Gangguan makhluk Astral
Bismillah 

    
#by: Ratna Dewi Lestari.

     Mereka asik bersenda gurau. Ku hentikan langkahku begitu melihat di seberang danau nampak sekelebat bayangan hitam melintas. Kakiku mulai gemetar. Ingin kuteriak tapi suaraku bagai terhambat di kerongkongan. Walaupun hanya sekilas, aku tahu bahwa itu bayangan seorang wanita berjubah dengan rambut hitam panjang tergerai.

    Tomi melambai dan menghampiriku. Ia terlihat memandangku dengan tatapan aneh.
  
    "Bro, ngapain kamu berdiri dari tadi! dipanggil-panggil ga nyahut, lagi!" Tomi menepuk pundakku. 

   "Ah, Tomi, it--itu Tom!" jawabku tergagap sembari menunjuk ke arah seberang Danau.

   "Apo, woy? jangan nakut-nakutin! lagi asik ini, yok cepat mana kayu bakar nya, kita mau masak!" Tomi mulai sewot mendengar ucapanku.

    "Ga ada Tom, aku keburu kabur waktu tadi nyari kayu ada bayangan di situ!" aku menunjuk ke arah belakang.

    "Ealah, Al--Al, gitu aja takut kamu! ya sudah, sana kamu istirahat aja! kecapean mungkin kamu!" perintah Tomi. Aku pun mengangguk dan berjalan menuju tenda.

   Perasaanku mulai tak karuan. Di saat teman-temanku yang lain asik bernyanyi dan bersenda gurau, aku hanya terdiam. Keindahan danau kaco yang sempat menghipnotis serasa biasa bagiku. Yang ada hanya perasaan mencekam dan ketakutan. Aku merasa sedang diintai. Seperti ada ribuan mata yang menatapku. Semoga ini hanya perasaan ku saja.

*

    Siang berganti malam. Keindahan danau kaco semakin terlihat jelas. Pantulan sinar bulan menerangi semua tempat. Danau Kaco bak lampu yang berpendar. Dari dasar nampak sinar yang berwarna putih cemerlang. Semua mata menatap takjub. Jika tidak di peringati datuk, kami yakin malam ini akan berenang karena keindahan danau yang sangat memikat.

   Kulihat Tomi dan teman-teman mulai mengantuk, mereka serentak masuk ke dalam tenda dan menghentikan kegiatan. Hanya aku yang masih terjaga. Sepi. Yang ada hanya suara binatang malam yang menemani.

      Byurrrrrr!

      Kcipak! Kcipak!

     Kudengar dengan seksama bunyi di luar sana. Telingaku kupasang sebaik-baiknya. Jantungku seperti ingin meloncat keluar. Takut, berharap ini hanya mimpi belaka.

     Dengan segenap keberanian aku beranjak dan mengintip di pintu tenda. Retsleting pintu kubuka perlahan. Beruntung tenda kami tepat mengarah ke danau, hingga mudah bagiku untuk melihat keadaan danau kapan saja.

   Srettttt!
 
   Kubuka perlahan. Kuedarkan pandanganku kesegala penjuru. Suara detak jantungku yang berpacu diiringi tetesan keringat ketakutan. Mataku terbelalak melihat ke arah danau. Sepi, tak ada siapa pun di sana. Suasana kembali hening. Aku kembali menutup pintu tenda dan beringsut mendekati Tomi yang sudah terlelap tidur.

    Byurrrrr!

    Kecipak! Kecipak!

    "Hahahaaaaa...."

    Lagi-lagi suara itu! disertai suara tawa yang membuat bulu kudukku merinding. Suaranya menggema memekakkan telinga. Keringat dingin kembali mengucur deras.

    Ingin rasanya kubangunkan Tomi. Tapi teringat jika Tomi selalu meledekku,  nyaliku menjadi ciut. 

     Kukumpulkan keberanian yang masih tersisa. Jantungku yang berdebar bak genderang perang, wajahku yang sudah basah dengan keringat kuhiraukan. Dengan mengendap kembali kubuka retsleting pintu tenda.

      Srettttttt!

     Kembali mataku terbelalak melihat keadaan danau malam itu. Tak ada siapapun. Hanya air danau yang tenang tengah bersinar, sepi dan sunyi. Sesegera mungkin kembali menutup pintu tenda dan mendekati Tomi. 

     Keanehan tak berhenti di situ. Kupasang telinga sebaik mungkin. Kudengar bukan cuma suara binatang malam yang bersahut-sahutan, namun seperti suara orang yang sedang berbincang. Dari logat yang terdengar aku tak mengerti apa yang mereka bicarakan.

     Bahasa mereka asing di telinga . Suaranya lirih , namun sangat jelas terdengar. Aku tak berani keluar, hanya menatap nanar dari balik tenda. Mataku berair ketakutan. Tak ada bayangan di luar . Lantas, siapa yang berbicara di luar?

     Drap! Drap! Drap!

     Suara kaki kuda keras menghentak . Apalagi ini? mengapa hanya aku yang mendengar dan terjaga malam ini?

      Tak kuasa menahan takut ku gapai tangan Tomi yang masih mendengkur kuat.

      "Tom ... Tomi!" teriakku kencang.

       "Al ... Aldiii ...Aldi....,"
     
      Sayup-sayup ku dengar suara. Suara itu ...

Komentar

Login untuk melihat komentar!