"Kalau jalan pake mata, dasar udik!" bentak cowok yang ditabraknya.
Hanifah hanya menunduk tak berani menatap wajah orang itu. Tak henti-hentinya kata maaf meluncur dari bibirnya. Dengan menahan emosi, orang itu pergi meninggalkan Hanifah. Dengan tangan gemetar, Hanifah memungut bukunya dan berjalan kembali menuju masjid. Kali ini ia berjalan dengan sedikit menunduk. Ucapan cowok tadi sedikit mempengaruhi otaknya. “Ternyata tidak semua orang sebaik Alfira,” batinnya.
Setelah selesai salat, Hanifah memilih untuk ke perpus. Masih ada banyak waktu untuk pulang. Dari pada bosan di kost, lebih baik di perpus baca buku. Ia benar-benar berusaha keras agar nilainya bagus. Sehingga beasiswanya bisa bertahan sampai lulus. Hanifah membelalakkan matanya ketika melihat cowok yang ditabraknya tadi duduk di salah satu kursi sambil membaca buku. Kedua telinganya disumbat earphone. Dengan menunduk dan sangat hati-hati, Hanifah menuju rak buku yang bertuliskan "Bisnis" dan mengambil salah satu buku darinya.
Matanya memindai ruangan mencari tempat duduk yang tidak terlihat oleh cowok galak tadi. Akhirnya Hanifah memilih untuk duduk di sudut ruangan dengan posisi membelakangi cowok itu. Ia menghabiskan waktu untuk belajar. Mencatat bagian-bagian penting yang berkaitan dengan mata kuliahnya.
Jam 15.30, Hanifah beranjak dari duduk dan mengembalikan bukunya ke rak semula. Ia bergegas untuk keluar dari perpus dan pulang ke kostnya. Malang, saat mau keluar dari barisan rak-rak buku, suara yang dikenalnya masuk ke gendang telinganya.
"Kamu sengaja ngikutin saya, ya?"
Mulut Hanifah menganga, matanya membelalak kaget. Tanpa sadar dia mundur untuk menjaga jarak dari cowok galak itu. Jantungnya berdetak lebih cepat lantaran takut. Sementara cowok itu tersenyum sinis sambil maju selangkah demi selangkah. Ketakutan Hanifah bertambah, ketika punggungnya menabrak dinding di belakangnya. Dia terkurung, tak bisa berkutik. Tangannya gemetar, terlintas dalam benak perkataan pakdenya sebelum berangakat ke kota ini. "Hati-hati dengan cowok yang tak dikenal."
Senyum mengejek cowok itu semakin tercetak jelas ketika melihat Hanifah ketakutan. Ia semakin mendekat. Sebenarnya dalam hati ingin tertawa, “kok ada cewek yang lugu banget seperti ini, padahal semua cewek pasti takluk di bawah pesonaku”. Melihat Hanifah yang sudah mengucurkan keringat dingin, cowok itu memilih untuk berbalik dan meninggalkan Hanifah sendirian dalam ketakutan. Hanifah tidak menyadari, ada senyum tersungging di wajah cowok galak itu.
Login untuk melihat komentar!