Bersiap agar tak Kisruh

Pandemik Korona mungkin sudah berlangsung lebih dari tahun di muka bumi, namun hingga saat ini, berbagai masalah terkait covid-19 masih menghiasi media nasional hingga internasional.Di awal pandemi, banyak yang mengatakan kekisruhan terjadi karena tidak ada yang berpengalaman menghadapi Corona. Hal ini benar, namun  setelah setahun berlalu, belum terlihat berbagai masalah akan menghilang dalam waktu dekat.


Kasus yang merebak minggu ini di antaranya atlet badminton Indonesia yang dianggap WO pada ajang  all England 2021.  Permasalahannya, mereka mendadak diwajibkan melakukan karantina mandiri di tengah jadwal pertandingan.  Setelah mendarat di Birmingham para atlet sebenarnya sudah menjalankan tes dan dinyatakan negatif Covid-19. Selanjutnya, duta olahraga bulutangkis kita memulai latihan di taktis hall. Beberapa atlet bahkan sudah bertanding dan memenangkan penyisihan. Akan tetapi email dari National Health Service (NHS) yang muncul mewajibkan atlet badminton kita menjalankan isolasi mandiri akibat asalah satu penumpang pesawat saat perjalanan ke sana, ternyata  terjangkit covid.


Tentu saja berita ini menyakitkan. Siapa yang salah? Bisa jadi tidak ada yang salah. Seandainya saja semua mempersiapkan kemungkinan terburuk peristiwa ini mungkin tidak perlu terjadi.

Bahwasanya Inggris sedang mendapatkan sorotan karena munculnya varian baru corona, tentu harus mendapat perhatian lebih.  Panitia juga bisa mewajibkan pemain datang 10 hari lebih cepat, sehingga segala sesuatu bisa diantisipasi. Pastinya biaya menjadi lebih mahal, tapi itu harga yang harus dibayar untuk tetap mengadakan perhelatan olahraga di masa pandemi. Sampai saat ini kejadian yang mengecewakan di dunia sport memang kerap terjadi dan banyak atlet yang menjadi korban.


Kericuhan lain muncul di persidangan  ketika Habib Riziq menolak untuk mengikuti sidang online dan menuntut diselenggarakannya sidang secara offline. Dulu perdebatan seperti ini tidak terjadi. Namun pandemi membuat adanya pilihan sidang online dengan alasan kesehatan. Di twitter, ramai hashtag #TolakSidangVirtual dari masyarakat yang tetap menuntut diselenggarakannya sidang  sebagaimana biasa.


Sidang online bagi beberapa pihak bisa jadi dianggap mengurangi akses yang luas walau di sisi lain mungkin lebih aman  untuk situasi wabah.

Kenyataan terbukanya  opsi  sidang yang masih bisa  diselenggarakan secara offline membuat  mereka yang menjalani sidang secara daring merasa dirugikan. Mungkin akan berbeda jika semua sidang dilakukan secara daring, hingga tidak ada yang merasa dibeda-bedakan. Tapi itulah yang terjadi, kita masih mencari cara menentukan kebijakan yang tepat di masa wabah.


Kekisruhan lebih parah juga muncul saat kepala negara skeptik terhadap Covd 19. Mantan Presiden Amerika, Donald Trump yang abai dengan covid akhirnya gagal memenangkan pemilihan periode kedua. Salah satu penyebabnya,  ketidakmampuan mengantisipasi covid 19  yang menempatkan negara adidaya itu menjadi salah satu negara terdampak covid 19 terparah,  hingga  perekonomian nasional mereka terpuruk.


Presiden Tanzania John Magufuli juga sempai mengabaikan Covid 19. Pada Juni 2020 lalu ia sempat menyatakan bahwa Tanzania sudah bebas dari virus Corona berkat campur tangan Tuhan. Ia menolak menggunakan masker ataupun menerapkan tindakan lockdown. Ia  meremehkan covid-19 dan mendesak warganya untuk berdoa, menghirup uap, dan menggunakan obat-obatan lokal untuk melindungi diri dari penyakit tersebut.


Beberapa hari lalu ia meninggal dunia secara tiba-tiba dan digantikan Samia Suluhu Hassan yang tercatat sebagai presiden wanita pertama di Tanzania. Di masa akhir sebelum kematian John Magufuli - yang secara resmi diumumkan meninggal akibat serangan jantung tersebut- sempat mengakui bahaya  nyata covid-19.


Ya, corona  sudah mewarnai kehidupan manusia satu tahun lebih, namun hingga kini masih banyak percikan persoalan yang muncul dan gagal diantisipasi dengan baik. Tidak ada pilihan lain kecuali kita belajar dari berbagai peristiwa, selalu berusaha mempersiapkan diri dan mencoba antisipatif terhadap segala kemungkinan.


Para pelajar hingga saat ini belum tatap muka di sekolah, mahasiswa kita pun  belum menghadiri kuliah di kampus, para pekerja juga belum sepenuhnya kembali bekerja di kantor. Mal dan pasar belum maksimal keramaiannya. Perayaan hari raya entah sampai kapan mungkin belum dilakukan seperti dulu.


Maka, jika  semua aktivitas akan kembali berlangsung normal, seberapa kita sudah mempersiapkan diri untuk menghindari kekisruhan yang mungkin terjadi?

Lagi, segala sesuatu  harus disiapkan,  dipikirkan, dan dipertimbangkan dengan mendalam agar berbagai hal buruk yang tidak  kita harapkan bisa dihindari.


Intinya, di tengah upaya rakyat dan pemerintah untuk senantiasa bersikap optimis,  prinsip sederhana prepare for the worst, hope for the best; untuk tetap mempersiapkan diri  terhadap hal-hal buruk meski berharap yang terbaik, tidak boleh dilupakan.  Khususnya selama pandemik ini. -- 29 Maret 2021

***

- semoga berkenan meninggalkan jejak cinta di halaman ini. Subscribe ke buku terbaru Asma Nadia ini, follow author untuk tips menulis gratis di inboxmu. Baca juga novel lain; Surga yang Tak Dirindukan 3, Nikah Tanpa Pacaran, Pertama Bilang Cinta, Bidadari untuk Dewa dan Assalamu'alaikum Beijing... tetap semangat berkarya walau di tengah pandemi...