“Aku harus kuat” Batinku dengan menahan rasa sakit. Seketika dadaku berdegup sangat kencang. Tubuh terasa sangat lemas tak berdaya. Sinar matahari tampak menyoroti ke arahku, membuat keringat bercucuran tak henti-hentinya. Pandangan sudah mulai kabur. Sebentar lagi next Pembacaan UUD 1945. Tiba-tiba aku terjatuh, dengan tubuh yang kaku merasa sangat lemas. Kepalaku sangat sakit, dan pandanganku seketika pudar begitu saja. Setelah itu aku sudah tak ingat apa-apa lagi.
*** Tercium bau kayu putih yang menyengat tepat di area hidungku. Ditambah elusan tangan seseorang di atas kepala yang membuatku sedikit tersadar. “Sya,, syaa.. Kamu ga papa?” Terdengar suara seseorang memanggilku.
Aku berusaha membuka mata walaupun sangat berat. Mataku menelisik ke seluruh penjuru ruangan, ternyata aku berada di UKS. Dengan keadaanku yang sedang berbaring, terlihat Naila yang berada di sisiku. Angin sepoi-sepoi seketika menampar pelan wajahku merasakan kenyamanan di ruangan ini.
“Aku kenapa Nai?” Tanyaku bingung “Kamu tadi pingsan di lapang, semua orang sangat khawatir padamu. Sudah aku bilang, kamu jangan ikutan upacara, tapi kamu sendiri memaksa” Ucap Naila sedikit mengomel dengan perasaan cemas.
“Aduh malu banget Nai, aku belum sempat membacakan UUD 45. Kenapa harus pingsan segala.” Balasku sambil menepuk jidat dengan penuh penyesalan.
“Udah, jangan pikirkan tanggung jawab kamu Sya, sekarang saatnya pikirkan kesehatan kamu” Lirih Naila membuat hatiku tersentuh. Naila pun bergegas mengambilkan segelas air hangat dan menuju kepadaku.
“Ini Sya,, minum dulu. Biar kamu agak baikan”
Aku menerima segelas air itu, dan meneguknya. “Syukron Nai, kamu memang sahabat terbaik”
Kami pun berpelukan sebagai tanda kasih sayang persahabatan. Aku hanya menarik ujung-ujung bibirku kepada Naila. Meski amat sedih dengan kejadian ini, namun Naila selalu berusaha menguatkan, mampu membuatku tersenyum. Dan menyikapi hal seperti ini dengan berlapang dada.
Terpaksa aku harus membatalkan puasa, karena tubuhku sudah sangat lemas. Aku juga tidak boleh menyiksa diri aku sendiri, karena kesehatan juga perlu kita jaga. Sebagai rasa syukur yang telah Allah berikan kepada setiap hamba-Nya.
Sakit bisa menjadi penghapus dosa bagi kita. Seperti sabda Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Muslim, “Tidaklah menimpa seorang mukmin rasa sakit yang terus menerus, kepayahan, penyakit, dan juga kesedihan, bahkan sampai kesusahan yang menyusahkannya, melainkan akan dihapuskan dengannya dosa-dosanya.”