Mulai usaha menulis di platform

BIAR LEBIH SEMANGAT NULIS, SEBELUM BACA TOLONG KASIH UANG PARKIR DENGAN CARA KLIK TOMBOL SUBSCRIBE YA MAK😍

STATUS GUNDIK YANG MEMAMERKAN BARANG-BARANG MILIKKU
_________
Part 5

Hampir satu minggu aku sibuk menulis cerbung, dan banyak juga pekerjaan rumah yang aku lalaikan tapi aku masih menunaikan kewajibanku sebagai seorang istri, aku masih menyiapkan sarapan dan menyiapkan keperluan Mas Fadel.

Baru saja 5 bab terkunci aku sudah dapat penghasilan yang sangat lumayan, dan tanggal gajiannya tinggal menunggu beberapa hari lagi.

"Jihan, kamar mandi bau banget tidak kamu bersihkan ya?" Tanya Mas Fadel.

"Kamu mau kemana sudah rapi seperti itu?" Aku bertanya balik.

Padahal aku sudah mengetahui kalau Mas Fadel akan pergi bersama Feolin ke acara pesta pernikahan teman kerja Mas Fadel.

Aku mengetahuinya karena mengintip chattingan mereka di WA yang sudah aku sadap.

"Ada urusan," jawabnya.

"Harus bagaimana aku menasehati kamu Mas, masih saja jalan dengan wanita lain," gumamku.

"Ngomong apa sih kamu itu, jangan sok tahu bagian aku tidak ada jalan dengan wanita lain lagi," elaknya.

"Sampai kapan kamu mau bohongin aku terus," kataku.

"Ngaca dong, dikasih tugas untuk mengurus rumah saja tidak becus gitu selalu minta uang padaku," ucapnya.

'Lihat saja besok kalau kamu ngasih uang padaku akan aku lempar ke wajahmu, tidak akan aku menerima uang darimu lagi Mas!' gumamku dalam hati.

"Ngasih uang sedikit saja di ungkit-ungkit terus, apa kamu tidak malu?" Kataku.

Mas Fadel sudah sangat emosi mendengar ucapanku, tapi aku cuek saja aku sudah berjanji kepada diriku sendiri untuk lebih tegas dan tidak mau diinjak-injak oleh suamiku sendiri.

"Kalian kenapa bertengkar terus sih?" Tanya Mama.

Lagi-lagi Mama mertuaku selalu ikut campur urusan keluargaku, ibu dan anak memang tidak ada bedanya.

"Bagaimana aku tidak marah ketika mendapati suaminya akan jalan dengan wanita lain," kataku.

"Ada bukti? Itu hanya ketakutan kamu saja," ujar Mas Fadel.

Jika aku memberikan bukti itu maka akan ketahuan kalau aku sudah menyadap WA nya.

"Jihan, Mama lihat belakangan ini kamu sedang melawan sama Fadel, berusahalah menjadi istri yang baik yang sopan sama suami," kata Mama.

"Mama bisa ya nasehatin aku, tapi tolonglah Ma sekalian nasehatin anak Mama itu," kataku.

"Jihan cukup! Sudahlah aku pergi dulu," kata Mas Fadel.

Dia langsung pergi meninggalkan rumah, jujur saja mulai hari ini aku sama sekali tidak ada rasa cemburu kepadanya lagi.

[Mas, bawain gelang Jihan yang waktu itu dong tapi jangan sampai ketahuan] Feolin.

[Mas sudah di jalan nih] Mas Fadel.

[Haduh gimana sih] Feolin.

Jijik sekali aku melihat chattingan dari wanita itu, memang sudah tidak ada rasa malu lagi padahal dia sudah pernah aku labrak.

Mungkin aku harus segera mengamankan semua barang-barangku, aku tidak akan memberikan kesempatan masuk kepada Feolin.

***

"Nih 800 ribu cuman ada segitu, lain kali kalau masak yang bener yang enak-enak," kata Mas Fadel.

Aku menepis tangannya hingga uang 800 ribu di tangannya berjatuhan ke lantai.

"Kamu belikan saja uang 800 ribu itu untuk keperluan rumah, cukup atau tidak? Aku tidak mau terbebani lagi dengan uang sedikit dan keperluan yang sangat banyak," kataku.


"Siapa bilang? Aku masih bisa makan tanpa uang sepeserpun dari kamu! Lagian kenapa sekarang ngasih uangnya 800 ribu? Sekarang membiayai wanita itu juga?" Tanyaku.

"Bukan urusanmu! Lagian aku sendiri yang banting tulang cari uang jadi terserah aku uangnya untuk siapa, kalau tidak mau menerima kuambil lagi nih uangnya," ucapnya lantang.

"Ambil saja! Jangan harap aku akan mengerjakan pekerjaan rumah seperti dulu lagi, mulai sekarang urus perutmu sendiri!" Kataku.

"Oke!" Katanya dan langsung pergi.

Hari ini aku baru sempat dan akan pergi ke ATM untuk mengambil uang gajian hasil menulisku.

[Fadel, Mama sama Feolin lagi di mall nih cepat kesini sekalian belanjain kami] Mama mengirim pesan kepada Mas Fadel.

[Iya Ma, Fadel OTW nih, si Jihan nyebelin banget pake nolak uang dariku] Mas Fadel.

[Biarkan saja! Lagian dari mana dia mendapatkan uang kalau bukan dari kamu] Mama.

Huh! "Ibu dan anak sama saja!" Gumamku.

Aku langsung buru-buru ke ATM dan mengambil uang sebesar 2 juta, sangat lumayan sekali padahal baru beberapa hari saja aku mengunci bab.

"Kak Jihan kok disini? Kata Mama pada mau ke mall?" Tanya Mischa yang tidak sengaja bertemu di jalan.

"Bukan sama Kakak, Mama pergi sama Feolin," kataku.

"Feolin itu siapa sih Kak? Perasaan Mama sering banget menyebut namanya dan dia juga sering main ke rumah lo," jelas Mischa.

"Ya itu selingkuhan kakak kamu," kataku yang mulai emosi.

"Hah? Masa sih Kak?" Mischa merasa tidak percaya.

Ternyata selama ini Mischa tidak mengetahui apa-apa soal Feolin itu.

JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN ❤️ 

Komentar

Login untuk melihat komentar!