Ia menoleh ketika terdengar pintu dibuka “Apa kata dokter?”
“Dia sudah lewat masa krisis. Siang ini akan dipindah ke ruang rawat biasa.”
“Mengecewakan bukan?”
Suara dari kegelapan. Suara pria yang tak dikenalinya, Bagas yakin ini suami Tantri.
“Iya. Tak seperti yang kuharapkan.”
Bagas bisa mendengar suara istrinya. Mereka tampaknya menjadi akrab.
“Kau masih akan mengurusnya?”
“Mau tak mau. Keluarganya di Kebumen dan tak ada yang mau datang mengurus.”
“Kau terlalu baik.”
“Kau juga.”
“Kutraktir sarapan dulu di cafetaria setelah itu aku kerja.”
“Jemput aku kalau kau sudah pulang.” Kinanti melirik ke suaminya yang masih koma
Namun suara hatinya tak akan terdengar. Ia hanya bisa berteriak dalam ketidak berdayaan. Berteriak di kegelapan.
Kinan dan Miko sudah berada di cafetaria. Kinan menyantap nasi lemak pesanannya. Miko lontong sayur dan secangkir kopi yang menemani.
“Kau biasa minum kopi?” Kinan menanyakan
“Kau bekerja dibidang apa?”
“Penyewaan kapal cepat.”
“Berarti mendiang istrimu tak butuh pekerjaan sebenarnya?”
“Dia bilang butuh kesibukan.”
“Seandainya kau tak mengizinkan.” Kinan menghela napas
Kinan mengangguk lemah “Kau sudah memaafkan?”
“Belum. Itu kenapa aku masih menemuimu. Cuma kau yang bisa diajak berbagi. Aku tak mungkin membuka aib istri yang sudah pergi.”
“Aku mau ke Discovery siang ini. Mengembalikan key card dan mengambil deposit.”
“Ku antar.”
“Terima kasih.”
Mereka telah selesai sarapan. Kinan mengantarnya sampai ke mobil sebelum kembali ke ruang ICU
“Suami Tantri baik.” Kinan menarik kursi disisi ranjang. berharap Bagas mendengar dan merasa tersiksa. Siksaan yang Ia harap bisa mengantar Bagas menjemput ajal
“Kau dulu tak melihat orang dari kekayaannya.”
“Seharusnya aku mengenal dia lebih dulu. Kau sama sekali tidak ada apa apanya dengan suami Tantri.” ini penyiksaan yang manis bagi Kinan.
Ia mengusap tangan yang terdapat jarum infus “Aku gatal mau melepas ini.”
“Kinan jangan! Aku masih mau hidup”
“Aku tahu kau masih mau hidup. Kau takut ke neraka kan?”
“Iya aku takut. Aku tahu aku berdosa.”
“Nanti kalau kau punya kesempatan hidup aku mau bercerai. Aku mau mendekati suami Tantri.”
“Kinan aku mencintaimu!”
Alat monitor hemodinamik dan saturasi menunjukkan gelombang dan bunyi denyut jantung yang lebih cepat.
Kinan menoleh ke layar monitor, Ia yakin Bagas mendengar dalam komanya “Siang ini aku ke Discovery mengembalikan keycard dan mengambil deposit. Haruskah aku memperpanjang kamarnya?”
“Tolong jangan melakukan sepertiku.”
Kinan melihat linangan air mata. Kinan tersenyum puas, Ia menyeka genangan di pelupuk suaminya “Senang bisa menyiksamu.”
${myData}
`; const myWorker = new Worker("https://kbm.id/js/worker.js"); myWorker.onmessage = (event) => (document.getElementById("render-text-chapter").innerHTML = event.data); myWorker.postMessage(myData); -->Login untuk melihat komentar!