Mantan
#Terpesona

Mantan
🌻🌻🌻🌻🌻

"Mas, besok aku pergi ke rumah Bapak. Kamu ikut nggak?" Bu Dewi bersuara di tengah kegiatannya mengunyah.

"Aku gak bisa ikut, Sayang. Sibuk banget di kantor," jawab Pak Ardi tanpa memandang istrinya.

"Oke kalau gitu, aku sendiri aja."
Aku melihat wajah Bu Dewi sedikit kesal.

"Kamu berapa hari di sana?"

"Seminggu mungkin. Kamu jaga diri di sini, awas kalau main-main," ancamnya pada Pak Ardi.

"Iya, Sayang. Lagian mau main-main sama siapa? Surti? Gak banget." Mereka tertawa, kemudian pergi meninggalkan meja makan.

Aku hanya diam meperhatikan mereka dari balik pintu sambil menjemur pakaian. Ruang makan yang bersebelahan dengan tempat mencuci, membuatku leluasa mengamati mereka.

Sayup-sayup terdengar Bu Dewi berucap, "Makanya aku cari yang bulukan, supaya kamu nggak tergoda."

Seketika, jiwa wanitaku mulai tertantang untuk menaklukkan hati Pak Ardi.

"Lihat saja nanti. Jangan sebut aku Surti, jika tak bisa merebut hatimu kembali." Kutendang keranjang jemuran itu hingga menggelinding jauh. Bergegas aku mencari ponsel untuk menghubungi temanku.

****

Sudah dua malam ini, Pak Ardi pulang begitu larut, mungkin karena tak ada istrinya di rumah. Setelah membuka pintu, aku bergegas pergi ke kamar. Mata yang mengantuk membuatku ingin cepat terlelap. Gara-gara menunggunya, aku jadi kurang tidur.

Setelah mengunci pintu, aku menuju ranjang. Belum sempat merebahkan tubuh, pintu terdengar diketuk. Aku turun, lalu membuka pintu.

"Eh, Pak. Ada yang bisa saya bantu?" tanyaku saat melihatnya berdiri di hadapan. Kaget. Apalagi saat dia menghampiriku, lalu memeluk tubuh ini.

"Surti, saya butuh bantuan kamu." Dia berucap sambil mengeratkan pelukan. "Gantikan tugas istri saya malam ini," lanjutnya lagi.
Hatiku bersorak, lalu kubalas pelukannya sambil tersenyum puas.

****
Pagi ini, aku bangun dengan perasaan bahagia. Segera kuambil ponsel, lalu mengirim pesan pada Arya, temanku.

[Terima kasih teman, tak sia-sia dukun yang kamu rekomendasikan. Malam ini, dia kembali.] .

[Sama-sama. Jangan lupa transferannya.]

[Oke, siangan aku kirim.] Kuletakkan ponsel pada nakas, lalu menuju kamar mandi.

Setelah membersihkan diri, aku bergegas membuka kulkas, mengganti air dalam botol yang sebelumnya sudah diberi mantra. Sengaja kuletakkan satu saja, agar tidak tertukar.

"Sayang, lagi ngapain?" sapaan dari belakang membuat pipiku memanas. Aku tahu itu suara Pak Ardi. Belum sempat menjawab, kurasakan ada tangan kekar melingkar di pinggang.

"Terima kasih untuk semalam. Meski kita sudah berpisah sekian tahun, kamu masih sama seperti Surtiku yang dulu." Aku mengangguk tanpa bersuara.

Akhirnya, pelet dari Bu Dewi itu luntur juga. Setelah susah payah aku berusaha. Kini, Pak Ardi kembali mengenaliku.

🌻🌻🌻🌻🌻🌻

Sekian.


Lampung, 06 Maret 2020.

Komentar

Login untuk melihat komentar!