TERNYATA IBUKU DI JADIKAN PEMBANTU DI RUMAHKU SENDIRI (4)
"Mah, hikkk, Amel gak mau pisah sama Mas firman Mah. Hikkk ...."
"Kau akan menyesal karena telah melakukan ini kepada anakku Firman!"
"Sama sekali tidak, aku yang menyesal karena telah menikah dengan dia," tunjukku tepat didepan wajah Amel.
Bagaimana bisa aku tidak menyesal, nyawa Ibuku hampir saja melayang hanya gara-gara wanita ini.
Ibu mertua menatap tak percaya kearahku, sedangkan Amel menangis sejadi-jadinya didalam pelukannya.
"Hanya karena Ibumu kamu rela melakukan ini kepada Amel. Ingat Firman, Amel yang membuat kamu sukses seperti ini bukan Ibumu!" Ibu mertua berkata marah.
Darahku kembali mendidih, andai saja mereka laki-laki pasti tanganku tak akan merasakan gatal seperti ini mendengar ucapannya.
"Jika, kamu menceraikan Amel, maka bersiap-siaplah untuk kehilangan semuanya," ujar Ibu mertua lagi.
"Jangan Mah, aku sama Mas Firman baik-baik aja. Aku gak mau kehilangan Mas Firman," sela Amel kini ekor matanya menatap kearahku.
"Ayo Mas katakan kalau kamu tidak serius, kita bisa rujuk lagi. Aku gak mau pisah sama kamu Mas, hikkk ..." sambung Amel lagi.
Cihhh .... Buat apa aku menikahi wanita kaya jika dia sama sekali tidak menghargai Ibuku.
"Tidak, sampai kapanpun aku tidak akan mengulangi lagi kesalahan yang sama, dan jangan khawatir. Kalian memang orang kaya, tapi doa Ibuku jauh lebih kaya dari kalian," sungutku.
"Dasar menantu gak tau di untung, anakku yang mengangkat kamu dari miskin sampai seperti ini, dan begini cara kamu membalas jasa anakku.
Lihat aku pastikan kamu bakal ngemis-ngemis lagi minta rujuk sama Amel, karena kamu bakal jatuh miskin lagi," papar Ibu mertua.
Ku sunggingkan senyuman kecil mendengarkan itu. Harta, uang memang kebutuhan dalam hidup. Tapi tanpa doa tulus Ibu aku tidak bisa seperti ini.
"Ayo, sayang kita pergi. Tenang saja Mama yakin Firman akan datang dan rujuk sama kamu nantinya. Mungkin hatinya lagi tidak baik."
Ibu mertua menarik Amel, membawanya pergi bersama.
Sedangkan aku, kembali teringat kepada Ibuku dirumah sakit.
"Ibu ...."
***
"Ibuku mau dibawa kemana Malvin?" Tanyaku panik tak karuan saat melihat beberapa suster membawa Ibuku keluar dari ruangannya.
"Kamu kemana saja Fir, aku dari tadi menghubungimu. Ibumu kritis dan harus segera dioperasi," ucap Malvin detik itu juga membuatku membeku.
"I-ibu harus operasi," kedua bibiku bergetar berucap akan hal itu.
"Suhu ditubuh Ibumu sudah menurut, aku pikir ini kabar yang sangat baik. Namun ternyata setelah diperiksa lebih lanjut ada sesuatu didalam peru-paru Ibumu, itu yang membuat Ibumu sesak. Dan harus sekarang juga di operasi.
Karena Ibumu semakin sesak, aku takut jika menunggu hari esok," jelas Malvin lagi.
Kedua air mataku mengalir dengan sendirinya tanpa diperintah. Ku pegang erat tangan Malvin memohon kepadanya.
"Ini salahku, aku yang salah. Malvin aku mohon selamatkan Ibuku. Hanya dia satu-satunya yang aku punya di dunia ini Malvin, aku mohon." Kini tubuhku sudah berlutut tepat didepan Malvin.
"Hei, Fir jangan seperti ini. Aku dan Dokter lainnya akan berusaha sebisa kami terhadap Ibumu," Malvin membantuku bangun setelahnya ia memelukku sedikit erat.
"Lebih baik sekarang kamu ke meja kasir, tanda tangan sekarang juga. Biar aku yang akan menjaga Ibumu," ucap Malvin lagi setelah ia merenggangkan pelukannya.
***
Mataku membulat sempurna, saat membaca berapa nominal yang tertera disana. Angka lima puluh terpapar jelas.
"Bagaimana pak, pembayaran bisa cash, kredit atau transfer?" Tanya suster kasir
"Transfer saja Sus," jawabku. Untung saja aku memiliki tabungan dengan Saldo 60 juta. Masih cukup membayar operasi Ibu.
Kartu kreditku pasti sudah di bekukan Amel, karena memang itu kartu pemberian Papanya. Ya Tuhan, besok mungkin aku tidak akan bisa bekerja lagi disana. Lalu bagaimana aku mendapatkan uang untuk membiayai Ibu dirumah sakit.
Setelah siap di pembayaran aku segera menuju ke tempat dimana Ibuku di operasi.
Aku menunggu diluar sembari terus berdoa kepada yang kuasa, agar memberikan aku kesempatan membahagiakan Ibuku sebelum ajalnya menjemput.
Sebagai anak aku selama ini belum membuat Ibu bahagia. Aku pikir setelah menikah dengan wanita pilihanku dan Ibu bakal bahagia, ternyata aku salah besar.
Ya Tuhan, jika memang takdir engkau tidak bisa dielakkan. Aku memohon ampun atas perbuatanku menyakiti Ibu. Aku mohon ya Tuhan, berikan aku kesempatan sekali lagi untuk membuat Ibu bisa tersenyum dan bahagia. Walau hanya sebentar, tapi aku mohon hikkk ....
Air mataku tak henti-hentinya berderai.
Ceklek .... Pintu ruangan operasi terbuka, dengan cepat aku menengadah menatap Malvin disana dengan raut wajah yang tidak bisa aku artikan.
"Firman,"
"Bagiamana dengan Ibuku, Malvin," suaraku nyaris saja tidak bisa terdengar.
"Ibumu .... Maaf!"
Bersambung .....
Jangan lupa untuk likenya ya, dan subscribe juga hihihi