ISTRI SAH, TAPI YANG KEDUA
Assalamualaikum dan semangat bahagia semuanya 😍😍😍. Ini cerbung sudah pernah tayang dengan akun satu lagi, tapi baru pertama publish di sini. Yang udah baca boleh skip, ya. 

Sinopsis:

Zia dinikahi Satya secara hukum dan agama karena terpaksa, dijodohkan orang tua. Gadis muda itu, pengantin yang harusnya bahagia dengan malam pengantinnya harus menangis sendirian kala menyiapkan koper suaminya untuk berbulan madu dengan sang kekasih yang lebih dahulu dinikahi Satya, beberapa jam sebelum acara sakral mereka. 

Akankah Zia pasrah dan pura-pura bahagia dengan pernikahan mereka yang penuh kepalsuan? Atau dia berjuang  meraih cinta jodohnya? 

Saksikan lika-likunya. subscribe dan tingalkan love dan komentar yak🤩


Bab 1

Pura-pura Sakinah

[Terima kasih ya, Mas, sudah ngajakin aku bulan madu ke Paris] tulisku dengan senyuman getir. Foto dua buah koper dan tiket pesawat yng sudah diblur kucantumkan juga dalam postinganku. 

Tak menunggu lama, postinganku dibanjiri komentar-komentar berisi pujian.

[Duh, so sweet banget sih]

[Hati-hati manten baru! Jangan lupa bawa kabar bahagia ya]

Masih banyak komentar manis lainnya. Tentu aku tersenyum bahagia bila yang mereka katakan memang benar sesuai kenyataan. 

[Beruntung banget sih kamu, Zia. Punya suami mapan, tampan, romantis pula] tulis Nia, sahabatku. Ia langsung mengirimkan pesan melalui aplikasi berlogo telepon warna hijau. 

[Kamu pun beruntung, Nia. Suami kamu mencintaimu. Sedangkan aku enggak] balasku. 

Eh, aku kebablasan dan langsung kuhapus. Tidak ada yang boleh tahu kondisi rumah tanggaku. 

[Kok dihapus? Mas Satya juga mencintaimu kan? Apa maksudmu enggak? ]

Terlanjur terbaca olehnya. 

[Suamiku enggak mencintaiku, tapi SANGAT mencintaiku] balasku dengan emoticon hati.

Kami memang akrab selama ini dengan Mas Satya sebelum menikah. Hubungan persahabatan orang tua kami yang tetap terjaga sampai sekarang, membuat kami berdua dekat. Tapi dia tak ada rasa padaku, terpaksa menikahiku demi menyenangkan hati orang tuanya. 

[Duh, kamu bikin deg-degan aja] balas Nia. 

Hampir saja aku kelepasan curhat. Pernikahan impian menurut mata yang memandang, tapi kenyataannya aku layaknya burung dalam sangkar emas suamiku. Tertawan dalam kemewahan yang menyiksa batinku. 

"Udah siap semua, Zi?" tanya Mas Satya. 

"Udah, Mas. Hati-hati di jalan ya!" tuturku, berusaha tersenyum. 

"Makasih ya, Zia. Kamu memang wanita yang baik. Kamu gak apa-apa kan kalau aku tinggal? Bibi ada kok di rumah ini. Kalau kamu butuh sesuatu, bilang saja sama dia," ujar suamiku. 

"Aku gak apa-apa, Mas. Berangkat sana gih. Nanti Ranti kelamaan nunggu," ujarku. 

Kulihat sedikit rasa bersalah di wajah pria yang menikahiku dua hari yang lalu itu. Ia tersenyum sekilas, lantas pergi membawa kopernya. Sementara koper yang satu lagi kumasukkan kembali ke dalam lemari. Setelah resepsi, Mas Satya memboyongku ke rumah yang ia rencakan akan dia tempati dengan Ranti. Aku terpaksa diajak ke sini agar tidak ada yang curiga dengan hubungan kami. 

Aku membekap mulut agar tangisku tak terdengar ke luar kamar. Hati siapa yang tak akan terluka kala harus melepas suami pergi bulan madu dengan wanitanya yang lain?

Kenyataannya aku cuma yang kedua. 

Malam sebelum dia mengikat janji suci denganku di depan penghulu dan semua tamu, Mas Satya lebih dulu menghalalkan Ranti, kekasih yang tak direstui mertuaku. 

Aku istri kedua, meskipun secara hukum akulah istri pertama suamiku. Aku pun hanya kedua di hati Mas Satya. 

Sesak. Ini memang sangat menyakitkan. Kukira aku tidak akan apa-apa menjalani pernikahan tak sehat ini. Nyatanya ini menyiksa. 

Aku seolah sedang mengazab diriku sendiri dengan menikahi orang yang tidak mencintaiku. Mas Satya, anak sahabat dari Bapak yang dipaksa Pak Hermawan agar menikahiku memang tidak pernah kasar. Ia menjelaskan tentang pacarnya yang tak direstui dan memohon agar aku mau menuruti kemauan Papa Hermawan, tapi tidak boleh mengharap cintanya. 

Bodohnya aku mengangguk, karena sudah lama aku mencintai Mas Satya. 

Perjalanan rumah tangga yang dipenuhi air mata telah dimulai. Ya Allah, kuatkan hambaMu ini. 
***

"Wah! Kalian kemana aja jalan-jalannya di Paris?" seru Nia. 

Aku kikuk, tidak tahu mau ngomong apa. Aku tidak pernah ke sana dan yang pergi dengan suamiku bukan aku. 

"Kami cuma jalan-jalan di sekitaran menara Eiffel aja. Shopping beberapa barang-barang branded, selebihnya di kamar hotel. Malas lihat yang lain. Yang indah sudah ada di depan mata. Iya kan, Sayang," ujar suamiku sambil mengecup pucuk kepalaku. 

Nia dan suamiku tertawa, memuji keromatisan suamiku. 

Aku tertegun. Tubuhku seperti kaku. Demi sandiwara bahagia di depan sahabatku dan suaminya, Mas Satya melakukan ini. Andai saja ia melakukan ini dengan cinta, aku tentu sangat bahagia. 

"Suka bamget ya di kamar aja. Ngapain aja tuh?" bisik Nia sambil mengedipkan mata. 

"Kamu kayak gak pernah manten aja," balasku, tersenyum malu. Aku membayangkan kalau aku lah yeng bersama suamiku di ranjang hotel. 

'Sadar Zia. Kalian cuma pura-pura sakinah di depan semua orang agar orang tua Mas Satya gak tahu yang sebenarnya. Setahun dari hari ini kalian juga akan berpisah.'

Aku mengembalikan kesadaranku yang sempat mengangkasa. 

"Kasih lihat fotonya, dong," seru Dani, suaminya Nia. 

Foto? Bagaimana bisa aku berfoto di tempat yang tak ku kunjungi. 

"Ini, cantik banget kan istriku?" ujar Mas Satya sambil memberikan ponselnya. 

Aku membeliak. Wajahku lah yang memang bersama foto Mas Satya. Tapi badannya bukan aku. 

Aku lupa kalau kecanggihan tekhnologi bisa membuat yang tidak terjadi seolah nyata. Ah, pujian-pujian dari sahabatku tak lebih seperti duri yang menusuk hatiku. 

Aku harus kuat. Harus. Karena ada nyawa Bapak yang harus kuperjuangkan. Bapak sedang berjuang di rumah sakit untuk melawan penyakitnya dan keluarga suamiku lah yang membantu biayanya. Aku tidak mau membuat sakit Bapak semakin parah karena tahu kondisi rumah tanggaku yang tidak sakinah.  

***

Aku sedang ada di kafe menunggu Nia, sahabatku. Aku tidak dikekang Mas Satya sehingga bisa keluar rumah sesuka hatiku. Asal tidak keluar malam. 

Aku hendak memesan minuman sebelum Nia datang, tapi urung kulakukan karena melihat istri yang dicintai suamiku sedang duduk berdua dengan seorang pria. Mereka terlihat sangat mesra karena Ranti berkali-kali menyuapi pria itu. Mereka juga bergenggaman tangan. 

'Mas, dia kah wanita yang kamu cintai?'

Aku terima diduakan. Tapi aku tidak akan biarkan priaku sakit hati karena cuma dimanfaatkan wanita itu. 

Aku akan memperjuangkan cinta Mas Satya dan membongkar kedok Ranti. Aku tidak bisa bertahan hanya dengan pura-pura sakinah seperti selama ini. 

Tinggalkan komennya ya😍😍😍

Komentar

Login untuk melihat komentar!