Selingkuhan
"Siapa dia, Ton?" Rika menunjuk ke arah wajah wanita itu. 

"Kamu… kenapa ke sini?" Toni malah balik bertanya. 

"Aku penasaran kenapa kamu nggak pernah ajak aku ke acara-acara. Ternyata kamu menggaet wanita lain!" Rika melotot. Ingin rasanya menjambak dan menendang perempuan kurus di depannya. 

"Makanya kamu ngaca, dong. Kamu pantas nggak dibawa ke acara? Mana ada laki-laki yang mau bawa bemo? Mending bawa sedan dong, langsing dan berkilau." Wanita itu membuat emosi Rika naik ke ubun-ubun. 

Tanpa pikir panjang, Rika mengambil segelas air yang ada di meja hidangan di sebelah Toni dan menyiramkannya ke wajah wanita itu sampai maskaranya meleleh.

"Rika! Apa-apaan kamu?!" Toni berteriak, wanita itu pun menjerit. 

"Aaarggh! Bajuku basah semua!" 

Rika bersiap menonjok wanita itu, tapi orang-orang menghalanginya. Ada lima orang yang mencoba memagari Rika. Kalau tidak, sudah tentu sekali tonjok saja wanita itu sudah terbang ke angkasa. 

"Cepat bawa bemo itu pergi!" teriak wanita itu. Orang-orang menyeret Rika beramai-ramai.

"Heh, aku ini istri laki-laki itu! Wanita itu pelakor!" teriak Rika.

"Ya sudah Bu, ceraikan saja suaminya! Pasti suaminya sudah nggak betah sama Ibu!" celetuk seseorang, yang ditanggapi oleh orang-orang lainnya.

"Iya, Bu, sadar dirilah. Suaminya pasti tersiksa punya istri gendut!" 

Rika terkejut mendengar celotehan mereka. Baru kali ini pelakor dibela. Intan memeluk Rika. 

"Ayo, Kak, kita pergi aja. Kita rencanakan pembalasan untuk Toni. Memangnya bisa apa dia tanpa kamu?" Intan menarik Rika masuk ke dalam mobil. 

"Kenapa Toni malah membela wanita itu?!" Rika tak habis pikir. "Bahkan Toni tak mengejarku." 

Mereka sudah masuk ke dalam mobil dan Intan gantian menyetir karena kondisi emosi Rika tidak stabil. 

"Berarti benar dugaanku selama ini kalau Toni tuh nggak benar-benar mencintaimu, Kak," kata Intan, di jalan. "Toni hanya mengincar hartamu saja." 

Intan sudah pernah mengatakan itu kepada Rika, ketika Rika sedang dikejar-kejar oleh Toni. Toni seorang pengangguran yang mengaku punya pekerjaan. Toni hanya mau menumpang hidup saja pada Rika. 

Orangtua Rika kaya raya karena bapaknya punya usaha supermarket. Sayangnya, orangtua Rika sudah meninggal karena obesitas dan diabetes, lalu mewariskan banyak harta kepada Rika yang anak tunggal satu-satunya. Saat itulah Toni datang dan berpura-pura mencintai Rika. Rika yang sudah jatuh cinta kepada Toni, tidak bisa berpikir jernih. Dia menerima Toni tanpa menyeleksinya lagi.

Sebenarnya Rika heran, karena Toni tidak pernah mengajaknya berhubungan suami istri. Alasannya macam-macam, terutama karena sibuk bekerja. Toni pulang malam setiap hari, saat Rika sudah lelap tidur. Ternyata ini jawabannya. Toni sudah memiliki wanita lain dan lebih memilih wanita itu.

"Kalau memang Toni bergantung kepadaku, kenapa dia memilih wanita itu daripada aku?" tanya Rika, tak habis pikir. 

"Hm, jangan-jangan mereka punya rencana untuk menyingkirkan Kakak." Intan memicingkan mata.

"Ah kamu ini! Kayak di sinetron aja!"  

"Lho, bukan nggak mungkin Kak? Kemarin aku baca berita di internet, seorang istri membunuh suaminya karena menginginkan harta suaminya. Istrinya ini punya utang miliaran, tapi suaminya nggak mau bantu bayarin. Akhirnya, dibunuhlah suaminya itu." Intan malah menceritakan berita kriminal yang membuat Rika bergidik ngeri.

"Apa mungkin Toni juga akan melakukan itu kepadaku?" 

"Mungkin saja! Di dunia ini nggak ada yang nggak mungkin. Makanya mulai sekarang kita harus waspada."

"Pertama-tama kita selidiki dulu siapa perempuan itu dan sejak kapan mereka berhubungan." 

"Apakah Kakak masih mau mempertahankan hubungan setelah Toni berselingkuh?" 

Rika menghela napas, "aku belum tau apakah mereka benar-benar berselingkuh atau pura-pura." 

"Maksudnya?" 

"Barangkali Toni hanya malu denganku, karena aku gendut. Bisa saja mereka sebenarnya hanya pura-pura." 

Intan menepok jidatnya, "Ya ampun, Kaaak. Kakak masih berprasangka baik ke Toni. Kalau aku sih udah minta cerai." 

"Cerai itu nggak mudah, Tan. Memangnya pernikahan hanya main-main? Kakak sadar kok kalau selama ini Kakak sudah abai dengan tubuh Kakak sampai Toni malu mengajak Kakak ke luar. Kakak mau diet!" Rika berkata dengan yakin. 

Intan mencibir. Rika sudah sering bilang mau diet, nyatanya apa? Gagal terus! Asal lihat makanan, langsung deh kalap. 

Tiba-tiba Rika berteriak. 

"Duh, tadi Kakak lupa makan di acara nikahan! Harusnya makan dulu sebelum melabrak Toni!" 

Tuh, kan…! Intan sudah hapal kebiasaan Rika itu. Diet? Kalau mau diet, Rika harus sungguh-sungguh. Diam-diam Intan berjanji akan membuat Rika diet dan memermaknya supaya tidak kalah dengan wanita selingkuhan Toni. 



*Jangan lupa subscribe supaya author semangat menulis bab selanjutnya yaaa.