"Tahu ngga? Band Ji-kha?” pagi-pagi ini Nina sudah heboh.
Begitu memasuki pintu gerbang kampus ia langsung menodong orang-orang yang menurut dia musik mania untuk menanyakan perihal band pengusung lagu ‘Aku Tak Sendiri’.
“Jika? Itu kan judul lagunya Melly sama Ari Lasso, iya kan Tus?” jawab Beno sambil meminta persetujuan dari Betus.
Kali ini dua gentong kembar alias twin fat yang doyan makan itu dicegat Nina di depan kantin saat sedang menikmati makan siang. Nina menggeleng menepis jawaban mereka yang sangat tidak memuaskan.
“Masa sih ngga tahu, sepertinya mereka band baru deh. Kalian berdua kan anak band ngga mungkin ketinggalan jaman dong kalo ada band baru…” ujar Nina penuh cemas.
Ini harapan terakhirku. Setengah hari ini aku sudah menanyakan hampir semua anak yang aku kenal gape di bidang musik, but jawaban mereka selalu sama. Jika itu judul lagunya Naff kan? Or judul lagunya Melly-Ari lasso kan? Or apa sih? Iiihhh bete… Nina meninggalkan Betus dan Beno yang langsung mengalihkan perhatian pada kedua mangkok ba’so urat mereka.
Ia berjalan lunglai penuh kebisuan berpikir keras di mana dia bisa mendapatkan informasi tentang band yang bernama Ji-Kha itu? Di sela kebingungannya ia dikagetkan oleh say hello kedua temannya yang sedari bubaran kelas tadi mencar mengurusi bisnis masing-masing without Rubi yang emang beda jurusan dan bubaran kelasnya juga beda.
“Heeeiii... dari tadi kemana aja? Muter-muterin kampus terus ada apa sih?” tanya Debi sambil memperbaiki tali ranselnya yang hampir mau putus karena beban buku yang ia bawa begitu berat. Maklum jurusan administrasi sih! Jadi banyak yang harus dipelajari dari mulai akuntansi, perpajakan, sampai manajemen sumber daya manusia.
“Gue tahu, Deb. Nina tuh dari tadi nyariin Mr.Don terus. Padahal Mr’ sekarang lagi sibuk ngajar di kelasnya Rubi... hehehe...” ledek Amerta sambil jelalatan ngga jelas.
Nina mencibir. “Jay-jus, ngga lucu, kenapa juga aku harus nyariin dia ngga penting deh.”
Debi dan Amerta saling lirik. Suka nahan geli melihat reaksi temannya yang ngga nyambung kalo lagi dikecengin. Wajar sih soalnya Nina sama sekali belum tahu dan belum sadar kalau dosennya itu menyimpan bunga-bunga cinta kepada Nina. Di balik jambulnya Doni yang semakin hari semakin melengkung eh... salah di balik hatinya yang selembut salju serapuh embun sebening kristal... ciieee....
“Terus ngapz dong muter-muter kampus?” tanya Debi kembali menseriuskan suasana.
“Aku mau cari info about band Ji-Kha yang nyanyi ‘Aku Tak Sendiri’ itu lho! Sedari tadi pagi aku udah nanya-nanyain ke anak-anak band yang selalu care sama musik Indonesia, but jawaban mereka nihil,” jawab Nina setengah lesu karena belum have lunch.
“Deeuuuu.... jauh-jauh nyari. Tanya gue kek... lagu Ji-Kha yang video klipnya cowok lagi terbang di tengah kegelapan itu kan? Mau ngalahin Batman ceritanya,” seloroh Debi menepuk dadanya pelan.
“Well, you know?” antusias Nina memuncrat, “emang udah ada Video klipnya? Kok aku ngga pernah lihat sih? Kok kamu bisa tahu? Emangnya kamu suka musik juga? Setahu aku your time just for mall, basketball, and meatball.”
“Iiihhh... jangan so’ iye deh. Gue ga’ demen sama musik mereka. Lihat video klipnya aja udah sakit mata. Kebetulan aja tadi pagi sebelum berangkat adik gue nyetel MTV eh... tahu-tahu lagu norak itu yang nongol.”
“Deb, jangan pernah menghina lagu ‘Aku Tak Sendiri’. Lagu itu ngga norak! Kamu aja yang ngga ngerti seni,” bela Nina rada sengit.
Niatnya tadi mau memeluk Debi langung dihapus jauh-jauh. Amerta yang tadi berniat hendak mengeluarkan congor emasnya langsung mingkem lagi begitu melihat raut muka Sak-Ti alias sakit hati Nina.
“Kamu kan tahu aku suka sekali sama lagu itu. Kamu tahu lagu itu seakan mengekspresikan perasaanku, Kamu ngga menghargai aku sama sekali dengan mengatakan bahwa lagu itu jelek. Coba kalau sesuatu yang kamu suka aku hina kamu senang ngga? Pasti kamu protes kan?”
“Please, Nina... thats just song, a simple song... ngga ada yang istimewa. Semuanya standar saja. Memang gue ngga ngerti musik tapi gue tahu mana musik yang bermutu dan mana musik yang kacangan. Dan hak gue dong buat bilang kalo gue heran orang yang katanya suka nulis kaya elo bisa kepincut sama syair ngga bermutu kayak gitu,” kali ini Debi berhasil membuat hati Nina panas.
Sebenarnya tak ada niat buruk di hati Debi. Ia hanya ingin mengutarakan apa yang ada di hatinya. Karena begitulah Debi, gadis ceplas-ceplos yang apa adanya dengan semua kata-kata yang dia keluarkan. Beda dengan Amerta meskipun logat bicaranya kasar tapi kalo untuk urusan mencaci dan memaki sesuatu yang disenangi temannya ia selalu mikir-mikir seribu kali karena biarpun gayanya stronger but hatinya sensitif... tif... tif.
Akhirnya Amerta pun merentangkan tangan meminta kedua temannya berhenti berdebat.
“Jangan dilanjutin deh brur...”
“Yo weis. Tadinya aku mau minta informasi dari kamu, tapi ngedenger omongan arogan like that, aku jadi illfeell...” ketus Nina sembari mengambil ancang-ancang untuk pergi, tapi bergegas ditahan Debi.
“Sori deh kalo emang itu menyinggung hati, gue kasih informasi deh. Lagu itu ada di album yang judulnya Kisah Cinta 100 Malam. Just itu aja sih yang gue tahu.” Mata Nina spontan berbinar lega. Kalau udah tahu judul albumnya kan bisa lebih mudah mencarinya di toko kaset ketimbang mendendangkan nada-nada ngga jelas dari suaranya yang ancur lebur.
“So’ kamu akan cabut kata-kata kamu kalau lagu itu norak dan kacangan kan?” tanya Nina.
Debi menggeleng pelan. “Ngga sama sekali. Gue emang ngga suka sama lagu itu kok, apalagi sama gaya yang nyanyi. Mending ganteng, udah wajahnya pas-pas-an gayanya gede banget.”
Mendengar pendapat Debi yang keras, muka Nina pun kembali bertekuk.
Amerta terbahak. “Udah deh, Nin, ngga usah ngotot bilang lagu itu bagus, apalagi sama orang yang ngga ngerti musik kayak alien ini,” ia berjingkat mencoba merangkul tubuh jangkung dan kurus Debi. Yang dirangkul menohok pinggang Amerta dengan sikutnya.
“Kurang asem campur lada....”
Diam-diam Nina sedang menyusun rencana, ia berpikir.
Mungkin jika aku nongkrongin MTV aku bisa lihat Video Klip mereka, penasaran juga mau tahu kayak gimana sih tampang mereka yang Debi bilang norak, pas-pas-an, banyak gaya, dan ngga ganteng? Ngga ganteng? Biar saja tokh aku suka pada lagu mereka bukan pada personelnya... atau biar lebih mudahnya kenapa aku ngga beli kasetnya aja? Ups... duitnya ngga ada, lupa kalo kemarin habis belanja bulanan keperluan wanita dan habis kena copet. Nabung dulu aja deh!
* * *