"Shireen, kok, kamu bisa masuk 10 besar?" Yah, kenapa emak gue malah heran? Padahal pas gue rangking 3 dari belakang dia biasa aja.
"Emang enggak boleh, ya, Bun?" Pasang wajah teraniaya kek anak yang gak diinginkan emak tirinya.
"Ya, boleh aja, sih. Tapi heran aja gitu, kamu nyontek? Atau nyogok guru?" Ya Allah, ampuni Lisa Black Pink. Punya emak satu bawaannya su'udzon mulu.
"Kenapa sih, Bunda gak percaya kalo aku belajar dengan baik dan benar. Makanya bisa ngejar ketertinggalan prestasi. Pisau yang tumpul aja kalo diasah bisa jadi tajem, kan. Sama kaya otak, Bun." Gue setuju dengan peribahasa itu. Buktinya gue bisa pinter, kan? Yah, meski belum bisa ngejar Billar si bintang kelas itu.
"Bunda baru percaya kalo yang ngomong wali kelasmu sendiri."
"Maksud Bunda Pak Satria?"
"Iya."
"Oke. Shireen video call orangnya." Duh, bukannya apa. Nyebut nama si Mister Ganteng aja udah bikin jantung gue loncat-loncat. Apalagi sampe nelpon. Masalahnya, gue harus yakinin nyokab kalo anak semata wayangnya ini bisa encer otaknya.
"Hallo, Shireen! Ada apa?" Yah, saking gemeternya malah kepencet beneran. Kan, bener, pria tampan itu ter-zoom di layar HP gue.
"Shireen, kenapa tangan kamu melambai-lambai ke atas?"
"Saya gak kuat, Pak?"
"Enggak kuat kenapa?"
"Gak kuat lihat ketampanan Bapak."
Eaaak!
Next?
Login untuk melihat komentar!