ATM diblokir
Sebelum baca jangan lupa klik subscribe dan bintang lima ya. Happy reading. . . . . 

MELABRAK SUAMI DI PESTA ULANG TAHUN ANAKNYA
Episode_5
ATM diblokir

"Kami ditugaskan untuk menangkap, Ibu atas tuduhan percobaan pembunuhan. Ini surat tangkapannya." Polisi itu menyerahkan surat penangkapan tersebut. Dengan ragu Vina menerima surat tersebut, lalu membukanya. Detik itu juga mata Vina melotot setelah membaca surat tersebut. Ia tidak menyangka jika Lilis membawa masalah tersebut sampai ke pihak yang berwajib. 

***

"Bapak pasti salah orang, saya tidak mungkin untuk .... "

"Silahkan ikut kami ke kantor polisi, di sana ibu bisa menjelaskannya." Polisi tersebut langsung membawa Vina. Sementara dari dalam Nani dan Diva bergegas keluar saat mendengar suara Vina. 

"Mama." Diva berlari menghampiri ibunya yang kini sudah dimasukkan ke dalam mobil, begitu juga dengan Nani, ia juga ikut menghampiri menantunya. 

"Pak, mau dibawa ke mana menantu saya, salah dia apa?" tanya Nani, raut wajahnya terlihat begitu bingung. Apa yang Vina lakukan, kenapa sampai berurusan dengan polisi. 

"Nanti akan dijelaskan di kantor polisi, permisi." Pak polisi tersebut segera masuk ke dalam mobil dan melajunya meninggalkan halaman rumah tersebut. Melihat ibunya dibawa pergi, Diva berteriak memanggilnya. 

"Nek, ayo cepat susul mama, ayo nek." Diva menarik-narik tangan neneknya, tetapi Nani masih berdiri di tempat. Ia bingung harus bagaimana, sementara Martin masih berada di  Jakarta. 

"Sayang sebentar, kita telpon papa gimana biar papamu tahu." Nani memberi saran, detik itu juga Diva diam dan beranjak masuk ke dalam rumah untuk menelpon ayahnya. Melihat cucunya sudah masuk ke dalam, Nani ikut menyusulnya. 

Setibanya di dalam terlihat jika Diva sedang sibuk untuk menelpon ayahnya. Berkali-kali Diva terus mencobanya, tetapi sampai detik ini Martin belum juga menerima panggilan darinya. Namun Diva tidak menyerah, ia terus berusaha untuk menghubungi ayahnya lagi. 

[Halo, Pa. Papa buruan pulang, mama ditangkap polisi]

[Apa?! Diva kamu jangan bohong. Kenapa mama bisa ditangkap polisi]

[Diva nggak tahu, Pa. Sekarang, Papa pulang]

[Iya, Sayang. Nanti papa usahakan untuk pulang, sekarang kamu sama nenek dulu ya]

Setelah itu panggilan telepon terputus, Diva berlari menghampiri neneknya dan mengajaknya untuk menyusul ibunya ke kantor polisi. Dengan segera Nani memesan taksi untuk mengantar mereka. Nani berharap agar kasus yang menimpa menantunya itu segera terselesaikan. 

Di lain tempat, saat ini Martin sedang bingung. Masalah dengan Lilis saja belum terselesaikan kini ditambah dengan masalah baru. Bahkan untuk bertemu dengan anaknya juga belum bisa, kini Martin harus kembali ke Batam untuk mengurus masalah Vina. 

"Bagaimana ini, masalah dengan Lilis saja belum selesai, sekarang Vina menambah masalah baru. Dari dulu Vina memang pembawa masalah." Martin menggerutu, lelaki itu memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa sangat pusing. 

***

Di kantor polisi, Vina terus saja membela diri jika ia tidak bersalah. Namun, pihak polisi memperlihatkan bukti kejahatan Vina dengan memutar rekaman cctv yang berada di tempat kejadian. Detik itu juga Vina terkejut, ia benar-benar menyesal karena sudah berbuat tanpa memikirkan resikonya. 

"Anda masih ingin mengelak lagi?" tanpa pak Anto, polisi yang sedang bertugas. Terlihat raut wajah Vina yang tegang dan juga panik. 

"Pak, itu sebenarnya hanya masalah keluarga. Jadi saya mohon, tolong jangan penjarakan saya. Kasihan anak saya, Pak." Vina terus memohon agar pak polisi mau membebaskan dirinya. Namun, semua itu tidak akan terjadi semudah dan segampang yang Vina pikirkan. 

Selang beberapa menit Nani dan Diva datang, bocah itu langsung berlari menghampiri ibunya, bahkan Diva langsung menangis seraya memeluk Vina. Vina berharap, semoga dengan datangnya Diva pak polisi mau membebaskan dirinya. 

"Pak, tolong bebaskan menantunya saya, dia tidak bersalah, Bapak pasti salah orang." Nani berusaha untuk membela Vina, walaupun sesungguhnya ia belum tahu kasus apa yang menimpa menantunya itu. 

"Silahkan, Ibu lihan rekaman cctv ini. Agar, Ibu tahu kesalahan apa yang saudari Vina lakukan." Pak Anto memutar rekaman cctv tersebut, dengan segera Nani memperhatikan apa yang sebenarnya terjadi dalam rekaman tersebut. 

Detik itu juga Nani terkejut setelah melihat rekaman cctv itu, rupanya Vina sudah berbuat hal yang sama sekali tidak diketahui oleh suami dan ibu mertuanya sendiri. Nani melirik menantunya, mungkin yang Vina lakukan itu untuk kebaikan mereka, tetapi kenapa Vina tidak berterus terang. 

"Sekarang, Ibu sudah tahu bukan. Apa kesalahan yang sudah diperbuat oleh saudari Vina," ujar pak Anto. Sementara Nani hanya mengangguk, lalu menatap cucunya yang terus memeluk tubuh Vina. 

"Ma ayo pulang, nanti Diva sama siapa kalau mama di dini." Diva menarik-narik tangan Vina, melihat hal tersebut membuat Nani merasa sedih. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, karena semua sudah diputuskan oleh pihak yang berwajib. 

Sementara itu, saat ini Martin sedang pusing tujuh keliling. Sebelum pulang ke Batam, niatnya ia ingin bertemu dengan Lilis dan juga anaknya. Namun sampai detik ini Lilis belum juga memberikan ijin, bahkan penjagaan di rumahnya kini semakin diperketat hal tersebut membuat Martin tidak bisa berbuat apa-apa. 

"Huft, sepertinya Lilis memang tidak akan memberikan aku ijin untuk menemui anakku." Martin menatap rumah yang mempunyai banyak kenangan. Martin masih sangat ingat ketika mereka baru saja menikah. 

"Lilis, kenapa kamu begitu tega. Anak yang bersamamu itu juga anakku," ujar Martin. Berharap Lilis keluar dari rumahnya sembari menggendong anaknya. Namun sepertinya harapan Martin tidak akan pernah terwujud. 

Tiba-tiba saja ponsel Martin berdering, dengan segera ia mengambil benda pipih miliknya. Saat diperiksa, terdapat pesan dari ibunya, pasti itu mengenai masalah yang menimpa Vina. Setelah itu Martin memutuskan untuk kembali ke Batam terlebih dahulu. Namun sebelum itu Martin akan ke ATM terlebih dahulu untuk mengambil uang. 

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh kini Martin tiba disebuah ATM. Dengan segera Martin masuk ke dalam ATM tersebut, kebetulan sedang sepi jadi tidak perlu mengantri. Martin memasukan kartu ATM miliknya ke dalam mesin. 

"Loh kok nggak bisa buat narik sih." Martin cukup terkejut saat kartu ATM miliknya tidak bisa digunakan untuk menarik saldo. Setelah itu Martin kembali mencoba, dan tetap saja tidak bisa. 

"Apa, kenapa ATM aku diblokir." Martin kembali terkejut saat mengetahui jika ATM miliknya diblokir. Seketika Martin teringat jika rekening yang ia pegang adalah atas nama istrinya. 



_________&&&&&&&&&&_________


Jangan lupa subscribe dan bintang lima ya, untuk bisa mendapatkan notifikasi selanjutnya.