POV RIZA

Tok.... Tok.... Tok

Aku segera membuka pintu rumah, rumah milik Liviana yang kini aku tempati untuk berteduh bersama anak dan istri sirihku, Windy. Ya, aku menempati rumah ini sejak setahun lalu. Tepatnya saat aku menikahi Windy secara sirih.

Krekek... Terkejut sekali ternyata ada dua orang laki-laki berseragam coklat kerumahku. Aku tercengang, mataku terbelalak melihat kedua petugas keamanan negara yang sudah berdiri di depanku. Mereka terlihat sangat yakin akan penangkapan ini. Masa iya Livi tega melakukan ini?

"Selamat siang, Bapak Riza Sudirja!" ucap Pak polisi yang dengan sigap menyebut namaku. Seketika ingat Livi, pasti Livi balas dendam padaku. Pikiranku kini hanya Livi yang berani melaporkan tindakanku ke polisi. Apalagi setelah ia tahu rumah ini telah aku tempati bersama Windy. Pasti ia tidak akan tinggal diam.

"Iya, siang. Pak!" sahutku gemetaran. Tubuhku yang sudah berani mengkhianati seorang istri sangat terbilang tegas, kini terlihat gugup berhadapan dengan polisi. Ya, aku memang pengecut, beraninya hanya main serong. Saat dihadapkan dengan situasi sulit seperti ini, nyaliku tiba-tiba menciut.

"Kami kesini membawa surat penangkapan, atas tuduhan penggelapan uang perusahaan milik Bu Liviana Anggraini. Ini surat tugasnya!" ucap Pak polisi memberikan secarik kertas yang sudah ia lebarkan.

Livi, kamu sudah tidak mencintaiku lagi. Setelah kamu miskinkan aku, kini kau melaporkan aku atas tuduhan penggelapan. Akupun tidak dapat mengelak. Livi pasti sudah memiliki bukti untuk menjebloskan aku ke penjara.

"Baik Pak, tunggu sebentar. Saya izin dengan istri dan anak saya!" ujarku masuk memberi tahu Windy atas semua ini. Rasa gemetaran makin menjadi, tidak tega rasanya melihatnya sedih. Sudah tidak memiliki apa-apa, kini Windy harus menghidupi Lolita seorang diri jika aku benar-benar mengakui kesalahanku.

"Sayang, Mas...." ungkapku terpotong. Rasanya tidak tega melihat Lolita yang masih bayi. Livi, andai saja kamu tidak sekeras ini! Aku berani mempertanggungjawabkan perbuatanku, asal jangan dipenjara.

"Apa Mas?" 

"Mas mau memberikan keterangan dulu ke kantor polisi, Windy." Aku terpaksa memberi tahunya meskipun ia pasti sakit mendengar ini semua.

"Mbak Livi ingin menjebloskan kamu kepenjara ya, mas? Nanti aku akan bicara padanya empat mata. Kamu hati-hati disana ya, Mas!" sahut Windy terlihat tegar. Wanita yang biasanya menyukai harta laki-laki mapan saja. Tapi, Windy tidak seperti wanita lainnya. Meskipun ia disebut sebagai pelakor, tapi sejujurnya aku yang seringkali memaksanya.

Aku mencium kening Lolita, buah cinta antara aku dengan Windy. Tapi, kini ia harus menderita gegara perselingkuhan ini. Posisiku disini yang salah, tidak memutuskan dari awal. Malah menyimpan bangkai rapat-rapat. Dan kini bangkai itu sudah hancur dimakan lalat.

Owe.... Owe..... Tangis Lolita memecah telingaku, mungkin ia merasa akan ditinggalkan ayahnya. Bayi yang masih kecil saja sudah peka terhadap ini semua. Apalagi Livi yang sudah dewasa. Ia telah kubohongi setahun lamanya.

"Nak, jagain Mama ya! Kamu anak hebat, pasti kuat seperti Mama." Aku menguatkan Windy dengan cara bicara pada Lolita, tapi kulihat wajah Windy kini sendu. Air matanya mulai membasahi pipinya. Semua ia tumpahkan dibahuku.

"Mas, aku janji akan mengajak Lolita menemui Mbak Livi. Kalau perlu aku bersimpuh di kakinya!" ujar Windy kini terisak-isak. Maafkan suamimu yang bodoh ini Sayang. Kenapa aku egois sekali, gara-gara nafsuku kalian jadi korban kebuasanku. Maafkan aku Windy! Juga Liviana yang mungkin merasa aku khianati. Aku tidak bisa menahan nafsu gilaku pada waktu itu. Menyesal kini saat melihat wajah Lolita yang tak berdosa.

Aku bergegas ikut polisi yang sudah menunggu sejak tadi. Langkahku sangat tegar, aku akui semua kesalahanku. Berharap Livi berubah pikiran terhadapku. 

Atas dasar bukti dan pengakuan yang aku jelaskan pada polisi. Akhirnya aku langsung dimasukkan kedalam sel tahanan. Aku mendekam di balik jeruji besi. 

Aku terima ini dengan ikhlas, berharap Livi mencabut gugatannya ini. Dan memberikan aku kesempatan untuk memperbaiki diri ini. 

_______

Bersambung




Komentar

Login untuk melihat komentar!