Jangan Sampai Menikah Dengannya
Keesokan malamnya, tak seperti biasa Aurora pulang cukup larut dari kedai surabi miliknya. Baru saja membuka pintu sambil mengucap salam, sudah tampak olehnya sosok Bibi Rey sedang duduk menghadap pintu. 

Bibi Rey menjawab salam, lalu segera memanggil keponakannya itu. Rupanya sejak tadi Bibi Rey memang sudah menunggunya. Ada yang ingin ia bicarakan secara serius dengan Aurora. 

"Duduklah!" Bibi Rey mempersilakan Aurora duduk setibanya mereka di ruang keluarga. "Aurora, apa kamu merasa kaget dengan kejadian kemarin di acara lamaran Rania?" tanya Bibi Rey langsung ke topik pembicaraan.

"I ... iya, Bi. Saya merasa terkejut dan aneh dengan perkataan Tuan Pengusaha itu. Dia mungkin salah ya, Bi?"

"Umm ... itu ... pamanmu sudah bicara langsung dengan Pak Wira. Tapi, beliau tetap kukuh pada pendiriannya untuk menjodohkan kamu dengan putranya." Aurora terbelalak. Ya ampun, Tuan Pengusaha itu, apa dia sudah kehilangan akal sehat? Pikirnya.

"Kamu sendiri bagaimana? Kamu mau dijodohkan dengan putranya?" tanya Bibi Rey memastikan.

"Tidak, Bi. Saya sama sekali tidak menginginkannya. Saya masih ingin memperluas bisnis kue surabi saya. Juga, saya masih ingin ... melanjutkan kuliah." Aurora berhati-hati menjawab pertanyaan Bibi Rey.

"Oh ya. Kuliah. Maaf, demi memuluskan Rania dan Adit kuliah ke luar negeri yang membutuhkan banyak dana, kamu jadi harus mengalah menunda kuliahmu sendiri. Hm, Bibi rasa, sekarang sudah saatnya kamu untuk kuliah."

Mata Aurora berbinar mendengarnya. "Benarkah, Bi?" tanyanya dengan senyum merekah. Kuliah memang merupakan hal yang amat didambakan oleh Aurora. 

"Iya. Hm ... begini Aura, kamu tahu kan, sejak dulu pertama kali keluarga kita dan keluarga Pak Wira bertemu dalam sebuah acara kantor, Rania sudah jatuh hati pada putra Pak Wira?" Alis Aurora terangkat. Jujur ia belum mengetahui hal ini. 

Bahkan pertemuan itu, sepertinya tak ada dalam memorinya. Atau mungkin karena sebenarnya dia memang tidak ikut dalam  acara itu.

"Rania mengukuhkan hati bahwa hanya ada satu calon suami yang pantas dan sangat diidamkannnya. Dia adalah putra Pak Wira itu. 
Karenanya, sejak itu Rania berusaha memantaskan diri. Dari perawatan wajah, tubuh, rutin ke salon kecantikan. Dia juga diet, olahraga, sampai termasuk kuliah ke luar negeri. Semua itu dia lakukan agar bisa menjadi istri yang pantas untuk mendampingi sang putra Pengusaha sukses itu," jelas Bibi Rey panjang lebar. 

Aurora mendengarkan dengan saksama. Sejujurnya, ia baru mengetahui tentang hal ini. Selama ini dia tidak terlalu akrab dengan Rania dan tenggelam dengan kesibukan masing-masing. 

Jadi, ia tak terlalu tahu banyak tentang Rania. Apalagi mengenai hal yang sangat pribadi seperti ini. 

"Jadi, Bibi mau minta bantuan kamu. Kamu mau kan membantu Bibi?"

"Bantuan? Bantuan apa, Bi?" Aurora bertanya heran. Bibi memajukan badannya sehingga lebih dekat dengan Aurora. Sepertinya, ia ingin bicara serius sekali dan lebih diperhatikan.



***

Baca juga cerita saya lainnya, yaa

1. Pengantin Ramadhan
2. Mendadak Menikahi Nona Muda
3. Dinikahkan Sejak Kecil
4. Dihina Jelek dan Miskin Padahal Kaya













Komentar

Login untuk melihat komentar!