"Happy birthday, Sayang!" Suara teriakan yang Mas Riza Sudirja dan Windy Mayasari ucapkan beserta anaknya. Mereka memberikan surprise dihari lahirku ini.
"Kalian, akhirnya datang juga!" sahutku senyum manis tapi hati ini tidak.
"Ini permintaan kamu kan? Meminta Windy beserta anaknya, Lolita dibawa kesini saat ulang tahun mu?" ungkap Mas Riza sembari mencium keningku.
Lolita anak dari Windy, sekretaris di kantor tempat Mas Riza bekerja. Ya, memang anak itu baru lahir tiga bulan yang lalu. Aku yang menginginkan ia dibawa kesini. Alibinya aku ingin memberikan hadiah pada anak tak berdosa itu.
"Terimakasih ya, dihari ulang tahunku ini, aku ingin memberikan Lolita kado. Karena belum sempat menjengukmu setelah melahirkan, Windy!" ujarku menyerahkan kado yang sudah aku bungkus rapih.
"Tidak apa-apa Bu, aku yang berterimakasih banyak atas perhatian Ibu pada Lolita." Lalu aku menggendong bayi tak berdosa itu, tak kuasa menahan air mata yang sejak tadi ku tahan.
"Kamu kenapa menangis, Sayang? Nanti kalau sudah waktunya kita punya anak juga akan diberikan," tanya Mas Riza sembari menenangkan. Ia mendekatiku lalu menghapus air mata ini dengan jarinya. Ia pikir aku menginginkan seorang bayi.
Aku hany tersenyum, menghela nafasku yang amat sesak. Kucoba tarik nafas lalu membuangnya. Agar terlihat lebih tegar.
"Oh ya, ini kado untuk kamu, Sayang. Coba dibuka!" ucap Mas Riza memberikan bingkisan untukku. Aku buka lalu taruh meja, hanya jam tangan. Tidaklah penting untukku!
"Aku juga punya kado untukmu, Mas!" ujarku. Dan Mas Riza tampak terkejut, mengernyitkan keningnya, tanda ia sedang bingung. Mungkin ia berpikir untuk apa kado? Yang ulang tahun kan aku!
"Kamu aneh, kan yang ulang tahun kamu?" tanya Mas Riza. Kulihat wajah Windy sudah mulai cemas. Karena aku menunjukkan sikap dingin pada mereka. Hanya senyuman miring yang aku lontarkan di depan mereka.
🍀
Sebelumnya, sebelum meminta Mas Riza untuk membawa Windy juga bayinya. Diam-diam aku telah mengetahui pernikahan siri mereka. Sekretaris itu hamil oleh Suamiku. Dan aku tahu saat Windy melahirkan.
Rumah sakit tempat dimana Wilda melahirkan Lolita adalah milik teman almarhum Papaku. Kebetulan salah satu Dokter disana kenal wajah Mas Riza. Saat Mas Riza menemani proses melahirkan, Dokter Nisa mengintainya. Dan memberitahuku dengan memberikan bukti foto berikut bukti transaksi di rumah sakit yang mengatas namakan Riza Sudirja.
Dokter Nisa yang berjasa atas terbongkarnya pernikahan mereka. Setelah mengetahui Windy melahirkan anak dari hubungan gelapnya dengan suamiku, aku mencari tahu hubungan mereka melalui salah satu supir di kantor. Supir yang turun temurun sangat dipercaya keluargaku.
"Bu, maaf saya memberikan kabar tidak enak! Saya mendapat kabar bahwa Bapak telah menikah siri dengan Bu Windy sudah delapan bulan yang lalu." Kabar yang Pak Lukman berikan pasti akurat. Ia tidak mungkin membohongi ku, tidak seperti Suamiku yang buaya itu.
Segera aku urus semua yang berhubungan dengan fasilitas miliknya, aku meminta pengacaraku urus semuanya di hari ulang tahunku. Di hari dimana ku bongkar kebusukan laki-laki tidak tahu diri itu.
🍀
"Semua sudah berakhir, Mas! Ini pakaianmu dibawa, aku tidak sudi melihat sehelai pun baju yang pernah engkau kenakan saat bersenggama denganku juga dengannya, Windy!" Aku melempar tas miliknya yang berisikan baju-baju saja. Tidak ada uang sepeserpun yang bisa ia bawa, semua sudah aku amankan.
"Sayang, aku bisa jelaskan semuanya!" ucapnya memohon dengan menekukkan kedua lututnya dibawah kakiku, dihadapanku ia memohon iba dan belas kasihan. Ia pikir aku akan luluh. Tapi itu tidak akan mungkin.
Kulihat wajah Windy yang berpura-pura polos itu tercengang. Pasti ia sangat cemas dengan kehidupannya kedepan. Aku angkat tubuh Mas Riza yang sudah tersungkur, tapi bukan untuk memberikan simpatik padanya. Aku hanya ingin ambil kunci mobil yang ada di saku celananya.
"Sekarang lebih baik kalian pergi dari sini!" Aku bentangkan jari telunjukku kearah pintu. Lalu mengusir mereka.
"Bu, kasihanilah Lolita, ia tidak tahu apa-apa! Ibu tidak kasihan melihat bayi mungil ini kehausan karena orang tuanya tidak mempunyai uang untuk membelikan susu?" Suara wanita yang kini sangat aku benci tiba-tiba merajuk dengan alasan anaknya.
"Sekarang kalian pakai anak kalian untuk menarik simpatik? Waktu kalian berbuat, apa kalian memikirkan hati saya yang kini sakit?" Akupun berteriak sambil menunjuk kedua pasangan yang sekarang sedang sial itu. Ya, mereka sial sekali karena sudah terbongkar oleh ku. Hampir satu tahun aku di Selingkuhinya. Pantas saja ia selalu bersikap sok romantis di depanku. Padahal Mas Riza dulu tidak pernah respect dengan wanita.
Mereka terdiam, lalu Mas Riza pun terus menggoncang tubuhku, agar bisa memaafkan dirinya. Tapi keputusanku sudah bulat. Harta masih bisa aku toleransi, tapi perselingkuhan tidak akan pernah aku maafkan.
"Baik, kalau begitu kami pergi!" ucap wanita tidak tahu malu itu sembari mengangkat tubuh Mas Riza yang masih bersujud di lantai.
🍀
Mereka pergi, tinggal aku seorang diri. Sejak awal mengetahuinya, aku berusaha kuat dan tegar. Tapi, ternyata kini pipiku sudah basah. Aku tak menyadari air mataku sudah tumpah berjatuhan dengan sendirinya. Luka yang Mas Riza torehkan amatlah perih.
Bersabarlah Liviana Anggraini, aku pasti wanita yang sangat kuat. Aku bergumam dalam hati.
_______
Bersambung next gak ya??