1. Pohon Misterius
Angin sore bertiup sepoi-sepoi. Terasa lembut sekali. Dedaunan pohon akasia di tengah lapangan rumput menari-nari dengan syahdu, seolah ikut bernyanyi bersama alam. Sampai-sampaisekelompok burung pipit tertidur saat terbang di atas pohon akasia itu.
Pohon itu terletak di tengah lapangan rumput yang luas sekali. Tetapi sayang, sudah sejak setahun yang lalu anak-anak takut mendekati pohon akasia itu. Para orangtua melarang mereka bermain di dekat pohon akasia itu karena setahun lalu tersebar berita tentang beberapa orang anak yang hilang saat bermain di sana.
Seekor kucing hitam tinggal di batang pohon itu. Mata kucing itu berwarna kuning dan terlihat bercahaya bila malam hari. Ia mempunyai ekor yang lucu. Ekornya belang-belang kuning, putih, dan hitam. Kalau melihat kucing itu dari kejauhan kamu pasti mengira ekor kucing itu adalah permen lolipop berjalan.
Oleh karena itulah orang-orang desa menamai kucing hitam itu Lolipop.
Lolipop bukan kucing jahat. Ia selalu mengeong dengan sopan bila ada orang melintas di dekat pohon akasia itu. Lolipop juga sering bermain ke tepian lapangan rumput. Anak-anak hanya berani bermain di tepi lapangan.
Mereka tidak takut pada Lolipop karena kucing itu asyik diajak bermain. Tetapi kalau Lolipop sudah kembali ke dahan pohon akasia, tidak ada yang berani menyusul.
Kepala desa sudah berusaha menebang pohon akasia itu agar lapangan rumput bisa dipakai untuk bermain bola. Tetapi, berkali-kali kepala desa berusaha menebangnya, berkali-kali pula gagal. Akhirnya, pohon akasia itu tetap tegak sampai sekarang.
Pohon akasia di lapangan itu mempunyai batang yang besar dan dahan-dahan yang menjulur-julur ke seluruh lapangan. Daun-daunnya rimbun sekali. Kalau panas menyengat datang, para pedagang suka menghabiskan waktu untuk tidur siang di bawah pohon akasia itu.
Mengapa para pedagang itu tidak takut tidur di bawah pohon akasia? Itu karena konon pohon akasia hanya menghilangkan anak-anak.
Dan … ssst … tahukah kamu? Menurut kepala desa, hanya anak-anak nakal yang akan diisap oleh pohon akasia di tengah lapangan rumput itu.
“Jadi, kalau kamu anak baik, kamu tidak usah takut,” petuah kepala desa pada suatu hari.
Wuuusss ...!
Angin mulai bertiup agak kencang saat matahari turun ke ufuk barat dan memejamkan cahayanya. Sore pun berlalu, burung hantu mulai berkukuk. Perlahan-lahan senja berubah menjadi gelap.
Bintang-bintang tanpa malu-malu menaburkan cahaya remang-remang di malam hari. Bulan purnama membulat di angkasa.
***
Login untuk melihat komentar!