Kamu Jahat, Mas! (4)
Sebelum membaca jangan lupa klik subscribe/berlangganan dan rate bintang lima ya, agar kamu tak ketinggalan update bab terbarunya.
Baby blouse
Suara bising dari arah dapur membuat Lesti terbangun, suara bising itu diciptakan oleh Asih, ia sengaja memukulkan centong ke pantat panci agar Lesti segera bangun dan melaksanakan pekerjaan rumah seperti biasanya.
"Mentang-mentang abis lahiran jadi pemalas! Padahal ini sudah satu bulan masa iya aku harus maklum, emang dasar dia mh lemah," gerutu Asih sambil memotong bawang merah.
Ia sudah bosan setiap hari harus memasak dan melakukan pekerjaan rumah lainnya, karena semenjak Lesti menjadi menantu di rumah itu selalu ia yang kerjakan.
"Aku ini mertua kok kaya babu!" Asih menggerutu lagi, mengiris bawang dengan kasar sebagai pelampiasan amarahnya.
Lesti hendak bangkit. Namun, bayi Nafisa menangis karena kehausan, wanita yang berambut masih acak-acakan itu bimbang, antara nyamperin mertuanya atau menyusui sang anak.
Jika ia tak juga keluar maka, suara bising itu akan terdengar semakin keras.
"Ya ampun! Itu bayi nangis bukannya di susuin malah ngelamun! Kebangetan kamu yang kaya orang b3g0!" Gertak Azril merasa kesal karena waktu tidurnya terganggu.
Lesti terkesiap dan segera menggendong bayi Nafisa, entahlah akhir-akhir ini Lesti kerap kali melamun, apalagi saat kedua bayinya menangis dan perutnya terasa lapar.
"I-iya, Mas."
Lesti segera menggendong bayi Nafisa dan menyusuinya, sudah pukul setengah enam pagi tapi, tetap saja matanya masih mengantuk karena semalaman ia begadang mengurus si kembar yang rewel.
Sementara Azril pergi entah kemana, hingga Lesti terbangun, tubuh Azri sudah berbaring di bawah ranjang, semenjak melahirkan lelaki itu memang kerap tidur di bawah menggunakan kasur lantai.
"Dengar ya, hari ini aku libur jadi seharian jangan ganggu kalau perlu bawa si kembar keluar, aku mau tidur sampai sore," cetus Azril lalu menarik selimutnya hingga leher.
"Semalam kamu dari mana emangnya hah?!" Spontan Lesti bertanya sambil berteriak, akhir-akhir ini wanita itu memang tak bisa mengendalikan emosinya sendiri.
"Cari angin di luar! Sudah ga usah banyak tanya!" Jawab Azril sambil memeluk guling.
"Iya, cari angin sama pel4cur 'kan?!" Lesti semakin panas, sejak kemarin ia menahan amarah, dan baru sekarang bisa terlampiaskan.
Azril menyibak selimutnya lalu bangkit dan duduk, menatap tajam Lesti yang sedang menyusui.
"Jangan sembarangan ngomong kamu!" teriak Azril sambil menunjuk wajah istrinya.
Sontak saja bayi Nafis terbangun dan menangis, kepala Lesti terasa mau pecah bayi Nafisa saja masih menyusu belum merasa kenyang, sekarang ditambah Bayi Nafis menangis yang pastinya ingin menyusu.
"Sudah tahu ada bayi, malah teriak-teriak!" tegas Lesti dengan mata yang melotot kemerahan.
Seketika Azril tertegun mendapati istrinya berubah kasar, padahal sebelum melahirkan Lesti tak pernah melawan apalagi membangkang.
"Sekarang cepat gendong bayi Nafis, kasihan Nafisa masih belum kenyang dia," pinta Lesti memerintah suaminya
"Enak aja nyuruh-nyuruh suami, dosa tahu! Aku mau tidur mumpung libur, kamu urus aja sendiri mereka, bukannya kamu sayang banget 'kan sama si kembar," jawab Azril angkuh lalu ia kembali berbaring dan menarik selimut hendak tidur nyenyak.
Melihat tingkah suaminya yang amat menyebalkan, amarah Lesti kian memuncak, terlebih tangisan bayi Nafis yang semakin melengking, ditambah suara bising akibat ulah mertua di dapur sana, membuat Lesti kalap dan nekat.
"Kalau kamu ga mau gendong Nafis, lebih baik aku cekik saja dia biar matiii!" teriak Lesti bagaikan orang kesetanan.
"Sini kamu!"
Lesti beringsut hendak meraih bayi Nafis yang menangis. Namun, tangannya ditepis oleh Azril dengan cepat.
"Dasar gil4! Anak sendiri mau kamu sakiti!" Teriak Azril sambil menggendong bayi Nafis.
Seketika Lesti terkesiap dan menyesali perbuatannya, wanita itu melafalkan banyak istighfar dalam hati, luruh sudah air matanya sambil memeluk bayi Nafisa.
Di dunia ini tak ada seorang ibu yang mau menyakiti anaknya, yang dilakukannya barusan benar-benar di luar kendali Lesti.
"Maafkan Mama, Nak, Mama pusing," ucap Lesti sambil terisak, diciuminya bayi Nafisa yang sudah terlelap.
"Nyebut kamu, cepat tidurkan bayi Nafisa, sekarang gantian susui Nafis," tegas Azril hendak memberikan bayinya ke tangan Lesti.
"Ya ampun, Mas! Gendong saja sebentar bayi Nafisa-nya belum pules, kalau di tidurin nanti bangun lagi dia." Keukeuh Lesti merasa kesal.
"Alasan! Pokoknya aku mau tidur, nih kamu urus aja sendiri!"
Azril meletakkan bayi Nafis ke kasur, lalu segera pergi ke kamar lain untuk melanjutkan tidurnya, sontak saja bayi Nafis menangis lagi, dan disaat bersamaan bayi Nafisa yang sudah terlepas dari susunya ikut-ikutan menangis pula, karena mendengar suara tangisan saudara kembarnya.
"Lestii! Mau sampai kapan kamu tidur, ini udah siang!"
Terdengar Asih berteriak dengan kencang, semakin panas saja dada Lesti, matanya memerah bercampur dengan kubangan air mata yang hendak meluncur.
Dipandanginya bayi Nafis yang tergeletak di kasur, dengan tatapan penuh amarah, bayi mungil itu menangis kejer hingga urat lehernya terlihat menegang, tangan Lesti memegang erat sapu tangan sambil terus menatap tajam bayi Nafis, seperti seekor singa yang hendak menerkam mangsanya.
Bersambung.
Jangan lupa kasih like, komen dan follow akunku.
Baca juga cerbungku yang lain.
HUBUNGAN GELAP SUAMI DAN ADIKKU___TAMAT
BALASAN TELAK UNTUK SUAMIKU DAN ISTRI KEDUANYA___TAMAT
ANAK ORANG KAYA___TAMAT
PURA-PURA BODOH___TAMAT