun.

"Kami pergi dulu ya."

Lesti mengangguk sambil memandangi punggung kedua orang tuanya yang perlahan menghilang masuk ke dalam mobil, kini ia harus berhadapan denga dua monster lagi.

Entah sampai kapan aku sanggu bertahan, bisiknya dalam hati.

"Eh Lesti, sini handphone-nya kamu ga boleh pegang benda itu nanti lalai lagi ngurus si kembar karena keenakan maen hape, rekeningnya juga biar Ibu yang pegang, mana sini!" pinta Asih sambil menengadah.

"Iya betul, Lesti, kamu ga boleh pegang hape nanti si kembar ga keurus, berikan semuanya sama Ibu," sahut Azril mendukung sikap ibunya.

Bersambung.

Kasih like, komen dan follow akunku ya 

Baca juga cerbungku yang lain

BALASAN TELAK UNTUK SUAMIKU DAN ISTRI KEDUANYA__TAMAT

HUBUNGAN GELAP SUAMI DAN ADIKKU___TAMAT

ANAK ORANG KAYA__TAMAT

PURA-PURA BODOH__TAMAT



Komentar

Login untuk melihat komentar!