Terkejut

"Kamu mau ke undangan pernikahan? Kok aku nggak diajak?" 


Rika melihat Toni sudah rapi dengan kemeja batik mengkilat yang dibelikannya beberapa waktu lalu. Sedangkan dia masih duduk di sofa sambil menonton televisi yang menayangkan sinetron azab ikan terbang dan makan brownies yang dibelikan Toni. 


"Iya, aku cuma sebentar saja kok. Kamu bersantai saja di rumah ya. Soalnya jalan ke sana tuh macet banget, sayang. Kamu kan suka nggak tahan panas-panasan di mobil." Toni merayu istrinya agar tidak ikut. 


"Tapi aku mau ikut. Aku mau kenalan sama teman-temanmu. Aku kan nggak pernah diajak ke acaramu." Rika merajuk. Tubuh gendutnya membuat sofa bergoyang-goyang. Toni muak melihatnya. Semua bagian tubuh Rika dipenuhi lemak. Dagu, perut, lengan, paha. Mana mungkin ia memperlihatkan istri gendutnya kepada teman-temannya? 


"Sudah nggak sempat lagi, keburu bubar acaranya nunggu kamu mandi dan dandan. Sudah ya, aku pergi!" Toni cepat-cepat melesat ke luar rumah. Tak peduli dengan teriakan Rika yang protes karena tak diajak.


Rika bangkit dari duduknya. Mau mengejar Toni pun sulit, karena berat badannya yang 100 kilogram membuatnya susah bergerak. Aaah… lagi-lagi Toni tak mengajaknya! Rika segera menelepon Intan, sahabat sekaligus sekretarisnya yang membantunya mengurus bisnis perhiasannya. 


"Toni pergi ke acara lagi dan nggak ngajak aku, Tan. Aku harus gimana?" 


"Ke mana, Kak?" 


"Kawinan temannya." 


"Coba cari alamatnya, Kak. Siapa tahu ada. Kita susul ke sana." 


Rika bergegas membongkar isi tas kantor Toni. Ternyata benar! Rika menemukan undangan pernikahannya. 


"Ngapain kita ke sana, Tan?" tanya Rika, setelah mereka berada di dalam mobil. 


"Kakak langsung saja dekati Toni dan bilang kalau Kakak adalah istrinya. Makanya Kak, kan aku sudah ajak Kakak untuk diet. Kakak sih nggak mau diet. Mungkin Toni malu karena Kakak gendut," jawab Intan, disertai kalimat yang menohok hati.


"Aku sudah mau diet, tapi Toni melarang. Katanya aku lebih cantik kalau gendut." Rika teringat ucapan Toni setiap kali ia mau diet. 


"Jangan diet, Sayang, nanti kamu sakit…." 


"Jangan diet, ya, aku suka tidur di dekatmu karena empuk."


"Jangan diet, cintaku. Istri Gendut itu pertanda aku bisa membahagiakanmu." 


Tak hanya itu, Toni juga selalu membelikannya makanan dan kue-kue kesukaannya. Rika tak bisa menahan keinginannya untuk makan. Kalau kue-kue itu tak ada di rumah, dia masih bisa menahan. Sepertinya Toni sengaja memenuhi kulkas dan lemari dapur dengan makanan dan minuman manis, supaya tubuh Rika terus menggemuk. 


Berat badan Rika setelah menikah 6 bulan lalu jadi bertambah. Dari yang semula 80 kilogram, menjadi 100 kilogram. Rika sendiri tak percaya, kenapa bisa hanya dalam waktu sesingkat itu badannya bertambah 20 kilogram? 


Toni juga sering mengadakan acara makan malam romantis, meskipun di rumah saja. Dia memesan banyak makanan enak yang harus dimakan berdua. Tadinya Rika tak mau memakannya, tapi sayang juga jadi mubazir kalau dibuang. Toni hanya memakannya sedikit. Sisanya, Rika yang menghabiskan. 


Toni juga membayar pembantu untuk mengurus pekerjaan rumah tangga. Rika tak diperbolehkan melakukan aktivitas fisik yang berat. Memang Rika jarang melakukannya, karena sejak dulu dia dilayani oleh pembantu. Dari luar sepertinya Toni seorang suami yang sangat memanjakan istrinya. 


"Aku nggak mau kamu kurus seperti istri tetangga. Semua kerjaan dipegang istrinya, makan juga pas-pasnya. Akibatnya itu badan istrinya kurus tinggal tulang. Duh, aku nggak sukses jadi suami kalau kamu sekurus itu, sayaaang…." Toni beralasan, sambil membelai rambut Rika. Rika pun makin jatuh cinta kepada Toni. Memang hanya Toni satu-satunya laki-laki yang mau menikahinya. 


Tapi…. Apa benar Toni menyayanginya? Kalau iya, mengapa selama usia pernikahan, Toni tak pernah mau berjalan bersama Rika di tempat umum? 


Rasanya aneh setiap kali Rika mengajak kencan di luar, Toni pasti menolak dengan berbagai alasan. Malahan Toni membuat kencan di rumah seolah-olah mereka sedang berada di restoran kelas atas. 


"Enakan di rumah saja, Sayang. Kan capek malam minggu kini ke luar rumah. Maceeet…," kata Toni, setelah menyiapkan meja seperti di restoran dengan suasana remang-remang dan hanya diterangi cahaya lilin.


Rika pun mengalah, meskipun hatinya dipenuhi tanda tanya. Ia hanya bisa curhat kepada Intan dan Intan pun menyimpan rasa penasaran yang sama. 


Sebenarnya dalam hati Intan meragukan kalau Toni sungguh-sungguh mencintai Rika. Tapi dia tidak mau mengatakan kebenarannya, karena khawatir menyakiti hati Rika. Mereka sudah bersahabat sejak SD dan Intan tahu benar kalau tidak ada seorang lelaki pun yang pernah tertarik dan mendekati Rika.


Sejak SD, tubuh Rika sudah gendut karena orangtuanya selalu memberikan makanan enak dan berlimpah. Rika adalah anak orang berada. Intan pun sering ikut makan di rumahnya. Semua makanan ada di rumah Rika. Untunglah Intan hanya sesekali ikut makan. Kalau tidak, mungkin tubuh Intan juga ikut gendut. 


Rika dan Intan pun sampai di gedung resepsi pernikahan teman Toni. Mereka berpura-pura mengaku sebagai tamu undangan. Di dalam gedung, keduanya mencari-cari sosok Toni. 


"Itu dia, Toni!" seru Intan, menunjuk ke arah Toni yang sedang berdiri. 


Rika membelalakkan mata. Di sebelah Toni ada seorang perempuan. Mereka terlihat mengobrol dan tertawa dengan akrab. 


Rika bergegas mendatangi keduanya. Sebelum sampai di dekat mereka, seseorang mendekati Toni dan mengajaknya bicara. 


"Wah, ketemu juga kita di sini Ton!" 


Toni dan orang itu bersalaman.


"Oh ya, ini istri saya…." Toni memperkenalkan wanita yang berdiri di sebelahnya.


Rika terpaku di tempatnya berdiri, di belakang Toni. Istri? Dia bilang wanita di sebelahnya itu istrinya? Kalau itu istrinya, lalu Rika siapa?


Setelah teman Toni pergi, Rika pun menghampiri Toni. Semua pertanyaan tadi harus dijawab dengan jelas dan benar oleh Toni. 


"Ton…." 


Toni terkejut melihat kedatangan Rika. Wanita di sebelahnya juga terkejut. 



*Jangan lupa subscribe supaya author semangat menulis bab selanjutnya yaaa.