Kamu Jahat, Mas! (7)
Sebelum membaca pastikan kamu sudah klik subscribe dan rate bintang lima ya.
Tidak adil
Lesti melirik tajam suami dan mertuanya.
Dasar ga tahu malu! Rutuk Lesti dalam hati, tak dipedulikan mereka yang memasang tampang menantang, ia gegas membawa barang-barang pemberian ibunya ke dalam kamar.
"Lestii! Kalau orang tua ngomong itu didengar, apa kamu budeg?" Asih berteriak, merasa jengah dengan kelakuan menantunya.
"Ini uang pemberian orang tuaku, Bu, dan masalah ponsel, ibu ga usah takut aku akan mempergunakan benda ini seperlunya, ga kaya anak Ibu seharian mantengin hape, main game terus," balas Lesti, lalu ia menggendong bayi Nafisa setelah itu kembali menggendong bayi Nafis hendak memandikannya.
"Lihatlah, Azril! Istrimu sekarang jadi songong begitu," sergah Asih geram.
"Oh ya, Mas, uang yang kemarin di transfer Bapak jangan lupa kasih ke aku! Kamu ingat tadi Bapak bilang apa," ucap Lesti sambil melirik ke belakang, lalu kembali melanjutkan langkah sambil menggendong si kembar.
Dada Asih memanas, otaknya berputar memikirkan cara licik apa agar bisa merampas hak milik Lesti.
"Azril kamu jangan diam aja! Kalau gini caranya kita ga bakal dapat duit lagi, mana usaha laundry Ibu hampir bangkrut, jarang banget ada orang yang mencuci ke Ibu." Bibir Asih mencebik sambil menghentakkan sebelah kakinya.
"Tau lah, Bu, sekarang Lesti berubah ga pendiem kaya dulu." Azril mengacak kasar rambutnya.
Suara ketukan pintu menghentikan perdebatan mereka.
"Siapa itu?" tanya Asih sambil menghampiri pintu.
"Ehh Salma, ayo masuk, kamu kok jarang ke sini, ini juga cucu Nenek makin cantik saja," ucap Asih sumringah saat melihat Salma yang tak lain menantu pertamanya.
Dengan senyum mengembang Asih mempersilakan Salma masuk ke dalam, tak lupa ia juga menggendong Jesica--cucu pertamanya-- gadis kecil berumur tiga tahun itu tak henti dihujani ciuman oleh Asih.
"Oh ya, Bu, mana si kembar aku mau lihat," tanya Salma sambil celingukan.
"Lagi mandi, sebentar lagi juga keluar," jawab Asih tersenyum kecut malas sekali harus membahas Lesti.
Tak lama Lesti keluar hendak menjemur si kembar ke teras, wanita itu menggendong Nafis sedangkan Nafisa masih di dalam kamar.
"Lesti, bawa sini si kembar Salma mau lihat." Lesti menghampiri Salma yang duduk di kursi, mereka salaman dan saling cipika-cipiki.
"Lucu banget, yang ini siapa namanya, Les?"
"Nafis, Kak, Nafisa masih di kamar bentar aku ambilkan ya." Lesti segera beranjak menuju kamar dan kembali membawa Nafisa di pangkuannya.
"Wahh, mereka mirip ya, Les, tapi Nafis kok aga item ya, ga kaya Nafisa kulitnya putih banget," celetuk Salma yang tentu saja sangat menyinggung perasaan seorang ibu yang melahirkannya.
"Nafis itu mirip ibunya, kalau Nafisa mirip Ayahnya makanya dia putih," sahut Asih sambil mengerling jutek.
Lesti membuang muka, mengurai perasaanya yang mulai tergores, bagaimanapun juga seorang ibu yang baru saja melahirkan itu memang sensitif.
"Nih aku beliin baju buat si kembar nanti di pakai ya," ucap Salma sambil menyerahkan satu buah paper bag.
"Wahh, coba ibu lihat." Dengan sigap Asih menyambar paper bag itu dan mulai membuka isinya.
"Bajunya bagu-bagus, Salma, ini pasti mahal, lihat Lesti, keluarga kamu mana sanggup membeli baju mahal begini," celetuk Asih sambil mendelik.
"Engga mahal kok, Bu, cuma satu juta dua stel." Salma tersenyum bangga, wanita berkerudung coklat itu memang suka sekali pamer kekayaan.
Terlebih jika sang mertua selalu membandingkan dirinya dengan Lesti, yang jauh lebih rendah levelnya, ia akan merasa sangat bangga dan puas.
"Maaf ya, Les, aku baru jenguk bayimu sekarang abis kemarin-kemarin ga sempet," Lanjut Salma sambil memainkan pergelangannya, berniat pamer jam tangan mahal yang sedang ia kenakan.
"Ga apa-apa, Mbak, makasih ya bajunya, besok aku pakaikan." Lesti tersenyum walau terpaksa.
Seperti biasa Lesti selalu mengalah dan diam jika mereka berdua saling pamer kekayaan, sejak dahulu Lesti memang selalu tersudutkan.
Sejak dulu Salma adalah menantu yang sering dibangga-banggakan oleh Asih, ia adalah seorang desainer sekaligus pemilik butik cukup terkenal di kota tersebut.
"Ga apa-apa, Salma, kamu ini 'kan sibuk kerja bukannya kaya dia seharian kerjaannya tidur terus," sindir Asih sambil mencebik, sementara Lesti membuang muka, berusaha bersikap dingin walau dadanya mulai memanas.
"Oh ya, Nenek juga punya baju buat si cantik Jessica, sebentar ya." Asih segera beranjak menuju kamar, lalu kembali membawa satu buah bingkisan.
"Nih, Nenek belikan baju buat cucu kesayangan Nenek, nanti di pakai ya."
Asih memberikan bingkisan itu pada Salma sambil tersenyum bangga, sementara kedua bayi Lesti tak pernah menerima hadiah apapun darinya.
Jangankan memberi hadiah, menggendongnya saja ia tak pernah, wanita tua namun selalu bergaya bak daur muda itu, selalu abai saat si kembar menangis, bahkan ia kerap marah-marah jika tangisan si kembar tak kunjung mereda.
Dasar tidak adil! Rutuk Lesti dalam hati.
"Waduh terima kasih ya, Bu, bajunya bagus banget cocok buat Jesica." Salma mengibar-ngibarkan baju berwarna soft pink itu.
Hati Lesti tercabik mendapati mertuanya yang begitu tak adil dalam bersikap, beribu pertanyaan mengusik hatinya apakah Ibu tak menyayangi anakku? segitu bencinya ia terhadapku hingga semua rasa bencinya ia lampiaskan pada anak-ankku yang tak berdosa?
Les mendongkak sambil menghirup oksigen dalam-dalam, menghadapi mereka memnag butuh energi dan kesabaran yang lebih.
"Assalamualaikum, Bu Asih."
"Wa'alaikumus'salam," jawab yang ada di dalam rumah serempak, mereka menoleh ke arah luar bersamaan.
"Bu, ruko laundry Ibu kebakaran," ucap seorang wanita muda itu yang tak lain adalah karyawan Asih, dengan napas terengah-engah.
"Apa! Kebakaran! Kok bisa." Asih terkejut bukan main, badannya lemas seketika dengan mata yang membelalak.
Bersambung.
Jangan lupa kasih like, komen dan follow akunku.
Baca juga cerbungku yang lain.
HUBUNGAN GELAP SUAMI DAN ADIKKU___TAMAT
BALASAN TELAK UNTUK SUAMIKU DAN ISTRI KEDUANYA___TAMAT
ANAK ORANG KAYA__TAMAT
PURA-PURA BODOH_TAMAT