Pagi-pagi buta, Helmi dan teman-temannya sudah pergi ke sekolah. Mereka bersemangat ,tapi, degupan hati dan jantung bergerak lebih cepat. "Apa kita bisa menjawab semua soal hari ini," ucap Baim ragu menggenggam tangannya. "Tentu saja, Baim. Kita kan sudah rajin belajar," jawab Helmi yakin sembari meletakkan tangannya di pundak Baim guna menyemangatinya.
Syukurnya, mereka berhasil menjawab semua soal yang diletakkan di meja ujian. Hanya satu mata pelajaran lagi yang belum diujiankan yaitu, kesenian. Seluruh siswa diminta untuk menyanyikan lagu daerah yang ada di Indonesia. Namun, siswa dapat memilih lagu apa yang akan dinyanyikannya nanti.
Seluruh siswa laki-laki telah selesai menyanyikan lagu daerah. Sekarang, giliran Siti menyanyikan lagu daerah.
Lancang kuning Lancang kuning berlayar malam Berlayar malam... Lancang kuning berlayar malam Hei berlayar malam... Haluan menuju Haluan menuju ke laut dalam... Haluan menuju Haluan menuju ke laut dalam... Dan seterusnya sampai selesai Siti menyanyikannya.
Setelah Siti, giliran Mona untuk menyanyikan lagu daerah yang berasal dari Kalimantan berjudul "Ampar-ampar Pisang." Sebelum memulai, Mona menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya perlahan-lahan. Ampar-ampar pisang Pisangku belum masak Masak sabigi, dihurung bari-bari 2x Masak sabigi, dihurung bari-bari 2x Manggalepak, manggalepok Patah kayu bengkok Bengkok dimakan api Apinya canculupan.
Seminggu setelah ujian, seluruh siswa menerima rapor. Baik, Helmi, Yahya, Romi, Tomi, Baim, Siti dan Mona mereka sangat bersyukur atas nilai yang diperoleh. Meskipun sepuluh hari berada di pengungsian dan sempat merasakan putus asa, tak menggoyahkan niat mereka untuk belajar. Terutama demi membangun desa yang mereka cintai.