STATUS FACEBOOK ADIK DAN KAKAK IPARKU
[Sedih, punya saudara tapi nggak bisa nolong aku yang lagi kesusahan. Ingat roda itu berputar!]
Tiara adikku memposting fotonya dengan ekspresi sedih dan kata-kata seperti itu.
Banyak yang menyukai statusnya dan ada yang menanggapi emot sedih beserta komen juga yang mendukungnya.
[Apalah arti uang lima ratus ribu baginya, aku bukan meminta seluruh hartanya. Ternyata benar kata ibu, dia beda dari kami bertiga dan juga anak durhaka, beda dengan aku yang selalu patuh dan sayang.]
Posting Tiara lagi, banyak teman-teman Facebook-nya yang komen dan terus mengatakan aku yang salah.
Aku pikir ia tak akan begini karena masalah tadi ketika ia meminjam uangku.
Ya, tadi pagi Tiara meminjam uangku sebesar lima ratus ribu, bukan aku pelit atau apa, ia meminjam uang itu untuk membeli tas branded yang selama ini ia inginkan.
Belum lagi pinjamannya kepadaku sebelum ini, bukan aku perhitungan dengan adik sendiri tapi kalau kelewatan begini aku nggak bisa membiarkannya.
Ting!
Handphone-ku berbunyi, ternyata ada pesan WhatsApp yang masuk.
[Maya, kamu lagi berantam ya sama Tiara? Kamu nggak boleh begitu, kita berempat ini saudara.]
Mas Wira yang mengirimku pesan, sudah aku pastikan Tiara melapor ke Mas Wira.
[Nggak kok Mas.] balasku.
[Kamu jangan pelit sama Tiara, keadaan ekonomi kamu lebih baik dari Tiara, jadi wajar kalo Tiara minjam ke kamu.] Kata Mas Wira lagi mengirim pesan.
Kami empat bersaudara. Mas Wira anak pertama, Mas Hendri anak kedua dan ia sekarang tinggal di luar pulau, aku anak ketiga, dan Tiara anak paling bungsu.
[Tapi dia minjam itu untuk beli tas Mas, buat foya-foya kalau untuk kebutuhan pasti aku kasih.]
send!
Aku kirim ke Mas Wira lagi, entahlah kenapa Mas Wira ikut campur masalahku dengan Tiara.
[Kala begitu Mas boleh minjam dong, Mas lagi ada kebutuhan untuk bayar SPP Gilang tiga juta kalau nggak dia nggak bisa ujian.]
[Mas bukan aku nggak mau ngasih, aku nggak punya uang segitu, Mas Radit belum gajian, kalau udah gajian pun aku mau bayar SPP Rania sama kebutuhan lainnya.] Balasku.
[Alah, kamu aja yang pelit!] balas Mas Wira seketika, aku pusing memikirkan ini semua.
Aku hanya membaca pesan dari Mas Wira dan tak membalas.
Entahlah, aku bingung dengan Mas Wira. Ia selalu kekurangan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya padahal gajinya lebih dari Mas Radit.
Kalau Tiara aku tau bagaimana ekonominya, tapi gayanya yang selalu memaksa keadaan.
Aku pun bukan manusia suci, tapi entah mengapa ketiga saudaraku terlihat seperti membenciku.
Ting!
Notifikasi lagi. "Kayra Chuanntik menandai anda." Begitulah tulisannya dari notifikasi itu. Itu akun facebooknya Mbak Kayra, istri Mas Wira. Ia menandaiku di postingannya.
Aku membuka notifikasi itu untuk melihat status apa yang dibuat Mbak Kayra. Dan ternyata ...
[Punya adik nggak bisa bantu Abangnya, seperti dia sendiri yang paling kaya padahal rakyat jelata juga!]
***