Saya terima nikah dan kawinnya Alya Savira Wiryawan binti Dedi Wiryawan dengan mas kawin uang senilai dua juta dua puluh ribu rupiah dibayar tunai.
Teringat akan ucapannya yang lantang dan mantap. Dean menggerakkan lehernya yang kaku. Sampai malam ini pun dia masih belum percaya jika statusnya sudah berganti. Dia kini sudah menikah. Dia menjadi suami dari seorang perempuan bernama Alya. Gadis santai yang menurutnya unik dan manis di saat tertentu.
Dean melirik istrinya yang duduk di kursi kecil yang menghadap meja rias. Perempuan itu sedang mengeringkan rambutnya yang basah dengan bantuan hairdryer. Dengan tubuh yang dibalut handuk model kimono. Dean memperkirakan jika di dalamnya belum ada pakaian lain. Dasar memang.
Sementara pria itu sendiri sejak tadi memilih tiduran di sofa sambil memainkan gawainya. Usai acara akad dan resepsi tadi, mereka pulang ke rumah keluarga Alya.
"Lo nggak mandi?" tanya Alya tanpa menoleh.
"Bentar." jawab Dean sekenanya. Dia sedang berperang di layar ponsel.
Hening setelah itu. Alya tidak bertanya lagi dan Dean juga terlihat tak perduli. Masa bodoh saja. Bukankah dalam kontrak perjanjian mereka tertulis poin tidak boleh mencampuri urusan orang lain.
×
Dean keluar dari kamar mandi setelah membutuhkan waktu 15 menit untuk membersihkan diri. Mata lelaki itu membeliak melihat pemandangan yang cukup indah di depan mata. Alya sudah tidur dengan posisi miring dengan satu kaki ditompang guling. Handuknya tadi sudah hilang dan digantikan kemeja putih lengan panjang oversize dan celana pendek setengah paha. Tidak ada selimut yang menutupi badan perempuan itu. Dean menggeleng kecil dan menarik selimut sampai batas pinggang istrinya itu. Dia kemudian mengambil bantal yang tak terpakai dan membawanya ke sofa. Daripada tidur di samping Alya dan tidak bisa terlelap, lebih baik dia tidur di sofa.
Sudah berbaring di sofa, tapi Dean tak kunjung memejamkan mata. Ukuran sofa itu tak terlalu besar dan dia harus menekuk kaki. Letak sofa itu sejajar dengan tempat tidur dan berada tepat di depan pintu kamar mandi. Jadi jika hal pertama yang ia lihat setelah keluar dari kamar mandi adalah tempat tidur dan pemiliknya, maka hal itu juga yang ia lihat kini. Alya tertidur pulas dengan bibirnya yang sedikit terbuka. Entah kenapa malah terlihat cantik dan menggairahkan. Dean menggeleng lagi. Bagaimana bisa malam pertamanya malah seperti ini? Seharusnya kan mereka... Ah sudahlah.
×××
"Sudah bangun, Nak?"
Baru juga keluar dari kamar, Dean sudah disambut pertanyaan oleh ibu mertua. Lelaki itu mengangguk dan tersenyum kecil. "Sudah, Bu."
"Alya belum bangun?" tanya beliau lagi. Seorang perempuan mungkin seusia ibu Lis. Rambutnya pendek sebatas bahu dan suka sekali memakai bando hitam.
"Belum, Bu." jawab Dean lagi, singkat saja. Dia bahkan belum tahu nama ibu mertuanya tersebut.
"Anak itu kalau libur memang sering bangun siang. Maaf, ya, Nak. Nanti biar ibu omelin." ucap beliau lagi sambil menaruh dua cangkir kopi hitam di atas meja makan. "Duduk dulu, Papamu sebentar lagi pasti keluar." lanjutnya. Dan benar saja, tak sampai dua menit setelah beliau berucap. Om Ded-Ded itu terlihat keluar dari kamar.
Dean mengangguk sedikit saat matanya beradu pandang dengan bapak mertuanya. Tidak sopan jika dia melengos begitu saja.
"Pagi, Nak." Sapa Om Ded-Ded itu seraya menepuk pundak Dean yang sudah duduk di kursi meja makan. Kemudian beliau ikut duduk di kursi yang lain. "Alya belum bangun?"
Pertanyaan yang sama lagi. Seharusnya ayah mertuanya itu sudah bisa menyimpulkan sendiri. Jika ibunya saja sudah hapal tentang kebiasaan Alya, tidak mungkin ayahnya tidak tahu. "Belum, Pak." Akhirnya jawaban itu juga yang diberikan oleh Dean.
"Maaf, ya, Nak. Harusnya dia sudah bangun lebih dulu dan menyiapkan sarapan untuk suaminya." ucap Pak Dedi merasa bersalah.
Dean tersenyum kecil. Memangnya apa yang bisa ia lakukan di rumah ini selain tersenyum. Senyum palsu. "Tidak apa-apa, Pak. Mungkin Alya kelelahan."
Kelelahan?
Iya, mereka kemarin sudah pamer gigi dalam durasi waktu yang cukup lama. Mereka berdua yang kemarin menjadi tokoh utama. Menjadi raja dan ratu sehari yang terus tersenyum bahagia. Raja dan ratu yang sedang bersandiwara.
"Pagi Ma, Pa." Seorang pria muda dengan rambut agak gondrong datang menyapa. Ia duduk tepat di samping Dean dan memasang tampang manis walau wajahnya masih kucel. "Pagi, Kakak ipar." sapanya pada Dean dan hanya dibalas anggukan kepala oleh pria itu.
"Ini adiknya Alya. Namanya Aldo." Pak Dedi mengenalkan anak bungsunya itu. Dean menoleh lagi dan mendapati adik iparnya itu sedang mengoles roti dengan selai kacang. "Dia kelas satu SMA. Katanya nanti kalau kuliah mau ambil jurusan arsitektur."
"Oh, kamu pengen jadi arsitek?" tanya Dean dan langsung mendapat anggukan semangat dari pemuda itu.
"Kata Kak Alya, arsitek itu keren. Udah pasti otaknya pinter." jawab Aldo jujur. Pemuda itu menangkupkan satu lembar roti tawar di atas rotinya yang sudah penuh selai.
Tanpa sadar Dean tersenyum sangat lebar. Seperti sedang dipuji Alya secara langsung saja. Dan demi menutupi senyumnya itu, Dean memilih menyeruput kopinya. Di tidak mau dikira ge-er.
"Sama gajinya gede."
Kopi yang baru diteguk itu seketika******kembali. Dean tentu kaget dengan lanjutan kata dari Aldo.
×
Dean masuk kembali ke kamar seusai menikmati sarapan dengan setangkup roti tawar berselai coklat. Dia mengolesnya sendiri. Dalam hatinya tadi menggerutu. Punya istri ataupun tidak, tetap sama saja. Sabar, sabar... Ini baru hari pertama. Mungkin besok-besok Alya akan menjadi istri yang sewajarnya macam perempuan lain.
Didapatinya Alya yang sedang menepuk-nepuk kedua pipi. Dean tak tahu apa yang sedang dilakukan istrinya itu. Seingatnya dia juga pernah melihat kedua adiknya melakukan hal yang sama. Entahlah, perempuan memang serumit itu. Terlalu banyak botol-botol yang bernama skincare di meja rias. Dan ajaibnya semua itu terpakai.
"Lo tadi malem tidur di sofa."
Entah itu pertanyaan atau apa. Dean kembali rebahan di sofa setelah meraih gawainya. Ia hanya berdehem singkat sebagai jawaban.
Elyas
- Malam pertama nggak pakai karet dong 🤣
Raka
- Dedeq kadal gimana rasanyaaaa
Arya
- Sereeeeeet
Dean menggeleng kecil. Sepagi ini para sahabatnya itu sudah ribut di grup dunia maya. Ia ketikkan beberapa huruf sebagai jawaban.
Dean
- Gurih
Sudah. Memang hanya satu kata itu yang terpikir di dalam otaknya. Tentu sangat gurih jika tadi malam dia bisa menikmati malam yang sering disebut malam pengantin itu.
Raka
- Wkwkwk
Arya
- 🤣🤣🤣🤣
Elyas
- Masak
Dean
- Bacot lo pada pagi-pagi
- Kerja sono buat beli beras 🤸
Elyas
- Asem
Raka
- Masih sekarung 😅
Arya
- Gua dong masih dua karung 🤭
Elyas
- Keluarga besar
Dean
- Iye anaknya banyak 😵
Arya
- Banyak anak banyak rejeki 🤲
Raka
- Anak mbak M 🤭
Elyas
- Itung-itung sedekah.
Arya
- Dapet pahala
Dean
- Yang dapet bini lo lah
- Orang dia yang ngurus
Raka
- Wkaakaka bener
"Lo udah sarapan belum?"
Sebuah pertanyaan menginterupsi Dean. Diliriknya sang istri yang sudah berdiri di dekatnya. Mata Dean agak melebar. Bagaimana tidak, Alya yang memakai terusan tanpa lengan sebatas lutut itu nampak cantik. Warna dasarnya putih dengan corak abstrak yang sangat elegan. Oh, seharusnya dia memang berterimakasih kepada almarhum ayahnya yang sudah memilih Alya sebagai menantu.
"Udah."
Setelah mendapat jawaban itu, Alya berlalu begitu saja. Berjalan menuju pintu dan keluar dari kamar.
Kembali Dean fokuskan perhatiannya pada layar ponsel. Sudah ada beberapa chat lagi yang terpampang disana.
Arya
- Iya lah serah lo pada
Elyas
- Off dulu gaes. Udah masuk
Raka
- Semangath qaqa
Arya
- Semangat beli beras
Raka
- Sama ayam
Dean menggeleng. Ternyata temannya juga somplak semua.
Dean
- Ka, gue butuh rumah
Dean tentu ingat dengan perjanjiannya dengan Alya tentang tinggal terpisah dari orang tua.
Arya
- Lo kan bisa bikin dodol
Dean
- Gue males
Arya
- Kontrakan lo banyak
Dean
- Kurang gede
Raka
- Pilih aja sendiri
- Minta kuncinya sama Amel
Arya
- Mantaps
Dean
- Pinjem setahun doang
Raka
- Iyeh
Dean
- Terima kasih bosque ❤️❤️❤️
Arya
- Jijik
Raka
- 🤮
Dean menyudahi obrolannya di dunia maya. Badannya sudah clekit-clekit gatal karena belum dibersihkan. Dia meletakkan gawainya itu di atas meja lalu beranjak ke kamar mandi.
Bersambung.