Masa Depan Penulis
Seperti yang sudah sama-sama kita tahu, sejak era ponsel pintar pengguna internet banyak yang beralih bacaan dari media cetak ke media online. Termasuk saya yang sejak pindah ke medan 2007 berlangganan kompas, pada akhir tahun kemarin memutuskan membaca Republika online yang lebih mudah diakses.


Selain media cetak, industri buku juga setali tiga uang. Tumbuhnya aplikasi baca membuat reader lebih senang membaca dari aplikasi semacam IPUSNAS daripada membeli atau membawa-bawa buku.

Apalagi sejak wabah covid melanda, orang tak lagi merasa aman keluar rumah. Dampaknya toko buku semakin sepi dan penjualan buku melambat.

‘Faktanya, sama seperti industri ritel lain, SARS CoV-2 menyebabkan penerbitan “ikut rontok”, istilah editor senior Kepustakaan Populer Gramedia (KPG), Candra Gautama, yang disampaikan dalam perbincangan virtual di Instagram bersama Luthfi Hasan, perancang interior dan furniture @Jakartavintage, Rabu, 6 Mei 2020.’ 
Sumber : https://edukasi.kompas.com/read/2020/05/17/123646471/hari-buku-menolak-tamat-ketika-roda-penerbitan-terhalang-covid-19?page=all

Rontoknya penjualan buku fisik bukan berarti minat baca menurun, banyak pembaca mencari alternatif  bacaan dari platform –platform buku seperti Ipusnas, Cabaca, Storial, Noveltoon, Joylada, KBM dan******yang tengah naik daun.

Berpengaruhkah terhadap penulis fiksi seperti saya perubahan cara membaca buku tersebut? jelas sangat berpengaruh. Di industri buku cetak, penulis pemes menjadi ujung tombak penjualan. Penulis tidak pemes seperti saya, jangan berharap untuk kembali ke industri cetak. Sulit bagi yang tidak pemes untuk menjual bukunya sendiri. ujung-ujungnya bisa merugikan penerbit. Buku yang sudah terlanjur dicetak dan tidak laku masuk ke peleburan.

Lalu apa yang harus dilakukan bagi penulis lama dan penulis baru untuk masuk ke industri penulisan? satu-satunya cara ya beradaptasi dengan platform.

Banyaknya platform baca membutuhkan dukungan penulis untuk mengisi koleksi mereka. Tanpa keberagaman tema dan karya dari penulis, sulit bagi platform untuk menggaet pembaca. Disitulah penulis fiksi seperti saya bisa belajar dan bertahan menghasilkan karya.

Apakah menguntungkan bagi penulis berkarya di platform? jangan menganggap remeh platform. 

Dulu mungkin dianggap bergengsi jika buku terbit cetak. Tapi lain dengan sekarang ketika teknologi berkembang, wabah covid melanda dan kehidupan harus memasuki fase new normal. Dimana masa depan buku cetak akan tergerus oleh keberadaan platform yang makin meringsek. 

Penulis menjadi penyangga bagi banyak platform baca untuk menggaet pembaca lama dan pengguna baru. Utamanya anak muda  di daerah yang jauh dari akses toko buku dan ibu-ibu rumah tangga yang butuh hiburan selain dari media elektronik.

Kebutuhan akan penulis ada disemua platform baca. Namun kita sebagai penulis harus berhati hati saat mencari rumah bagi karya kita. Jangan sampai kita salah mencari tempat bernaung karya dan berakhir dengan penyesalan.