6
Nauna bergegas menemui kakaknya, Leo. Pertanyaan yang ada dipikirannya sudah terbayang. Karena hampir setiap hari Leo bekerja membawa motor. Dan ia tidak pernah mengetahui bahwa Leo adalah pengurus bengkel besar ini.

"Assalamualaikum," Nauna mengecup tangan kakaknya. Ia tetap berlaku sopan terhadapnya.

"Wa'alaikumsalam, kenapa dibawa kesini, Adnan?" tanya Leo mengebuskan napasnya karena khawatir Nauna akan marah padanya.

"Kak, itu plang di depan kok namaku?" tanya Nauna menyorot pandangannya.

"I-iya, itu Kakak yang menginginkannya!" sahut Leo gugup. Ia terbata-bata saking gugupnya. Lalu Leo menarik tangan Nauna.

"Mau Lo bawa kemana calon bini gue?" tanya Adnan keceplosan bicara seperti teman terhadap sang kakak. Lalu Nauna berhenti berjalan dan melepaskan genggaman tangan Kakaknya.

"Apa? Elo dan gue?" tanya Nauna memiringkan bibirnya. Ia tampak kesal dan ketus sekali. Leo menepuk keningnya, tanda kesal terhadap Adnan yang keceplosan.

"Maaf, Nauna. Sebenarnya..." Lalu Nauna menyorot pandangannya ke arah Adnan. Dan gantian menyeret tangan Adnan menuju kantornya. Agar pembicaraan mereka tak di dengar para karyawannya. Setelah Nauna melepaskan genggamannya, ia memerintahkan Adnan untuk menceritakan semua padanya.

"Ada apa ini? Kamu dan Kak Leo itu ada hubungan apa? Tolong ceritakan padaku!" 

"Ya, kami teman dekat. Ini bengkel milikku. Tapi dikelola oleh Leo, Kakakmu!" Nauna menyekap mulutnya sendiri. Ia terkejut dengan ini semua. 

"Berarti perjodohan ini juga hanya karena pertemanan?" tanya Nauna kini duduk karena kecewa.

"Bukan, Nauna. Percayalah, Kakak tidak bermaksud untuk memaksakan kamu. Kalau kamu tidak mau dijodohkan oleh Adnan, ya terserah kamu saja!" ujar Leo, ia seperti khawt Nauna akan marah dan meninggalkannya. Karena Nauna adalah satu-satunya keluarga.

"Ya, Nauna. Aku serius denganmu tanpa paksaan dari Leo!" Adnan pun segera menjelaskan juga.

"Tapi kenapa kalian menutupi ini semua? Sudah dua tahun kan?" tanya Nauna kembali.

"Ya, Kakak pikir ini adalah milik Adnan. Jadi tak perlu kamu tahu!" Leo menjelaskan lagi tujuannya membohongi Nauna.

"Pantas saja, Kakak mampu membiayai kuliahku!" ujarku kini bangkit. Lalu mengambil tas dan hendak pergi.

"Nauna, mau kemana? Di sini saja, aku takkan pernah membiarkan kamu pergi sendirian lagi!" ujar Adnan melarang Nauna untuk pergi. Ia menarik tangan Nauna. Tapi, Nauna menepisnya.

"Aku mau ke toilet dulu!" sahut Nauna. Lalu setelah kembali dari toilet, Nauna pun berbicara kepada Adnan kembali.

"Adnan, aku tidak mau kamu menikah denganku karena terpaksa. Karena merasa tidak enak dengan Kak Leo!" jawab Nauna dan ia kembali pergi. 

Seketika itu gerbang utama masuk bengkel ditutup oleh karyawan mereka. Sudah ia prediksi akan terjadi hal seperti ini. Makanya sudah ia siapkan agar sesuatu hal tidak terjadi padanya.

"Kak, aku mau pergi. Tolong buka gerbangnya!" Nauna memohon pada kakaknya, Leo.

"Tidak, Nauna. Kamu harus tetap di sini. Sampai emosimu kembali reda!" sahut Leo kini menghampirinya kembali.

"Nauna, percayalah. Aku, Adnan. Tidak pernah bicara bohong padamu. Sejujurnya, kamu telah meluluhkan hati ini!" ucap Adnan membuat semua terenyuh dengan kata-katanya. Tiba-tiba para karyawan bersorak-sorai. Mereka menepuk tangan dan berteriak untuk bos nya.

"Hu.... Keren, Bos. Ayo Nauna, terima Bos Adnan!" ujar salah seorang karyawan yang tadi bersorak.

Nauna terlihat bingung. Ia menatap wajah kakaknya. Dan mengedipkan matanya. Lalu berlari ke arahnya.

"Kak, Nauna sayang Kakak!" ungkap Nauna sambil memeluk tubuh Leo. Air mata Leo sedikit menetes. Ia tampak bahagia melihat adiknya kini dipelukannya.

"Dek, Nauna adikku,m seorang. Dengar ya, kita adik Kakak. Jangan sampai terputus tali persaudaraan. Karena Orangtua pasti sedih jika kit berpecah belah."

"Kak, aku sayang Kakak, Kak Leo mau menuruti kata-kataku juga?" tanya Nauna gantian.

"Aku ingin mencarikan Kakak pendamping hidup dulu. Barulah aku dan Adnan menikah!" ujar Nauna membatalkan mempercepat pernikahannya dengan Adnan.

"Adnan, kamu tidak apa-apa?" tanya Leo menyorot pandangannya. 

"Ya, terserah Nauna saja. Menikah bersamaan juga tidak apa-apa!" sahut Adnan becanda.

Lalu Nauna menghubungi salah satu kontak yang ada di ponselnya. Ia menghubungi seorang wanita.

"Sudah sampai mana?" tanya Nauna.

"Sedikit lagi sampai!" ujar wanita yang berbicara dengan Nauna melalui sambungan telepon.

"Oke, aku tunggu ya!" sahut Nauna. Lalu sambungan telepon dimatikan olehnya.

"Telpon siapa?" tanya Leo, ia bingung adiknya tiba-tiba menghubungi salah seorang teman.

"Tadi, aku menghubungi temanku. Yang akan aku kenalkan padamu, Kak!" ujar Nauna pelan.

"Kapan kamu menghubunginya?" tanya Adnan ikut penasaran.

"Tadi, sewaktu di toilet. Aku share lokasi tempatku berada. Aishah, namanya. Ia juga tidak mengetahui bahwa aku undang ke sini untuk menjodohkanmu dengannya, Kak Leo!" sahut Nauna dengan nada tenang.



Bersambung



Maaf telat update. Karena otor masih sibuk berlebaran. Bantu subscribernya ya. Jangan lupa share juga.



Komentar

Login untuk melihat komentar!