1
              Sore itu hujan mengguyur bumi. Memberi kesejukan setelah sekian lama kemarau. Debu-debu yang menempel di jalanan seakan tersapukan. Polusi yang sekian lama menyesakan paru-paru pun ikut hanyut. Oksigen segar yang didambakan warga ibu kota kini benar-benar terasa. Ah sungguh nikmatnya. Nikmat Tuhan yang jarang sekali disyukuri hambanya. Padahal kalau mau dihitung dengan uang tak akan ada yang mampu membeli anugrah Tuhan yang satu ini.


               Di sebuah terminal yaitu terminal Pulogebang seorang gadis dengan tinggi 155 cm, kulit sawo matang, bentuk muka oval, hidung tak terlalu mancung juga tidak pesek, bibir mungil, gigi gingsul, rambut dikuncir kuda. Menenteng tas besar, tapi bukan koper.
           
   
               Pada sorot matanya ada harapan besar di ibu kota ini menemukan segenggam masa depan cerah yang dapat mengubah nasib keluarganya. Meskipun hanya bermodalkan ijazah SMA, ia melangkah dengan pasti mencari pekerjaan yang halal.


              Ditangannya menggenggam handphone, berusaha mencari informasi kontrakan terdekat dengan harga terjangkau melalui media sosial. Matanya berbinar tatkala menemukan informasi yang dicarinya. Ada sebuah iklan kos-kosan di gang terdekat. Ia pun tak menyia-nyiakan waktu. Kakinya melangkah menuju alamat yang ia temukan dari media sosial tadi.


                  Sebuah bangunan lantai dua dengan pintu berjejer serta terdapat tulisan 'kostan putri' sudah ada di depannya. Di samping bangunan tersebut ada sebuah rumah minimalis tetapi elegan. Rumah tersebut merupakan rumah pemilik kosan tadi.


                    Dengan langkah santai ia menemui si pemilik bangunan tersebut. Perlahan ia mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Tak lama dari dalam rumah ada seorang ibu bertubuh gemuk, mata sipit, tinggi badan sekitar 150cm tersenyum menyambut kedatangan Devira.


              "Assalamualaikum, dengan siapa ya?" Tutur si ibu pemilik kosan.


             "Waalaikumussalam, perkenalkan saya Devira bu" sambil mengulurkan tangan Devira memperkenalkan dirinya.


               "Saya mendapat informasi bahwa di sini menyediakan kos-kosan khusus putri ya Bu? Kebetulan saya sedang mencari kos-kosan untuk saya tinggali" 


                    "Betul sekali nak. Masih ada dua pintu yang masih kosong. Jadi, nak Devira bisa memilih diantara dua kamar tersebut" timpal si ibu pemilik kontrakan.


             Akhirnya si ibu pemilik kontrakan mengantarkan Devira ke kamar kontrakan yang masih kosong. Setelah melihat-lihat kondisi kamar kosan serta fasilitas yang ada  Devira dan ibu kosan nego harga kosan perbulannya. Setelah keduanya setuju dengan harga yang telah ditentukan, Devira menerima kunci serta dapat menempati kamar tersebut.


                    Kamar dengan luas 3x4 meter serta memiliki kamar mandi di dalam ditambah fasiltas kasur ukuran single serta satu buah lemari baju kini telah jadi tempat Devira bernaung dikala ia mencari pekerjaan di ibu kota ini.


              Devira merebahkan tubuh di atas kasur singel tersebut. Perjalanan naik bus dari kampung halaman menuju kota ini menguras tenaganya. Perlahan rasa kantuk mulai menyerangnya. Ia tak peduli badannya bau keringat. Yang ia inginkan saat ini adalah tidur dengan nyenyak.


                Sayup-sayup terdengar suara azan dari mushola terdekat. Devira perlahan membuka matanya. Ia pikir hari masih sore, karena waktu masuk kosan ini baru pukul pukul empat sore. Tapi ketika melihat jam yang menggantung di dinding ternyata sudah menunjukan waktu isya.


                 "Astagfirullah berapa lama saya tidur sampe sudah malam begini. Sampai lupa solat magrib." Ucap Devira pada dirinya sendiri.


                        "Ah mungkin ini karena aku terlalu lelah sampe ketiduran begini. Semoga Allah mengampuni semua kelalainku ini." 


                       Setelah mengumpulkan sisa-sisa kesadarannya, ia langsung bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus berwudhu untuk menunaikan ibadah sholat isya. Karena sebenarnya Devira tidak terbiasa menunda-nunda kewajiban beribadah.


                     Selesai mendirikan sholat isya, tak lupa ia memanjatkan doa. Meminta kepada sang pemilik langit dan bumi semua doa dan harapan agar dikabulkan. Diberi rejeki yang halal, kesehatan, serta tak lupa mendoakan kedua orang tua yang jauh di kampung halaman.


                   Setelah kebutuhan rohani terpenuhi, sekarang giliran jasmani yang meminta jatahnya. Cacing-cacing di dalam perut sudah mulai berdemo. Wajar saja karena sejak turun dari bus, Devira belum sempat makan atau minum apa pun. Tadi ia pokus mencari kosan. Setelah dapat kosan eh malah tertidur. 


                       Dilipatnya mukena dan sajadah yang habis digunakan. Disimpan di dalam lemari agar rapih dan beraturan. Diambilnya jaket serta dompet. Ia keluar kosan dan menguncinya. Semoga didekat kosan bisa menemukan tukang jualan nasi goreng atau apa saja untuk makan malam.

_
_
_
_
_
_
Bersambung....
Mohon maaf ya para readers kalau karyanya kurang bagus. Mohon di maklum jika banyak kekurangan serta kesalahan. Mohon saran serta masukannya. Karena saya masih belajar. Saya berusaha membuat karya setelah termotivasi dari berbagai novel yang sudah saya baca. Semoga bisa menghibur. Terima kasih.

 


Komentar

Login untuk melihat komentar!