Prolog

“Astaghfirullahaladziim….” Faisal beristighfar dalam hati. Tubuhnya menegang dan kaku, membuat kakinya sulit untuk melangkah. Saking terburu-burunya, ia tak sempat menanyakan siapa calon istri kakaknya.

Ia juga tak sempat melihat kartu undangan walimah kakaknya. Hingga ia baru melihat kedua nama itu tertoreh pada kertas putih yang tertempel di janur kuning; Nazma dan Furqon. 

Dengan berat hati, Faisal memasuki halaman rumah itu yang sudah dipasangi tenda dan dipenuhi oleh para tamu. Suara petasan bersahut-sahutan, menyusul tabuhan rebana menyenandungkan salawat nabi.

Degub jantung Faisal semakin keras. Terlebih ketika ia memasuki ruangan pelaminan. Di sana berdiri sepasang pengantin yang tidak lain adalah kakaknya dan… Nazma. 

Ia berhenti mendadak. Ini semua benar-benar di luar perkiraannya. Tidak mungkin. Mana mungkin bisa terjadi kebetulan seperti ini? Bahwa ternyata gadis yang dinikahi Nazma.

Tentu saja ini bukan kebetulan. Memang inilah rancangan sutradara langit. Ia hanya tinggal mengikutinya saja. Tapi, mengapa? Mengapa bisa begini.

“Faisal… ayo, Nak….” Ibu menyenggol lengan Faisal, yang tubuhnya bagaikan tiang kukuh sebuah bangunan. Terpancang di dalam tanah, tidak bisa bergerak sama sekali.

Faisal tidak ingin menghampiri mereka, sepasang raja dan ratu yang tengah berbahagia itu. Rumah ini… gadis itu… semua masih lekat dalam ingatannya. Sebentar lagi ia juga akan bertemu dengan orang tua Nazma, yang dulu sempat mencandainya sebagai “calon mantu.” 

Apakah Nazma tahu bahwa Furqon adalah kakak Faisal? Jika Nazma tahu, mengapa ia menerima pinangan Furqon? Apakah untuk membalas dendam kepada Faisal?

Faisal menggeleng-gelengkan kepalanya kuat-kuat. Tiba-tiba, dadanya terasa sakit. Matanya memanas. Inikah hukuman buatnya karena telah melalaikan janjinya? Janji yang ia patri di dalam hati untuk meminang Nazma bila waktunya tiba?

Setitik air mata jatuh ke pipi Faisal dan segera dihapusnya. Faisal tidak kuat menghadapi kenyataan ini, tetapi ia tidak bisa melarikan diri. Maka, dengan sikap ksatria, ia datangi sepasang suami istri yang pernikahannya sukses mengiris-ngiris hatinya.

Furqon dan Nazma. Tidak ada yang mengetahui bahwa di antara dirinya dan Nazma pernah terjadi sesuatu di masa lalu. Ia memang tidak pernah menceritakan perihal hubungannya dengan Nazma kepada keluarganya, karena ia tak pernah merasa hubungan itu patut diceritakan.

Komunikasinya dengan keluarganya tidak begitu baik, karena kesibukan masing-masing. Bahkan, saat Faisal di rumah sakit dan Nazma setia menungguinya, Ibu dan Bapak tidak mengetahuinya.

Setiap Ibu dan Bapak mau menengoknya, Faisal langsung mengusir Nazma dengan halus. Ia tak mau menjadi bahan sindiran orang tuanya jika mereka tahu ada seorang gadis yang menungguinya.

Dan Faisal membuktikan sikap ksatrianya dengan berdiri di depan kedua mempelai itu. Ia menangkap pandangan mata terkejut dari mata mempelai wanita.

***