Bab 1 - Suara Idola Di StarRadio

BAB I


                                     ~Sebuah Lagu Kekalahan~        

Tangerang, 2004


“Akankah kutanya malam
Yang tak berbintang
Mengapa aku bersedih malam ini?
Sadarkah aku tentang cerita sepi....”
Nina memasuki kamarnya yang kecil dan penuh sesak oleh kertas-kertas yang berserakan. Sebait lirik lagu mengalun lembut. Setelah sebelumnya terdengar intro musik yang cukup menghentak dari saluran radio yang baru Nina setel.
Nina terhenyak dari tangisnya. Keinginan hati untuk bisa menelungkupkan diri di kasur segera diabaikan. Alunan melodi itu merayunya untuk terus mendengar. Nina terduduk lemas di tepi tempat tidur. Ia tidak membuka jilbabnya yang kini sudah terlihat berantakan. 


Kekalahannya dalam lomba membuat novel yang diadakan oleh sebuah majalah remaja ternama di metropolitan, membuat air matanya tak kuasa untuk dibendung. Pasalnya novel itu ia buat dengan mengorbankan berbagai macam hal. Dari mulai nilai mid semester keduanya yang kini dihadiahi tiga huruf D. Padahal semester pertama lalu ia berhasil menyabet huruf A tanpa cela sama sekali. Karena ketekunannya membuat novel itu pula, ia banyak bolos dari tempat kerja sambilannya di sebuah situs regional daerah Banten sebagai reporter lepas. Demi mencari inspirasi atau mengetik semalam suntuk sehingga akhirnya ia dipecat tanpa pesangon. 


“Yang kurasakan membentuk keraguan
Kupejamkan mata mencoba terbang untuk melepaskan gundah”
Mendengar lirik lagunya yang menurut Nina gue banget, langsung bikin kacamata cewek berpostur tinggi ini tambah banjir oleh tangisan.

“Aku tidak bakat jadi penulis,” isaknya, “hidup aku hancur... semuanya kacau... aku ditinggalkan semuanya... aku tidak bisa mendapatkan apa pun... huhuhu....” tak tahan menahan guncang tangisnya yang semakin membuncah.


Nina membaringkan diri di kasur busa yang beralaskan sprei hijau rumput warna kesukaannya. Ia menutup matanya dengan bantal yang kapuknya sedikit menyembul keluar. Mencoba meredakan luapan emosi kekecewaan yang melesak di hati. Tanpa ia sadari lirik lagu itu meresap ke benaknya. Membuatnya merasa terbang dan melayang.


“Saat aku menghilang
Saat aku melayang
Aku tersadarkan
Bahwa aku tak sendiri... aku tak sendiri....”
Sedetik kemudian senyum Nina pun mengembang meskipun tipis bercampur raut lelah. Selintas lalu ada angin semilir membelai hatinya yang diterpa galau. 


Siapa yang menciptakan lagu sebagus itu? Siapa yang menyanyikannya? 


Nina pun terbuai oleh mimpi. Dalam mimpinya ia bertemu dengan band yang menyanyikan lagu itu, tapi wajah para personelnya tak terlihat.
Kalian siapa? Aku mau kenalan... kalian band baru ya? Hei mau kemana? Tunggu... aku suka lagu kalian... tunggu.... Kalian siapa..? kalian siapa...??!
Band pengusung ‘Aku Tak Sendiri’ itu pun perlahan menjauh dari Nina. Gadis ini berlari mengejar, namun semakin jauh ia melangkah hanya ada kabut tebal yang dicapai.


“Okeh!” terdengar ocehan dari penyiar radio, “masih bersama saya, Ruli di saluran StarRadio, saluran kebanggaan warga Tangerang. Ya, itulah tadi sebuah hits dari band baru bernama....”
           Nina terlelap, tanpa menyadari bahwa ia belum sempat bertemu dengan Tuhannya malam ini. Isya pun tertinggal sudah.

*                     *                     *

Suatu siang di kantin kampus


“Jadi, Mr.Don... kalo Mr’ mau nembak Nina, buruan aja ngga usah terlalu lama ditunggu-tunggu. Dia tuh tipe cewek yang suka to the point!” Amerta mencocol-cocol sambal bakwan yang tersedia di meja kantin tepat di hadapannya. 


Saat itu kantin sepi karena memang sedang tidak ada jam kuliah. Hanya ada beberapa anak yang mengikuti program tambahan. Ada yang sekedar bertandang atau punya urusan-urusan pribadi dengan dosen. Termasuk Amerta yang punya urusan dengan Doni, dosen komputer Microsoft Access. Cuma urusannya nggak nyambung sama pelajaran. 


Mata Amerta menyapu semua pojok kantin yang tidak terlalu luas. Di meja sebelah kiri mereka hanya ada seorang cowok berkacamata yang sedang membaca buku dengan seriously. Di sebelah cowok itu hanya terdapat makhluk laki-laki yang lagi patah hati, soalnya sedari tadi bawaannya cuma nyanyi-nyanyi lagu PUPUS-nya Dewa dengan gitar mungilnya.


Kantin benar-benar sepi... kecuali penjual ice-buble kantin yang ada tepat di depan Amerta duduk. Dari tadi pembelinya selalu antri padahal kantin sepi. Mungkin para pembelinya lebih memilih minum es di dalam ruang kelas yang ber-AC ketimbang duduk di kantin yang puanas... dan kadang-kadang berpolusi suara. Kebetulan kampus mereka terletak di pinggir jalan raya yang rawan kemacetan, jadi tiap menit, tiap detik kalau sedang merumpi di sana pasti ada backsoundnya, ‘Tiiinn....tiinnn...’ githu. 


           Balik lagi pada curhatannya Doni.
“Tapi, Ta, memangnya dia mau pacaran sama mas-mas seperti saya?” 


Mata Amerta langsung fokus lagi pada teman berbicaranya ini. Doni menelan ludah berat kemudian melanjutkan bicaranya. “Umur saya kan sudah tiga puluh tahun jalan tiga satu, sedangkan Nina baru mau dua puluh. Perbedaan umur kita jauh sekali.”


Mr.Don,” Amerta menegakkan posisi duduknya. Bangku kantin yang hanya terbuat dari kayu berukuran panjang itu sungguh tidak membuat nyaman. “Asal Mr’ tahu aja ya, Nina itu belum pernah pacaran selama hidupnya. Pacarnya cuma kertas dan pulpen. Bagi dia pacaran itu tidak berguna dan cuma menghabiskan masa muda dengan sia-sia. Eta juga heran hari gini masih jomblo? Jadi ngga usah minder gitu deh, siapa tahu aja Mr’ bisa jadi first lovenya doi... he...he....”


“Yaaa... mungkin karena dia sudah mengerti kalau pacaran itu tidak ada dalam islam,” jawab Doni yang disambut kibasan tangan Amerta.
“Jangan bicara agama akh... bete! Emang dasar Nina ngga punya hati saja. Jangankan pacaran, ngerasain jatuh cinta aja belum pernah.” 


Doni tersenyum kecil. Dia tahu Amerta itu cewek yang funky dan ibadahnya juga jauh dari pas-pasan. Doni juga paham bahwa dirinya sendiri juga belum bisa menjadi laki-laki shaleh, jadi dia tidak mau terlalu menggurui Amerta. Baru satu tahun belakangan ini saja Doni lebih mendalami agama islam lewat seorang mahasiswanya yang kebetulan aktif di UKM masjid. 


Amerta memperhatikan wajah Doni lekat-lekat. Dilihat dari tampangnya, nih cowok termasuk tipikal cowok pintar. Jelas saja! Ia insinyur TI-nya sebuah Universitas ternama di Indonesia. Yang sekarang ini sudah jadi dosen honorer di tempat Nina dan Amerta kuliah. Karena usianya masih tergolong muda, Doni bisa cepat akrab sama beberapa mahasiswi lainnya. 


 “Listen Mr.Don... cinta itu ga’ mandang usia, nenek-nenek aja masih bisa jatuh cinta lagi. Yang udah bau tanah aja masih demen nikah lagi. Encang ama encing Eta aja beda umurnya dua belas tahun. Lha Mr’? Cuma beda sepuluh tahun aja mindernya setengah hidup! Kenapa mesti ragu dan ngga Pe De sama umur? Emang Mr’ udah ubanan?” 


Doni menggeleng menjawab berondong pertanyaan dari Amerta.
“Emang Mr’ udah peyot? Emang gigi Mr’ udah ompong?”
Doni menggeleng lagi, “emang Mr’ udah bau tanah?”
Kali ini Doni diam mencoba mengerti arti hadirmu...mengerti sinar dimatamu...(ups).
           “Kalo bau tanah saya sih ngga tau. Soalnya seingat saya, sejak saya kuliah saya udah ngga pernah main-main sama tanah lagi,” jawab Doni kalem.
           “Adduhh...” Amerta menepuk dahi kemudian berdiri dari duduk. “Maksud Eta emangnya Mr’ sebentar lagi bakalan mati?”

“Tahu... tahu... kan tadi cuma bercanda, Ta.”


“Jay-jus... kagak lucu!” rungut Amerta.
Doni terkikik kecil.

“Kalau itu sih tergantung Yang Maha Kuasa. Tergantung keputusan Allah. Saya kan cuma manusia biasa, mana bisa tahu kapan matinya, bisa jadi nanti sore bisa jadi kapan-kapan,” Jawab Doni dengan ekspresi apa adanya.


***

Hai! 
Terima kasih sudah membaca novel FANS IDIOT! 
Main juga ya ke novelku yang lain. Subscribe terlebih dahulu untuk mendapatkan notifikasi. 

- HARUSKAH BERCERAI  
 Cerita tentang Asih yang menggugat cerai Setya, suaminya. Bukan karena Setya selingkuh atau tak kaya, tapi karena Setya begitu manja dan terlalu perfeksionis. Asih ingin pergi ke Jogja mengejar mimpinya menjadi pendongeng, tapi Ibu mertua Asih memaksa Setya mengikuti Asih ke Jogja. Siapa tahu mereka lebih saling mencintai. Sialnya di Jogja Asih malah bertemu Farhan. Cinta pertamanya yang mengacaukan banyak hal. 

- SUAMI KEDUA 
Bella hilang ingatan! Dia tidak mengingat Deva, suami keduanya sama sekali. Padahal Deva lebih tampan, lebih kaya dan lebih shaleh daripada Rio, suami pertamanya. Bella ngotot ingin cerai dari Deva, dalam ingatannya dua adalah istrinya Rio. Tapi saat Bella mencari Rio, dia mendapati rahasia rahasia Rio yang terkuak. 

- SAVE MY SOUL 
jiwa Selly keluar dari raganya saat koma karena kecelakaan. Selly mencari Angga, suaminya agar Angga bisa membantu Selly menemukan jiwanya yang hilang. Tapi mampukah Selly menemukan Angga, sementara yang ia tahu, Angga bertemu lagi dengan mantannya. Apakah Angga selingkuh?



Komentar

Login untuk melihat komentar!