[Iyo, Pak, uang posyandu dan PKK setahun lalu kan dipakai Mbak Mirna to. Nagih utang malah rasane koyok wong lagi ngemis ae. Bayangno] Bu Kades mulai buka suara.
[Pas butuh pinjaman sih datangnya cepet banget. Eh pas ditagih langsung ngilang persis buronan] timpal Mbak Ningsih ketus.
[Tiap ditagih katanya belum ada duit. Lha kok update lagi shoping. Kalau mau pamer di internet, pastiin dulu udah mbog bayar semua utang sama orang yang ada ndek friendlistmu, Mir.] Kini giliran Mbak Sifa yang menggungkapkan kekesalannya.
[Baik ibu-ibu semuanya. Sebagai warga negara yang baik, kita harus menyelesaikan masalah dengan musyawarah. Tidak ada keroyokan atau menyudutkan satu pihak. Disini Mbak Mirna yang ibu-ibu serang dan itu nggak boleh lho, ibu-ibu] tulis Pak Kades panjang lebar.
Seluruh anggota grup geger. Satu persatu menunjukkan keheranan mereka dengan mengirim stiker dan emoticon marah termasuk Bu Kades.
[Ini Pak Kades kok kayak yang belain Mirna banget sih?] tulis Mbak Puji frontal.
[Mirna juga kemana, jangan ngumpet kau Mir!]
[Tidak ada maksud membela siapa-siapa, ini semua demi ketertiban desa Sumeseka] bela Pak Kades.
[Jangan lupakan donk Pak, kan kami ini juga yang milih njenengan sampai menang dalam pemilihan. Jika Pak Kades nggak bisa adil, kami bisa mengerahkan semua warga untuk mengkudeta Bapak bagaimana?] Mbak Anjani yang dari awal hanya sebagai silent reader akhirnya keluar juga.
[Bukan begitu maksud suami saya, ibu-ibu. Memang benar kita seharusnya musyawarah dan selesaikan ini baik-baik] tulis Bu Kades membela sang suami.
[Bu Kades pindah haluan to?] tanya Mbak Rofiah.
[Ini emak-emak pada kurang kerjaan banget sih. Cuma utang dikit aja sampai pada nagih segala kayak yang gede aja] Setelah sekian lama, Mirna si muka batu muncul juga.
[Susah emang ya kalau ada orang yang minjem melas tapi bayar males] sindir Bu Wahyu.
[Kalau mbog rasa utangmu nggak gede, bayaro]
[Jangankan bayar hutang, cangkemmu iso tak tuku!] tulis Mirna sebelum dia keluar dari grup lagi.
Karena telah beberapa kali keluar grup, nomor Mirna belum bisa ditambahkan ke dalam grup lagi.
Mau buat grup baru juga percuma jika nantinya dia akan kembali left seperti tadi.
Hari juga sudah malam, tidak mungkin para anggota grup menggeruduk rumah Mirna. Apalagi kebanyakan yang dihutangi oleh Mirna tidak tinggal di desa Sumeseka.
Beberapa menit kemudian Mbak Lita membuat grup baru yang hanya berisi beberapa orang saja.
*Ting, masuk pesan dari Mirna melalui japri.
[Puas kamu ya Fik udah memviralkan aku sampai satu desa pada tahu. Utang secuil kae kok yo mentolo nagih. Ncen wis kere koe ki]
[Kera-kere kera-kere jane sopo se tenanan kere to, Mir? Aku po koe?]
[Mergo wes nggawe aku isin, utangku tak anggap lunas]
[Lunas dengkulmu! Mana bisa lunas sebelum awakmu mbalekno duitku]
[Halah Fik, koe wanine mung ning HP to. Gak wedi aku]
[Nak aku marani ndek omahmu, ojo lali siapno duitku]
[Aku kan wis ngomong sak geleme awakku kapan arep mbayar utang. Ngopo koe ngatur?]
Angel wes angel.
Login untuk melihat komentar!